Bab 12: Waiting For You Like a Fool

147 12 0
                                    

Aku terdiam menatapi kepergian Sastra yang diiringi hentakan keras kaki nya yang besar. Padahal sudah jelas jelas tertera di kontrak bahwa aku harus membuatkan nya makanan. Dia bilang dia suka masakan buatan rumah lah, ini itu lah. Sekarang? Ia malah menyuruhku untuk tidak membuatkan nya makanan.
Aku melihat ke arah meja makan yang penuh dengan masakan buatan ku. Dengan berat hati, aku menghabiskan semua nya supaya tidak mubazir. Andai saja waktu itu aku tidak diusir dari kosan, mungkin aku tidak akan merasakan derita batin seperti ini.

Sastra Hamonangan's POV

"Heyy!! Udah lama nunggu, Bro?" Tanya laki laki dengan rambut mullet sambil menjabat tanganku.

"Ga terlalu. Gila! Udah keren banget lo sekarang. Udah jadi orang kaya. Kasih tips nya dong supaya jadi pengusaha sukses kayak lo." Sapa ku membuka obrolan kepada teman lama.

"Mana ada pengusaha sukses. Lo inget ga bokap gue yang tukang selingkuh itu? Yang pas gue kecelakaan, mak gue dateng, tapi bokap gue sama pacarnya ikut nyamperin gue juga. Masih inget kan?" Kata Frederik serius.

"I-iiinget, Fred. Kenapa?" Jawabku dengan suara gemetar.

"Bokap gue akhirnya mati juga!" Kata Frederik sangat bersemangat. Sampai sampai, seluruh pengunjung mengarahkan mata kepada nya.

"Sialan. Kok lo seneng sih?" Tanya ku kebingungan.

"Ya iyalah. Nyokap gue penyakitan semenjak kejadian itu. Makan hati tau ga lo! Sekarang bokap gue udah ninggal, seluruh aset perumahan, kolam renang, kebon sawit, mini market, semua gue yang handle." Jelas Frederik sambil menyesap minuman.

"Turut berduka cita untuk bokap lo. And congrats buat lo." Kata ku dengan nada miris.

Seperti petir yang menyambar, tiba tiba saja Caca datang menghampiri table kami. Aku menatap Caca dengan tatapan bingung.

"Ih sorry ya gue telat. Masa tiba tiba aja air di apartemen gue mati. Gila tadi hectic banget situasi nya." Kata Caca sambil membenarkan rambutnya.

"Eh, maaf gue pergi dulu. Gue ada penting." Kata ku mencari alasan.

Seperti biasa, Caca menarik lengan ku dan memohon ku untuk tinggal.

"Iya. Kok buru buru banget. Belum ada kali 15 menit kita cerita, lo udah minggat aja." Kata Frederik ikut menimpali.

"Biasa lah, Fred. Ntar bini nya ngamuk. Kan dia udah nikah sama bocil SMA. You'll never know how clingy she is!" Kata Caca dengan nada sinis.

Aku tak menghiraukan ucapan Caca dan pergi meninggalkan Caca dan Fred disana.

Sesampainya di Jeep ku, aku menghembuskan nafas kasar. Baru saja aku hendak menyalakan mesin mobilku, tiba tiba ada seseorang menggedor gedor kaca mobil. Sebelum aku menolehkan kepalaku, aku sudah tau bahwa perempuan itu adalah Caca.
Tanpa aba aba, ia masuk ke mobil dan duduk di bangku sebelahku.

"Lo mau ngapain?" Tanya ku malas.

"Ya nyari tumpangan. Gue mau pulang." Jawabnya.

Aku merasa tidak enak jika harus menyuruhnya turun. Lagian, apa salah Caca sehingga aku menyuruhnya turun? Mata nya yang berbinar binar, fisik yang indah tak bercela, berasal dari keluarga yang terhormat, siapa yang bisa menolak perempuan seperti ini?

Kami duduk berdua tanpa suara. Menikmati angin malam kota Jakarta dengan kaca mobil yang terbuka. Lagu Nothings Gonna Stop Us by Starships keluar masuk dari telinga kami. Band kesukaan kami berdua. Aransemen yang sama, tetapi lirik yang menjadikan nya berbeda.

"Sastra. Kita drivethru yok." Ajak Caca.

Seperti biasa, aku tidak bisa menolak ucapan nya. Kami memesan cheese burger, oreo mcflurry, apple pie, dan air mineral.
Aku memarkirkan mobil tepat di depan SMA kami dulu. Tempat dimana semua nya dimulai dan kuharap, cinta kami dapat dimulai kembali.

He's Into His Pariban Where stories live. Discover now