-8- Deeptalk

2.1K 236 9
                                    

Matahari mulai turun dari tempatnya, menandakan hari sudah sore. Aldebaran baru saja tiba di rumah. Sore sekali pria ini baru pulang.

Dia segera masuk ke ruang kerjanya, ruangan tempat nya menenangkan pikiran. Ia duduk di kursi beroda yang berada di depan mejanya, menyandarkan kepalanya ke sandaran empuk berwarna hitam itu. Memejamkan matanya sesekali, tanda ia perlu sesuatu yang dapat membuatnya jauh lebih tenang, Andin.

Tapi dia ingat, dia dan Andin sedang tidak baik-baik saja sekarang. Tentu saja dia gengsi untuk memulainya. Tetapi dia memerlukan Andin. Biar bagaimanapun, istri adalah tempat pulang suami.

---

Andin berada di dapur bersama Kiki, si asisten rumah tangga. Mereka kompak untuk memasak masakan spesial malam ini. Juga untuk menenangkan pikiran suami Andin dengan masakannya.

Usai meletakkan masakan tersebut ke piring, Andin melihat ke jam dinding. "Udah jam 5, Mas Al udah pulang belum ya?" tanya Andin.

Kiki yang tengah memberesi kompor itu pun menjawab, "Kayaknya udah deh Mba, tadi, Kiki denger suara mobil Mas Al" ucapnya.

"Oh ya? Yaudah kalau gitu, aku ke Mas Al dulu ya" ucap Andin. "Iya Mba Andin" balas Kiki. Andin pun meninggalkan Kiki di dapur.

Istri Aldebaran ini berjalan ke kamar, membuka pintu itu. Namun dia tak melihat Aldebaran disana, "Mas Al ga ada" ucapnya.

Tapi Andin menyadari, tak ada Arthur disana. "Apa sama Arthur kali ya?" tanya Andin pada diri sendiri.

Wanita itu menutup kembali pintu kamar dan mencari keberadaan suaminya. Di ruang tengah, dia menjumpai Arthur sedang bersama Suster Mirna. Tanpa Aldebaran, ini yang membuat Andin bertanya-tanya. Tetapi, Arthur yang melonjak-lonjak melihat kehadiran sang Mama justru membuat Andin salah fokus.

Andin mendekati bayi laki-laki itu, "Apa nak?" tanyanya. Arthur mengulurkan kedua tangannya seolah meminta agar Andin segera menggendongnya.

Wanita itu mengambil Arthur dari Suster Mirna. Bayi itu selalu tau apabila sang Mama sudah selesai dengan urusannya, dia selalu meminta untuk digendong.

"Sus Mirna liat Mas Al?" tanya Andin. Suster Mirna menggeleng, dia sama sekali belum melihat Aldebaran sore itu. "Ngga liat Mba" ucap Suster Mirna.

Panggilan Mba kepada Andin sengaja di pilih Suster Mirna, supaya masih terdengar sopan di telinga suami CEO ini.

Andin mengernyit, "Yaudah, makasih ya Sus" ucapnya lalu pergi meninggalkan Suster Mirna.

Dalam perjalanan ke kamar, muncul sebuah jawaban di kepala Andin, terkait dimana suaminya. "Jangan-jangan Papa di ruang kerja sayang" ucap Andin mencoba bicara kepada Arthur.

Bayi berusia 6 bulan itu menanggapi ucapan Andin dengan geraman-geraman kecil yang terdengar menggemaskan. Akhirnya, Andin memutuskan untuk mengecek ruang kerja Aldebaran.

Tiba di depan ruangan paling jarang Andin datangi karena tak mau mengganggu suaminya, kini Andin pun sedikit tegang. Dia mengangkat tangan kanan yang semula digunakan untuk memegangi paha Arthur dan mengetuk pintu coklat itu perlahan.

"Mas Al.." panggil Andin pelan. Panggilan pertama sengaja ia buat sepelan mungkin, ia takut mengganggu suaminya.

Ketukan kedua, Andin mencoba memanggil nama sang suami, dua kali. "Mas.. Mas Al.." ucapnya. Namun masih terdengar sedikit pelan. Harap-harap ada sahutan dari Aldebaran.

Belum ada balasan dari pria itu. Saat Andin hendak mengetuk pintu untuk yang ketiga kalinya, tiba-tiba saja. "Kenapa?" suara parau yang terdengar dibalik pintu besar itu.

FOREVER 2 : ALADIN [END]Where stories live. Discover now