Dengan langkah cepat Calya menuruni satu persatu anak tangga untuk segera menemui Dimas.

"Dimas mana mah?" tanya Calya kepada sang ibu yang sedang menyiapkan bekal untuk Bara.

"Di teras. Mamah suru masuk ga mau" jawab Intan kemudian Calya berlari kecil menuju teras rumahnya dan benar saja ada Dimas sedang berdiri membelakangi pintu utama rumah Calya.

Dengan hembusan nafas pelan Calya kemudian memberanikan diri untuk memanggil Dimas "Dim?"

Dimas mengarahkan pandangannya ke sumber suara Calya, kemudian lelaki itu tersenyum ke arahnya "Sudah siap?"

"Ada apa pagi-pagi gini ke rumah?" bukannya menjawab pertanyaan Dimas Calya malah bertanya balik.

"Mau anter kamu sekolah" jawab Dimas.

Calya nampak memperhatikan penampilan Dimas yang hanya memakai celana jeans panjang dan kaos polos berwarna putih bukannya seragam sekolah.

"Aku ga sekolah" ucap Dimas seolah mengerti apa yang ada di dalam fikiran Calya.

"Kenapa?"

"Mau ke Bandung, ada urusan. Aku ke sini cuma mau anter kamu sekolah" jawab Dimas kembali tersenyum tipis "Boleh kan?"

"Hmm boleh deh"

"Ayo. Pamit dulu sana sama mamah" titah Dimas

Calya kembali kedalam rumah untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya, setelah beberapa menit ia kembali menghampiri Dimas yang masih setia di depan pintu rumahnya.

Melihat Calya yang sudah siap Dimas berjalan menuju mobilnya begitupun dengan Calya yang menyusul mengekori di belakangnya.

Di sepanjang perjalanan menuju SMA Trisatya hanya keheningan yang tercipta tidak ada dari mereka yang ingin memulai percakapan terlebih dahulu.

"Calya" setelah seperkian menit lamanya kini Dimas ingin memulai topik pembicaraan.

Calya tidak menjawab ia hanya mengarahkan wajahnya menatap Dimas.

"Semalam kok bisa sama anak Regaza?" tanya Dimas dengan raut wajah yang datar seperti biasanya.

"Bisa" jawab Calya singkat

Dimas menghembuskan nafas kasar tanpa sepatah katapun lagi yang terucap.

"Kenapa emangnya?" tanya Calya

"Gak tau kenapa tapi aku sakit liatnya" jawab Dimas jujur dan santai.

"Apanya yang sakit?" tanya Calya memancing.

Dimas meraih tangan Calya kemudian ia letakkan di dadanya "Ini yang sakit" jawabnya.

Calya yang salting dengan cepat menarik kembali tangannya "Kalau sakit minum obat" katanya berusaha menutupi kalau ia masih dalam keadaan salting.

"Obatnya ga bisa di minum"

"Emang obat apa yang ga bisa di minum?"

"Kamu" jawab Dimas yang semakin membuat naga-naga buas di perut Calya meronta-ronta. Elah lebay amat dah.

Tak ingin tambah salting Calya kini hanya diam agar Dimas tidak lagi menggombal. Gimana mau move on, mantannya semakin lama semakin sweet gini. Batin Calya.

Begitu sampai di gerbang SMA Trisatya kini Calya beranjak keluar dari mobil Dimas begitupun sang pemilik mobil.

"Belajar yang bener ya" ucap Dimas menepuk-nepuk pucuk kepala Calya pelan.

"Siyap" jawab Calya berlagak hormat dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak salting. Jangan sampai dirinya keliatan gamon, salah sendiri kemarin di ajak balikan ga mau ya gaes ya.

"Aku pergi dulu ya"

"Iya. Lo hati-hati dan cepet pulang, jangan lama-lama di Bandung" jawab Calya dengan senyum khasnya.

"Kalau lama kenapa?" tanya Dimas tersenyum jahil

"Gpp si, cuma pengen ngomong itu aja" jujur dalam lubuk hati Calya sebenernya ia khawatir dengan Dimas yang akan pergi ke Bandung, ia juga sangat penasaran mengapa laki-laki itu ingin pergi ke sana lagi. namun ia sadar posisinya sekarang hanya sekedar teman jadi Calya merasa tidak pantas untuk mencampuri urusan Dimas.

"Kalo lama nanti kangen ya?" kata Dimas meledek Calya dengan cara mendekatkan wajahnya ke wajah Calya

Calya dengan cepat menoyor jidat Dimas "Kepedean!" sarkasnya "Gw masuk, bye" lanjutnya kemudian meninggalkan Dimas di depan gerbang SMA Trisatya.

"Jadi kebalik sekarang" ujar Dimas tertawa kecil seraya menatap kepergian Calya dari hadapannya.





_______________________________

Jangan lupa vote dan komen;

TIME LOOP (ON GOING)Where stories live. Discover now