Part 2

407 77 8
                                    

Happy reading......



Karel merasa lega, dia puas sudah melempar Daia itu ke bawah, suara menggemaskan itu akhirnya berubah menjadi suara mengenaskan, di lihatnya  gadis itu  tengah meronta-ronta di dalam air kolam renang yang cukup dalam. Daia tak bisa berenang? Itu bukan urusannya!

Namun dia terngiang kembali.

"Pappaa." Ucapan lembut yang terdengar begitu ketakutan, bagaimana rasanya ya jika Daia memanggilnya pappa sambil mendesah di bawah tubuh Karel?

Karel menggelengkan kepala, ya Tuhan ini kedua kalinya Karel menyebut nama Tuhan gara-gara gadis gila itu. Bagaimana bisa Karel malah berpikir mesum dengan gadis berketerbelakangan mental seperti Daia?

Karel tertawa kesal, lalu melihat ke bawah dan rontaan gadis itu mulai melemah, lebih baik dia membiarkan gadis tak berguna itu mati tenggelam. Namun entah bagaimana bisa, tubuhnya reflek melompat ke bawah dan segera menolong gadis itu.

Raya yang sedari melihat kejadian itu sambil berdoa merasa lega, akhirnya tuan muda itu mau menolong gadis malang tersebut. Bagaimana pun semua orang dirumah ini takkan ada yang mau ikut campur urusan majikannya karena sama saja dengan bunuh diri.

Karel lalu membawa gadis itu ke tepi kolam, tubuhnya sudah melemah. Karel langsung memberikan pertolongan pertama agar air kolam yang di telan Daia keluar. Setelah itu lelaki itu pergi meninggalkan gadis itu begitu saja.

Raya langsung membawa handuk dan mengeringkan tubuh Daia.

"Nak, jangan pernah melawan Tuan Muda, saya mohon." Isak wanita tua itu membuat Daia menatap wajah Raya, tangan lemahnya mengusap wajah yang mulai keriput itu.

"Mamma..."

Raya hanya mengangguk, dia tak sanggup berkata lagi.

Bagaimana pun gadis itu memiliki keterbelakangan mental, mau diberitahu sejelas apapun percuma karena Daia takkan pernah bisa mengerti.

Raya pun memapah gadis itu untuk memasuki kamarnya kembali, mengganti baju dan mengeringkan rambutnya.

*****

Karel menghela nafas lelah, dia merasa akhir-akhir ini merasa letih. Padahal dia sedang mengambil cuti dari segala kesibukannya yang menggila agar kewarasannya terjaga. Tapi setelah bertemu gadis itu, kewarasannya malah semakin hilang.

Ya Tuhan, dan lagi-lagi ini ketiga kalinya Karel menyebut  nama Tuhan.  Bagaimana bisa Karel malah menolong gadis itu langsung? Padahal di bawah ada pengawalnya yang siap siaga menolong jika Karel langsung perintahkan.  Namun ada rasa tak rela jika ada lelaki lain menyentuh Daia, Karel tidak buta, Daia sangat cantik, matanya indah apa lagi tubuhnya. Saat lelaki itu mengangkat tubuh Daia dari dalam air, payudara gadis itu dengan lembut menyentuh dada bidangnya. Ukurannya sepertinya begitu pas menempel di tubuhnya. Ah mulai tak waras lagi kan? Karel mengusap kasar wajahnya, saat dia melakukan pertolongan pertama dengan meniupkan udara ke mulut gadis itu, sangat manis...

"Apa-apaan ini!"

Karel sekarang basah kuyup demi menolong gadis sialan itu, otaknya pun ikutan mesum tak terkendali. Karel tertawa miris, ada apa sih dengan dirinya ini? Apa dirinya sudah mulai ikut-ikutan gila? Ah yang benar saja!

Sepertinya dia harus mengakhiri cutinya yang tak berguna dan kembali bekerja. Menjaga jarak dengan gadis itu agar tidak ikutan gila. Karel pun segera mengeringkan tubuh ya dan mengenakan kaos putih dan celana pendek berwarna cokelat tua.

Karel berjalan menuju tangga namun dia mendengar suara Raya yang menyanyikan lagu "My Bonnie" yang di ubah menjadi "My Daia".  Karel membuka pintu kamar gadis itu dan melihatnya terlelap seperti anak bayi. Terlihat damai dan tidak seagresif tadi. 

"Tuan!"

Raya langsung berdiri dan menunduk, menjauhi gadis itu.

"Dia tidak apa-apa?"

"Gadis itu hanya kelelahan Tuan."

"Kalau dia demam, atau terlihat aneh setelah kejadian ini, panggilkan Mike. Periksa dia dengan seksama."

Raya mengangguk. Siapa Mike? Mike adalah dokter pribadi Karel, namun pria itu kembali menghela nafas.

"Panggil Milla saja."

Raya tampak terkejut, Milla adalah kembaran Mike yang juga berprofesi sebagai dokter.

"Tuan?"

"Lakukan saja perintahku."

Karel pun pergi meninggalkan kamar itu. Raya tersenyum simpul, sepertinya Tuan mudanya sedang jatuh cinta.

Tapi kenapa harus dengan gadis itu? Masih banyak gadis normal dan sangat cantik mengelilingi pria itu. Berahlak baik, sopan dan waras. Tapi kenapa harus Daia? Mungkin ini adalah salah satu contoh jika cinta itu buta, ya bisa saja begitu kan?

Tuannya yang  gagah, tampan berkahrisma  dan begitu sempurna jatuh cinta pada gadis gila.  Bukankah di dunia ini tidak ada yang sempurna? Dan mungkin inilah ketidak sempurnaan yang di miliki oleh seorang Karel Abraham Bosman.

*****

Dari hari ke hari Daia tampak bahagia tanpa kehadiran Karel di sampingnya. Dengan telaten, Raya merawat gadis itu dengan penuh kasih sayang, rambut lebat dan panjang Daia selalu dia ikat atau kepang hingga gadis itu terlihat cantik menggemaskan.

Daia mulai tampak normal dan mulai mau menjawab pertanyaan meski ya jawabannya di luar ekspektasi. Daia selalu menemani Raya memasak, meski dirinya hanya menonton saja karena Raya tahu meminta pertolongan gadis itu bukan ide yang bagus.

Daia tidak tahu telur, daun bawang, bawang putih, bawang merah apa lagi di suruh membedakan garam dan gula. Jangan harap akan sesuai dengan request. Raya paling meminta Daia untuk menjaga vas berisi bunga mawar segar agar gadis itu mau diam dan berada dalam jarak aman.

"Sebentar, saya mengambil dulu cabai di belakang."

Raya pun pergi menuju kulkas bahan makanan yang ada di belakang dapur. Daia mendekati kompor dan menatap hasil masakan Raya yang tampak lezat. Dia mengambil mangkuk dan menyendok sup ayam dari kuali sambil menbahkan ramuan ajaib ke dalam mangkuknya.

Tanpa Daia sadari, Karel sedang menatap gadis itu. Dia sangat terkejut, ternyata gadis itu bisa berprilaku normal dan memasak.  Kecurigaan Karel bertambah, dia mendekati gadis itu dan melihat apa yang sedang dia perbuat.

"Pappaaa...."

Daia tampak terkejut sosok Karel tiba-tiba berada di hadapannya.

"Kamu bisa memasak?"

Gadis itu mengangguk cepat, Karel pun mengambil sendok hendak mencicipi masakan Daia namun gadis itu memberengut, menghalangi sendok Karel.

"Aku coba!"

"Tidak boleh!"

"Pelit!"

"Tidak boleh!"

Karel semakin kesal dengan penolakan Daia, dia pun mendorong tubuh gadis itu agar tidak mengganggu pergerakannya. Tangannya dengan sigap menyendok kuah sop dan mencicipinya.

Lidahnya terasa terbakar, rasa asin, manis, pahit dan entah apa lagi menyambar lidahnya. Rasa mual menyergap menyerbu perut naik ke dada lalu kerongkongan.

"Uuhuueeekkkk..."

Daia yang melihat Karel muntah langsung memberikan jus jeruk racikannya. Karel segera meminum jus itu, mungkin rasa manisnya jeruk bisa mengurangi rasa aneh di lidahnya.

1....

2....

3....

"Daiiiaaaaaaaaa...!!!!"


TBC

MY PRINCESS IDIOTWhere stories live. Discover now