Bagian 4

1K 164 13
                                    

Karena nunggu 100 kelamaan jadi ak apdet sekarang deh. Gabisa aku tuh nyimpen draf, gatel pengen up ehehehe.





"Yujin? Ngapain?"

Seketika Yujin mematung. Jelas bahwa dia sudah ketahuan di percobaan pertamanya. Yujin perlahan berbalik, menatap Minju yang bahkan belum mengganti pakaiannya.

"Ngapain?" ulang Minju. Lidah Yujin terasa kelu, ia bahkan tak memikirkan plan B untuk situasi seperti ini.

"A-anu—"

"Udahlah gaperlu dijawab. Kamu juga pasti gak bisa jawab jujur 'kan? Sana keluar," ucap Minju dengan senyum manisnya. Yujin hanya bisa menghela nafas, padahal sedikit lagi.

"Langkah gue terlalu kebaca ya? Dia ampe securiga itu," batin Minju kemudian mulai membersihkan diri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Yujin dan Minju berjalan berdampingan menuju sekolah. Setelah mengenakan seragam, Minju memang terlihat lebih muda. Yujin sedikit mengurangi rasa curiganya, seharusnya ia tak mengusik kehidupan pribadi Minju sampai sejauh itu.

"Lo masuk kelas berapa btw?" tanya Yujin.

"Belum tau. Ini mau ke ruang guru dulu buat kepastiannya gimana," ucap Minju.

"Btw—"

"Kenapa?"

"Maaf soal yang tadi, gue gak bermak—"

"Gak papa," jawab Minju sembari tersenyum lebar memamerkan deretan giginya yang rapih serta garis pipi yang terlihat cocok di wajahnya itu. Yujin yang melihat itu seketika mematung, dia tak menyangka bahwa Minju ternyata secantik ini.

Namun itu tertahan lama sebab teriakan siswa di sekolah Yujin menyebutkan nama seorang gadis.

"WOAH WONYOUNGGG!!!"

"WONYOUNGGG!!!"

"Wonyoung? Wonyoung ngapain?" Yujin segera bergerak ke asal suara.

Minju yang penasaran juga mengikuti langkah Yujin.

Ternyata bro&sis.

Begitu batin Yujin.

Yujin menghela nafas melihat bagaimana Wonyoung melangkah dengan anggun digandeng oleh pria yang tampan pula.

Di sekolah Yujin memang ada ajang tahunan bernama bro&sis. Jadi, setiap tahun akan dipilih siswa dan siswi paling populer, biasanya untuk dijadikan model dalam iklan atau promosi sekolah untuk tahun ajaran baru. Dan tahun ini, Sunghoon dan Wonyoung adalah pemegangnya.

"Kalo aja masih kelas 11, mungkin tahun depan aku yang disitu," ucap Minju penuh dengan rasa percaya diri.

"Tinggi badan lo masih di bawah kkm gausah sok keras," ucap Yujin. Minju mengerutkan dahinya, sepertinya Yujin tak suka Wonyoung dihina.

Yujin kemudian melangkah pergi, meninggalkan Minju yang masih diam memaku.

"Yujin keknya suka si Wonyoung Wonyoung ini," batin Minju.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Minju sudah selesai dengan diskusi bersama kepala sekolah. Setelah beragam negoisasi, akhirnya Minju bisa berada di kelas ipa 2, bersama dengan Yujin.

"Selamat pagi, Anak - anak," ucap Irene, selaku wali kelas mereka.

"Hari ini, kalian kedatangan teman baru. Silahkan masuk," ucap Irene kepada Minju. Minju dengan sopan melangkah masuk, menebar senyumnya kepada seisi kelas.

"Cantik banget,"

"Spek kek gini kenapa masuknya pas tinggal satu semester lagi dah anjir,"

"Bidadari woi"

"Minju sekelas ama kita dong!"

Banyak lagi bisik - bisik yang timbul ketika Minju menunjukkan dirinya. Minju tersenyum ramah dan semua orang menyukainya.

"Perkenalkan, saya Kim Minju. Semoga kita bisa berteman baik," ucap Minju.

"HALO MINJUU" ucap seisi kelas.

"Duduk di samping aku, Ju. Lo minggir aja Seung!" ucap seorang remaja laki - laki dengan nama Jake.

"Apaan sih" balas orang yang diusir, Heeseung.

"Minju, silahkan duduk di tempat yang kosong," ucap Irene. Minju mengangguk.

Setelah itu, pembelajaran di mulai dengan suasana kelas yang tentram.
.
.
.

Tiga jam yang melelahkan berlalu, kini sudah waktunya jam istirahat. Meja Minju didatangi oleh anak laki - laki yang sepertinya ingin mendekatinya.

"Minju, boleh kenalan?" ucap seorang laki - laki. Minju mengingat wajah ini, dia adalah pria yang berdampingan dengan Wonyoung tadi pagi.

"Udah tau nama gue kan? Ngapain kenalan?" Balas Minju, wajahnya tak menunjukkan ekspresi apapun.

"Gue Sunghoon," ucapnya.

"Gak nanya," balas Minju.

"Belagu amat. Untung cantik," ucap Sunghoon. Ia menunjukkan raut tak senang atas respon Minju kepadanya.

"Semua cewe di sekolah ini bertekuk lutut sama gue. Biasanya yang engga, lesbi," ucap Sunghoon sambil tersenyum miring.

"Iyain," balas Minju malas.

"Btw berapa cewe yang bertekuk lutut ama lo? 200? 400? 600?"

"Hah—"

"Gue bisa bikin ribuan cewe ama cowo bertekuk lutut di hadapan gue kalo gue mau. Termasuk bokap lo," bisik Minju sambil tersenyum tipis.

"Anj—"

"Wei Sunghoon, mending lo jauh - jauh dah!" Minju tersenyum lega ketika mendengar suara itu. Itu suara Ryujin. Sepertinya baru kembali dari kantin. Sunghoon tak memilih untuk ribut, lelaki itu keluar dari kelas.

"Hai," ucap Ryujin.

"Hai," balas Minju.

"Lo ga makan siang? Istirahat kedua sekitar dua jam lagi loh?" ucap Ryujin.

"Engga deh, belum laper," ucap Minju.

"Gue beli susu coklat btw. Nih, buat lo," ucap Ryujin.

"Tap—"

"Anggep aja balasan kecil atas makanan enak yang lo kasih semalem," ucap Ryujin.

"Btw, aku mau nanya,"

"Kenapa?"

"Tapi janji jangan bilang siapa - siapa aku nanya ini,"

"Iyaa janji. Nanya apa?"

"Yujin suka Wonyoung ya?" tanya Minju.

"Hah? Suka?"

"Iyaa, kayak.. cara Yujin natap Wonyoung tuh—"

"Bukan suka. Lebih tepatnya cinta. Wong mereka pacaran," ucap Ryujin.

Seketika Minju terdiam mendengar jawaban Ryujin.

"Trus Wonyoung sama Sunghoon?"

"Gimmick doang elah. Namanya juga mereka citra sekolah. Di ship-in satu sekolah ini," ucap Ryujin.

"O-oh gitu.." bahu Minju melemas. Dia sudah menghabiskan uangnya untuk ini, dia tak boleh menyerah sampai sini.

Tbc

𝑾𝑨𝑵𝑻Where stories live. Discover now