Menaiki lift sampai di lantai 6, di mana letak apartemen milik Jovan. Menekan sandi yang di beritahukan oleh Marvel tadi. Pintu terbuka dan langsung di hadapkan oleh Jovan yang sedang bermain dengan wanita.

Jovan yang terkejut melihat Jaenar datang ke apartemennya dan tau kata sandinya. Saat ini dirinya sedang tidur dengan wanita malam, dia menghabiskan malam sampai paginya di sofa ruang TV apartemennya. Jovan langsung menyingkirkan wanita di atasnya dan berdiri memakai pakainya menghampiri Jaenar yang berdiri berbalik badan.

"Ngapain lo?" Jaenar berbalik dan berhadapan langsung dengan Jovan. Jaenar menatap wanita tadi dari atas sampai bawah, wanita tadi sudah berpakaian lengkap nun pakaiannya saja tidak terlihat seperti pakaian, hanya rok mini dan tangtop.

Jovan yang menyadari Jaenar memandang wanita tersebut menyuruh wanita itu untuk keluar dari apartemennya. "Keluar udah gue TF, gak usah balik lagi" wanita tersebut langsung pergi meninggalkan Jovan dan Jaenar.

"Lo ngapain ke mari? Tau alamat sama kata sandi apartemen gue dari mana?" Jovan memandang Jaenar dan memberikan pertanyaan yang memang patut di pertanyakan. Jaenar masih dia di hadapannya tidak mengeluarkan apapun kata apapun.

"Lo kenapa sih anjir, ngomong woy" sampai akhirnya Jaenar mengeluarkan kalimat yang membuat Jovan terkejut.

"Gua hamil" Jovan menatap Jaenar dengar mata memicing.

"gua hamil anak Lo" Jovan tertawa mendengar apa yang di katakan Jaenar, tidak mungkin seorang pria hamil.

"Gak usah becanda, Gilak ya Lo" Jovan terus tertawa.

"Gua punya kelainan yang buat gua bisa hamil, gua gk mungkin becanda soal ini" jaenar mulai kesal dan mencengkram kuat dagu Jovan. Jovan berhenti dari tawanya.

"Gugurin. Kalo emang lo hamil" Jaenar memukul Jovan tepat di pelipis pemuda itu, tidak hanya jaenar namun Jovan juga mulai membalas pukulan itu. hingga keduanya berhenti kelelahan.

Setelah beberapa saat setalah keduanya berbaring di lantai apartemen milik Jovan yang sudah tidak berbentuk karena ulah mereka, Jovan berdiri memandang Jaenar yang masi memejamkan matanya sambil terlentang di atas marmer apartemennya.

Jovan sebenarnya Masi ragu, apakah benar Jaenar bisa hamil? Tapi setelah di melihat Jaenar yang menghajarnya sampai dari keluar dari hidung dan bibirnya yang pecah karena ulah Jaenar mulai nsedikit percaya.

Jovan menarik nafas panjang sebelum mengatakan hal ini. "Kalo memang yang lo omongin itu bener,gue harap lo gugurin dan gak jadi Boomerang buat lu"

Jaenar refleks membuka matanya dan melihat Jaenar yang berdiri di hadapannya dengan enteng berkata seperti ini. Jaenar berdiri menatap wajah Jovan yang hanya beberapa senti di hadapanya.

"Lo nyuruh gue gugurin dia? Lo seberengsek itu ternyata"

"Gue kayak gitu karena gak bisa berbuat apapun,gue gak mungkin nikahin lo. Papa gue dan semua keluarga gue gak bakal sudih sama hubungan kayak gini"

"Lo bener-bener anjing lo udah buat gue kayak gini dan.."

"Gue ngelakuin itu karena khilaf, kalo gue tau lo bisa hamil gue gak akan mau ngelakuin hal itu sama lo. Dan sekarang gue nyesel" Jovan memotong ucapan Jaenar dan menatap Jaenar yang sedang menatapnya juga.

"Lo berengsek"

'bugh' satu pukulan lagi mengenai pelipis Jovan, saat ini Jovan tidak membalas.

"Gue harap lo gak bakal nyesel sama apa yang lo bilang" Jaenar meninggalkan Jovan dengan satu tendangan yang di perut Jovan. Membuat Jovan saat ini sedang menunduk memegangi perutnya.

Jaenar mengendari motornya Dangan kecepatan tinggi membela jalanan yang yang ramai dengan kelakson dan pengendara lainnya. Jaenar merasakan sakit di dadanya ntah apa itu tapi membuat Jaenar rasanya ingin menangis saja saat ini.

Tujuan Jaenar saat ini ke rumah Harry teman dan sahabatnya yang paling mengerti dirinya walaupun Harry suka kasar kepada Jaenar tapi Harry lah yang membuat Jaenar jauh lebih kuat dari sekarang.

Harry tampak terkejut melihat Jaenar di depan pintu kamarnya sambil menundukkan kepalanya, terakhir kali dirinya seperti ini saat Ayahnya memarahinya dulu. Tapi sekarang dia kenapa.

Harry bangkit dari tidurnya dan menghampiri Jaenar, "na Lo kenapa?" Harry menutup pintu kamarnya dan menuntun Jaenar untuk duduk di kasurnya.

"Ry... Gue gak peduli Lo mau percaya apa enggak, gue hamil" Jaenar menatap Harry yang sedang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Ha? Lo ngehamili cewek mana?"

"Bukan gue yang ngehamili tapi gue yang hamil"

"Yang serius dong kalo ngomong, gue gampar ntar lo ya anjir" Harry terus menatap Jaenar untuk melihat apakah sahabatnya itu berbohong, namun tidak ada kebohongan di matanya.

"Lo harus cerita ke gue Na, kok bisa?"

"Gue di lahirkan sama laki-laki. Gue gak punya mama, Ayah selama gak jujur ke gue. Dan sekarang gue yang hamil" menundukkan wajahnya tidak berani menatap Harry lama-lama karena wajah Harry mengintimidasi dirinya.

"Kok lo bisa hamil? Berarti lo pernah ngewe sama cowok?" Jaenar hanya menganggukkan kepalanya yang menunduk.

"Wah gila! Siapa orangnya?"

"Jovan" Harry semakin melototkan matanya, dirinya tidak salah denger kan? Kenapa bisa dengan Jovan.

"Lo pacaran sama Jovan" lagi-lagi Jaenar hanya menggelengkan kepalanya.

"Terus?"

"Jovan ngepaksa gue, kalo bahasa kasarnya dia perkosa gue" Jaenar Masi menunduk sambil memilin ujung bajunya, dirinya tidak berani melihat wajah merah Harry. Wajah Harry seperti ini menakutkan.

"Lo kok mau anjing"

"Gue di paksa"

"Terus dia udah tau"

Jaenar mengangguk-angguk kepalanya lagi matanya sudah hampir menangis saat ini.

"Ini muka lo lebam begini karena dia?" Jaenar diam tidak mengangguk dan tidak bersuara. Tak lama kemudia suara isakan kecil terdengar dari bibir Jaenar. Jaenar menangis mungkin efek dari kehamilannya yang membuat dirinya lebih sensitif.

"Dia..gak..mau tang..gung jawab" Jaenar menangis suaranya bergetar dan menaruh kepalanya di bahu Harry.

"Dia bilang kalo dia gak mau nikah sama laki-laki dan suruh gue gugurin anak gue" Harry semakin naik pitam dia memeluk Jaenar yang masi menangis di dekapannya.

MAKASIH UDAH MAU BACA CERITA AKU🥰
JANGAN LUPA VOTE YA GAYS🥰
MAKASIH🙏

MAAF KALAU ADA TYPO😘🙏


Love mistake || NOMIN Where stories live. Discover now