-33- Kontraksi

2.6K 278 43
                                    

Sepeninggalan Dokter Meriska, Andin meminta Aldebaran menemaninya bermain gymball.

Sang suami berjalan pelan di belakang sang istri sambil menjaga wanita itu

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Sang suami berjalan pelan di belakang sang istri sambil menjaga wanita itu. Andin duduk di gymball. Aldebaran memegang kedua tangan sang istri untuk menjaga keseimbangannya.

"Masih sakit?" tanya Aldebaran. Andin menggeleng kecil. "Udah engga" jawabnya. Aldebaran menghela nafas lega mendengarnya. Sungguh hatinya tidak tenang selama menemani Andin kontraksi.

Andin juga beberapa kali mengatur nafasnya agar mudah untuk mengejan nanti. Aldebaran hanya tersenyum tipis melihat perjuangan sang istri demi mengeluarkan buah hati kedua mereka.

"Kamu hebat, Ndin. Engga mudah jadi seorang wanita, tapi kamu kuat untuk melahirkan anak-anak kita" ucap Aldebaran dalam hatinya.

Aldebaran terus memerhatikan sang istri yang bermain gymball sambil memegangi tangannya. "Aku ga sabar ketemu anak kita, Mas" ucap Andin seraya mengelus perutnya.

Sang suami tersenyum. "Iya, semuanya juga ngga sabar, Ndin"

Tak lama kemudian, pukul dua lebih 45 menit, Andin kembali ke atas ranjang dan berbaring menghadap ke suaminya yang duduk di kursi sebelah ranjang rumah sakit. "Kamu kalau mau tidur, tidur aja" ucap Aldebaran.

"Aku mau tidur, tapi ngga bisa" balas Andin. Aldebaran pun menggenggam erat tangan Andin. "Yaudah, kalau gitu, mau apa?"

"Mikirin nama anak kita" ucap Andin. Aldebaran hanya tersenyum disertai tawa kecil. "Kenapa, Mas?"

"Kamu gausah banyak mikir. Itu udah saya siapin semuanya, tinggal nunggu yang keluar cewek atau cowok" jelas Aldebaran.

Tatapan Andin berbinar begitu mendengar ucapan suaminya. "Nama lengkapnya udah?" tanya Andin. "Baru nama depan, nama tengahnya nanti kamu bisa pilih"

Andin mengangguk-angguk. Al mencium punggung tangan Andin sebagai tanda cintanya kepada sang istri.

Jam tangan Aldebaran sudah menunjukkan pukul tiga lebih dua puluh menit. Andin masih terjaga. Beberapa kali kontraksi kembali datang membuat wanita itu merasakan rasa sakit.

Dokter Meriska, dokter itu pun masih terjaga selama perkembangan pembukaan istri Aldebaran itu. Dokter itu bersama seorang perawat kembali datang untuk mengecek pembukaan Andin.

"Bagaimana Ibu Andin? Sudah mulai intens?" tanya Dokter Meriska sambil tersenyum. Andin hanya membalasnya dengan anggukan kecil dan senyuman tipis di bibirnya.

Wanita yang terbaring lemah menghadap kanan itu tidak seceria tadi. Wajahnya mulai dipenuhi keringat. "Dicek dulu, ya, Bu Andin. Sudah pembukaan berapa" ucap Dokter Meriska.

Aldebaran tak hentinya terus mengelus rambut Andin seolah memberi energi positif kepada sang istri.

"Wah, Alhamdulillah, sudah pembukaan tujuh. Sabar, ya, Bu Andin, sebentar lagi pembukaannya sempurna" jelas Dokter Meriska usai memeriksa Andin. Istri Aldebaran itu kembali mengangguk untuk mengiyakan ucapan dokter kandungannya.

FOREVER 2 : ALADIN [END]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora