Bab 10: Having Fun

123 9 1
                                    

10 menit sebelumnya

Seperti biasa, aku terbangun pukul 04.00 jika di tempat baru. Aku memutar balikkan badan ku. Alangkah terkejut nya aku melihat orang nyinyir ini tidur di sebelah ku. Tanganku sudah siap untuk menamparnya, tetapi, aku urungkan niat itu. Rencana jahat muncul di pikiran ku untuk membalas perilaku nya kepadaku.
Dengan perlahan lahan, aku meraih bedak bayi di atas meja dan menaburkan nya di wajahku. Setelah wajahku putih seperti donat gula, aku melanjutkan misi ku dengan menggelitiki kaki Sastra. Tak menunggu waktu lama, Sastra mulai gelisah dan membuka mata nya.

"AAAAAKKKKKK." Sastra berteriak dan menendang wajahku dengan kaki nya.

Aku mendengus kesakitan. Biarpun begitu, aku tetap bangkit untuk mengerjai nya. Tetapi sudah terlambat, ia sadar bahwa aku telah mengerjai nya.

"HAHAHAHAHAHAHA. MAMPUS LO! SALAH SENDIRI NGERJAIN GUE SEMALEM." Kata ku sambil tertawa terbahak bahak.

"Heh denger ya! Gue tu ga takut sama hantu. Gue tadi cuma kaget aja. Mohon maap ya, Neng! Lo gagal ngerjain gue." Jawabnya menyangkal.

"Eleh. Jelas jelas ya gue liat lo tadi kaget banget sampe teriak kayak bencong. Masih gamau ngaku lo?"

Sastra menatapku yang tertawa terbahak bahak dengan tatapan mengintimidasi. Lalu ia berkata,

"Ayo cepat siap siap. Kita mau balik ke Jakarta." Kata nya sembari menyusun sesuatu.

"Kok cepet banget? Jadi disini cuma mau tidur aja gitu?" Tanya ku keheranan.

"Yaiyalah. Emang nya lo mau ngapain disini? Kalo lo mau jadi tukang nyuci piring disini yaudah sih. Gapapa." Jawabnya dengan jawaban menyebalkan.

"Jalan jalan dulu kek sebelum pergi. Terakhir check out jam 12 kan? Sekarang aja baru setengah lima. Gue mau jalan jalan pokoknya titik!" Pinta ku memaksa.

"Kaga kaga kaga! Habis habisin duit tau ga lo."

"PLEASE." Aku memohon.

Sastra menatapku lama.

"Yaudah siap siap. Tapi inget, jangan minta macem macem." Kata nya.

Aku teriak kesenangan dan langsung menuju kamar mandi untuk bergegas pergi.
Setelah semua nya siap, akhirnya kami pergi ke salah satu tempat hiburan. Disana, ada tempat peminjaman sepeda dan banyak sekali anak anak.

"SASSS. NAIK SEPEDA YOKKK. GUE MAU YANG ADA KERANJANG DI DEPAN TERUS YANG PINK." Kata ku sembari menarik lengan Sastra yang sedang celingak celinguk kebingungan.

"Yang keranjang pink berapaan, mang?" Tanya Sastra kepada penjual.

"Sejam 20 ribu aja, Aa." Jawab si penjual dengan logat sunda nya.

"Kalo yang ini berapaan, mang?" Tanya Sastra lagi sambil menunjuk sepeda yang tinggi dan berwarna hitam.

"Yang item juga sama aja, Aa. 20 ribuan doang." Jawab penjual.

"Kalo yang ini berapaan, mang?" Tanya Sastra lagi. Tapi kali ini menunjuk sepeda dengan 2 bangku.

"Ooh yang ini 15 ribu aja." Jawab penjual.

"Oke yang ini aja, mang." Kata Sastra.

"Iiihhh gue gamau lo yang bonceng. Gue mau yang pink." Kata ku kembali memaksa.

"Lebih murah yang berdua. Lo gamau gue bonceng? Yaudah lo yang bonceng gue."

"YA TUHAN. Pelit pelit pelit lo!"

"Berarti gue boleh yang ngebonceng?" Kata ku lagi.

"Hmm." Jawab Sastra singkat.

Aku teriak kesenangan. Karena, aku suka sekali naik sepeda.

He's Into His Pariban Där berättelser lever. Upptäck nu