Danisha tersenyum lega "Tante sama sekali nggak salah, karena aku juga memiliki andil dalam menciptakan hubungan rumit ini. Gladis juga ingin berterimakasih pada tante karena memberikan Gladis kasih sayang tulus dan memperlakukan Gladis selayaknya anak."

Nirmala tersenyum haru.
"Apa kamu masih ingin menjadi anak tante meskipun di masa depan kamu nggak akan bersama Takshaka dan menyandang gelar keluarga kami?"

Danisha mengangguk, "Tentu, Gladis udah bilang, terlepas bersama Takshaka atau nggak, Gladis masih bisa menjadi anak perempuan tante." Tutup nya dengan senyum.

Nirmala kemudian menarik Danisha kepelukannya, merasakan perasaan bahagia dan lega karena ternyata inilah keputusan terbaik untuk mereka.

"Kalau gitu apa kamu masih mau manggil tante Mama? seperti dulu?"

"Mama." Sambut Danisha dan kali ini lebih dulu menarik Nirmala kedalam pelukannya.

"Terimakasih sayang, terimakasih."

Danisha tersenyum dibalik punggung Nirmala, hah misi nya berhasil! tinggal menunggu bocah itu pulang dan memberikan kabar bahagia ini.

***

"Sampai."

Takshaka merentangkan tangannya sebagai tempat berpegangan agar seseorang yang diboncengnya tak kesusahan saat turun. Duh, Pengertian sekali kan?

"Makasih ya, Takshaka." Ujar Aisha berdiri disamping motor besar Takshaka.

"Hem, sama-sama." Ujar Takshaka sok cuek, padahal didalam hati dia tengah ketar ketir melihat senyuman Aisha.

"Kamu nggak mau mampir dulu?" Tanya Aisha.

Tawaran menggiurkan, tapi Nirmala baru saja menghubunginya untuk segera pulang kerumah karena ada perayaan kecil-kecilan yang mendadak diadakan dirumah.

"Lain kali aja." Balas Takshaka akhirnya. Dia kembali memasang helm nya dan menstater motor. Tapi sebelum benar-benar berangkat, dia mengatakan sesuatu kepada Aisha.

"Lain kali jangan mau diajak pulang sama cowok yang nggak bertanggung jawab. Lo nggak tau bahaya apa yang mungkin terjadi kalau cewek kayak lo ditinggal sendirian di tempat kayak tadi. Untung ada gue." Ungkap Takshaka berusaha untuk membuka lebar mata Aisha tentang betapa tidak kerennya Demantara karena sudah meninggalkan Aisha sendirian di halte sekolah dan memilih pulang bersama Luvena. Lalu Takshaka muncul bak pahlawan dan menawarkan Aisha untuk pulang diiringi drama remeh seperti bujuk-membujuk antara Takshaka dan Aisha.

Aisha hanya balas tersenyum sebab bingung harus membalas seperti apa. Meskipun tak pelak dia memang merasa kecewa karena kejadian tadi.

"Sekali lagi makasih Takshaka." Tapi setidaknya Aisha bersyukur, Takshaka sering muncul untuk membantunya.

Sedangkan disisi lain, tepat disebrang jalan dimana Aisha dan Takshaka berdiri. Seseorang tengah meremas buket bunga dengan kencang. Genggaman kencang yang membuat buket bunga itu mulai koyak seolah menandakan bagaimana perasaannya kini. Rencana manis yang sudah terancang jauh-jauh hari ternyata hanya berakhir dengan dia menunggu selama berjam-jam ditambah harus melihat Aisha pulang dengan cowok lain. Ternyata Aisha memang semudah itu melupakan janji mereka.

"Apa lo terlihat berharga dimata orang yang lo perlakuin spesial?"

Tiba-tiba saja suara Danisha terngiang di telinga Gabino. Pemuda itu mengdengkus, andai saja dia tidak menyapa gadis itu tadi, pasti dia tidak akan merasa terlalu menyedihkan karena perkataan yang menyentilnya itu, pikir Gabino. Gabino berlalu setelah sesaat membuang buket bunga itu ditengah jalan, sayang sekali rangkaian bunga yang indah itu tak dapat sampai kepada Aisha yang tadinya menjadi tujuan Gabino.

The Plot TwistDonde viven las historias. Descúbrelo ahora