5. Pamer Kebaikan

Start from the beginning
                                    

Pari medengkus kesal. Anak itu sungguh banyak alasan.

"Jalan atau aku tinggal?"

"Iya-iya, jalan! Ish!"

-o0o-

Kalian tahu? Anak kecil itu aneh. Pikiran mereka sederhana, tetapi kadang lebih dewasa dari orang dewasa itu sendiri. Mereka yang melabeli dirinya dewasa sering mendendam untuk waktu lama, tak jarang meyakininya sampai mati.

Kla tidak bisa seperti itu. Lihat saja, untuk ukuran yang katanya marah, ia masih membelikan dua kotak susu cokelat untuk Pari dengan uang sakunya yang tak seberapa. Hal itu ia lakukan karena tahu, bahwa Pari tak akan lagi sedih bila meminumnya. Sebagai dalih, hasil iuran dengan Rui dan Sra katanya.

"Makasih, Kla." Senyum lebar sudah terbit di bibir Pari, tak seperti tadi.

Ia duduk di bangkunya sendiri, dan Kla kembali setelah pergi beberapa menit lalu. Dengan dua kotak susu di tangan.

Dua anak itu jelas menjadi pusat perhatian teman-teman Pari. Biar saja.

"Pulang nanti tunggu di sini!" perintah Kla, "biar Rui sama Sra yang bantu kamu jalan."

Pangkal alis Pari tertaut. "Kamu?"

"Malas!"

Pari mencibir tanpa suara saat Kla menghilang di balik pintu.

Sampai di kelas, Kla sudah dicegat Rui yang berbincang dengan Gardenia. Omong-omong, rupanya Gardenia pindah karena ayahnya yang seorang pegawai negeri dipindahtugaskan ke daerah itu.

"Kamu dari kelas Pari?"

Kla hanya bergumam, lalu duduk.

"Nggak mau jajan?" tanya Rui lagi. Meski sejujurnya Kla memang jarang pergi ke kantin atau koperasi, tetapi anak itu sering titip pada Sra.

"Habis," jawab Kla singkat. Ia mulai sibuk membuka buku yang dibawanya dari rumah. Karya penulis cilik bernama Abinaya Ghina Jamela yang berjudul Kucing, Lelaki Tua, dan Penulis yang Keliru.

"Hah? Apanya yang habis? Uang saku? Kan tadi dikasih lebih sama Mama."

Sementara keduanya bicara, Gardenia diam, memperhatikan mereka bergiliran.

"Rui berisik!"

Sungguh, Rui heran dengan Kla. Anak itu mudah sekali marah hanya karena hal kecil.

"Aku serius tanya, Kla." Rui tak mau kalah. Pasalnya, uang yang diberikan mama mereka pagi ini memang melebihi biasanya.

Kla menatap tajam, berdecak sebelum benar-benar menjawab, "Beli Ultramilk buat Pari, puas?"

Sempurna bibir Rui melengkung ke atas.

"Pari itu anak perempuan yang tadi, ya?" Pertanyaan polos Gardenia sukses mengambil alih atensi dua anak lelaki itu. "Dia cantik banget. Matanya biru, aku suka."

Senyum Rui mengembang sempurna. "Iya, yang tadi Pari namanya. Anak depan rumah kami. Kamu mau berteman sama dia?"

Mata Gardenia berbinar seketika. "Boleh? Emang dia mau temenan sama aku?"

EbulisiWhere stories live. Discover now