Part 7

365 75 3
                                    

Happy reading.....


Karel hendak kembali ke kamar Daia setelah mengobati lukanya, namun terdengar isak tangis  dari kamar gadis itu. Karel pun diam-diam menguping di daun pintu, dia mendengar isakan pilu gadis itu. Hampir setengah jam lelaki itu terpaku di depan pintu, dia ragu.

Disisi lain dia ingin sekali memeluk gadis itu dan menenangkannya tapi di sisi lain dia penasaran. Apa yang gadis itu tangisi? Kenapa terdengar begitu menyayat hati dan aneh hatinya begitu tergerak padahal sedari kecil hatinya terasa dingin bahkan ketika Celine terjatuh dan menangis kesakitan, ada rasa kesal dan terpaksa untuk menenangkan gadis itu. Tapi Daia? Dia sungguh berbeda.

Lambat laun kamar gadis itu sunyi, Karel pun membuka pintu dan melihat gadis gila itu telah tertidur dengan mata bengkak dan sisa air mata di pipinya. Karel mengusap pipi gadis itu, sungguh dia tak tega melihatnya seperti itu.

"Siapa kamu? Kenapa kamu bisa seperti ini? Apa yang kamu tangisi? Siapa yang sudah membuatmu terluka?"

Daia membuka matanya secara perlahan, dia menatap manik biru mata lelaki itu.

"Daia..."

Gadis itu pun bangun lalu berhamburan ke pelukan pria itu.

"Jangan sakiti aku, aku sendiri, aku tidak punya siapa-siapa lagi!" Isak Daia membuat Karel mempererat pelukannya.

"Aku mohon...."

Karel merasakan sakit yang di derita gadis itu. Di belainya rambut gadis itu dengan lembut.

"Aku janji, aku akan melindungimu, takkan ada yang bisa menyakitimu lagi."

Akhirnya gadis itu pun terdiam, hanya terdengar isakan kecil yang kemudian menghilang.

Daia tertidur dipelukan Karel, gadis itu benar-benar merasa letih namun sekarang merasa tenang setelah mendengar janji seorang Karel Abraham Bosman.

*****

Daia mengerjapkan matanya, tubuhnya kini dipeluk erat oleh Karel. Ya pria itu semalaman menemani  Daia, ada rasa haru mendera hati gadis itu. Lelaki ini sepertinya mulai menyayangi Daia dan dia begitu bodoh. Semalam dia terlalu hanyut dalam kesedihan sampai lupa berakting menjadi orang gila. Benar-benar teledor dan entahlah akhir-akhir ini Daia begitu sensitif. Dia selalu teringat kedua orang tuanya dan mimpi itu selalu mendatanginya.

Daia memejamkan matanya, dia teringat semalam dia tidak bermimpi buruk bahkan terlalu lelap. Apa karena dia tertidur sehabis menangis atau... Karena pelukan Karel?

Daia menatap wajah tampan lelaki itu, dia terlihat imut jika sedang tertidur dan menyeramkan ketika membuka matanya. Ya tatapan tajam Karel sangat mengerikan, tatapan itu seolah-olah menelanjangi dirinya dan menusuk.

Oh ambigu sekali ya kata-katanya, bikin otak traveling kemana mana!

Daia tahu,  ada sisi hati Karel yang selembut salju, jika dia  seratus persen jahat,  dia tidak mungkin memperlakukan dirinya dengan baik. Awalnya saja dia sadis, mungkin karena belum merasa dekat dan memang dia seorang mafia. Mana ada mafia baik hati seperti malaikat, terkadang jika melihat pancaran amarah di mata lelaki itu, Daia merasa ketakutan.

Karel mempererat pelukannya membuat Daia terkejut.

"Pagi sayang..."

Daia mengerutkan keningnya, ini masih jam dua dini hari.

"Aku tahu kamu sudah bangun."

"Masih malam."

Karel memperhatikan sekeliling lalu melihat jam tangannya dan menghela nafas, benar juga!

"Ayo tidur!"

Lelaki itu mempererat pelukannya membuat Daia terpaksa memejamkan matanya.

Karel mendengar dengkuran halus gadis itu, dia mengecup lembut kepala Daia lalu menghirup aroma shampo gadis itu.

*****

Dunia terasa damai, apa lagi berangsur-angsur Daia tampak seperti gadis normal pada umumnya meski komunikasi belum bisa lancar namun Karel senang dengan kemajuan itu. Daia lebih banyak diam atau jika tidak paham maka dia akan berubah aneh dan jika sudah begitu lebih baik jangan memaksakan kehendak.

Karel memperhatikan kedekatan Raya dan Daia. Gadis itu tampak begitu nyaman berada di samping Raya begitu pun sebaliknya. Ada rasa bersalah terhadap Raya, dulu wanita paruh baya itu  harus kehilangan suami dan anak perempuannya gara-gara penyerangan yang dilakukan oleh Zein ke mansionnya. Beruntung Ayah Karel berhasil membunuh Zein dan anak buahnya  hingga ke akar-akarnya sebagai bentuk balas dendam dan penghormatan atas kematian suami dan anak Raya.

Dengan melihat interaksi Raya dan Daia, Karel yakin wanita itu merasa bahagia, dia merasa sedang merawat anaknya sendiri dan mungkin kalau anaknya hidup umurnya seusia Daia.

"Kamu masih tidak mau memberitahu Mama bagaimana kamu bisa seperti ini?"

Daia tampak memperhatikan Raya lalu menunduk, gadis itu tampak seperti kebingungan.

"Philips."

Mata Daia melebar ada keterkejutan di pancaran matanya.

"Daia?"

"Aku takut, mereka ingin membunuhku."

"Mereka siapa?"

"Mereka membunuh Papa dan mamaku juga Snowy."

"Daia?"

"Aku takut."

Raya memeluk tubuh mungil gadis itu, dia tak mungkin mendesak terus karena gadis itu tampak sangat menderita dan ketakutan.

Karel yang mendengar percakapan mereka langsung berpikir.

"Philips?"  Keluarga bangsawan yang sekarang pemimpinnya masih belum di tetapkan. Apa gadis itu si anak yang hilang? Tapi itu tidak mungkin. Andromeda gadis normal, tidak cacat mental dan sayang sekali foto anak itu tidak pernah di publikasi hingga Karel tak tahu apa Daia itu Andromeda atau bukan.

Karel pun segera mencari tahu soal keluarga Philips yang sesungguhnya, Karel merasa ini sangat menarik sekali namun terasa absurd. Apa Daia kehilangan ingatan saat menghilang atau dia kecelakaan saat ada yang mencoba membunuhnya? Ah ini benar-benar akan menjadi sesuatu hal yang menarik untuk di ungkapkan.

Karel pun segera menghubungi Riu untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang keluarga Philips.


Tbc

MY PRINCESS IDIOTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang