kesempatan

1.3K 160 24
                                    

"Jadi? Masih mau mecat gue?" tanya Yuri dengan keangkuhan di wajahnya. Minju menatap malas pada Yuri, kemudian memilih memainkan ponselnya.

Fyi, Yuri, Chaewon, dan Minju berada di unit milik Minju. Sementara Yujin dkk sudah berada di rumah masing - masing.

"Kok lo kepikiran sih buat lakuin ini?" tanya Minju.

"Darimana lagi kalo bukan dari penyadap yang lo taro di unit Yujin. Gue denger rencana mereka," ucap Yuri.

"Penyadap? Gila, Ju. Lo freak banget," ucap Chaewon sambil menepuk jidatnya.

"Ya maap hehehe," ucap Minju.

"Kalian tau gak, pacar Yujin cakep banget," ucap Minju.

"Lo insecure gak?" tanya Yuri.

"Kagak lah, masi cakepan gue," ucap Minju sambil tersenyum bangga.

"Tapi dia famous sih. Gue ketik namanya di ig langsung nongol paling atas," ucap Minju sembari mengetik nama Wonyoung di Instagramnya.

"Liat," Yuri mengambil ponsel Minju, ia memandang foto itu.

"Cakep sih. Ya emang cakep," ucap Yuri seadanya. Kalo muji kelebihan takut diketekin Minju.

"Lo tega nikung abg baru kasmaran kayak mereka, Ju?"

"Sebenernya engga," jawab Minju pelan.

"Terus? Ngapain lagi? Stop buang uang lo buat hal gak penting kayak gini," ucap Yuri sambil memegang pundak Minju.

"Di pikiran kalian mungkin ini gak penting, tapi bagi gue, ini penting. Yujin, dia beda. Pas gue natap Yujin, gue bisa rasain dia di diri Yujin," ucap Minju.

"Minju, dia udah—"

"Gue tau!" potong Minju.

"Tapi gue belum bisa nerima," lirih Minju, matanya perlahan berkaca - kaca. Setetes demi setetes cairan bening keluar dari matanya yang cantik.

"Gue yakin lo bisa, Ju. Lo gak bisa tetep diam di tempat kayak gini,"

"Ya Yujin jalan keluarnya!" balas Minju.

"Dia cewe, Minju," ucap Yuri.

"Gue ga peduli,"

"Gue mau Yujin, dia harus jadi milik gue, dia harus cinta gue,"

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Aku masak nasi goreng. Kita makan dulu ya?"

"Wih, mantep nih. Ayo masuk dulu,"

Percakapan itu terdengar samar oleh telinga Minju. Yang ia tahu, salah satu pemilik suara adalah Yujin.

"Wonyoung?" batinnya menerka. Jiwanya terasa ditampar realita bahwa Yujin bukan miliknya.

Minju menghela nafas, ia memilih untuk segera beberes dan berangkat ke sekolah.

Begitu Minju selesai dengan semua urusannya, saat itu juga Yujin keluar dari unitnya. Tentu bersama Minju.

Namun, Yujin sepertinya tak sadar bahwa Minju berdiri di belakangnya. Minju dapat melihat tangan Yujin menggenggam erat tangan gadis di sampingnya. Dari belakang sudah terlihat jelas bahwa itu adalah Wonyoung.

"Cara Yujin natap Wonyoung, beda sama dia natap orang lain. Termasuk gue," lirih Minju. Ia masih diam memaku, sementara dua insan itu sudah melangkah cukup jauh.

.
.
.
.
.

"Gue lagi patah hati gak sih?" batin Minju. Ia bisa merasakan bahwa dirinya tak bertenaga hari ini. Bukan sakit, lebih condong ke tidak bersemangat.

"Minju?"

Seseorang membuyarkan lamunan Minju. Minju menatap orang itu.

"Lo kenapa? Masih sakit?" tanya Ryujin, ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Minju.

"Udah gapapa," lirih Minju.

"Lo kenapa?" tanya Ryujin.

"Kalo gue kasih tau, lo bisa janji buat gak cerita ke siapapun?" tanya Minju.

"Iyaa, percaya ama gue," ucap Ryujin sambil tersenyum lebar.

"Gue.. gue suka Yujin," ucap Minju, suaranya sangat pelan. Bahkan nyaris tak terdengar.

"Dan sekarang lo lagi patah hati?" tebak Ryujin. Minju terdiam.

"Gue nawarin pelukan gratis," ucap Ryujin sambil merentangkan tangannya, tak lupa cengiran khasnya.

"Tiga detik lagi jadi ada harga—"

Ryujin terdiam.

Minju memeluk Ryujin.

"Makasih," lirih Minju.

"Anjing anjing, ni cewe wangi banget,"


𝑾𝑨𝑵𝑻Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz