2. Mohandi

13.1K 1.1K 19
                                    

Terima kasih ya yang udah support Cinta Dikejar Deadline. Ada sedikit revisi di bab ini. Dan bab ini aku persembahkan untuk yang vote dan komen di bab kemarin.

Happy reading, Gaes.

❤️❤️❤️

Aku berjalan gontai setelah keluar dari ruangan Pak Ramon, bos setan bin iblis

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku berjalan gontai setelah keluar dari ruangan Pak Ramon, bos setan bin iblis. Aku terduduk lemas di kursi begitu sampai ke meja. Mendesah panjang, aku mengedarkan pandang. Farhan dan Lila nggak ada di tempatnya. Mungkin mereka sedang ke divisi atau ke marketing. Aku belum sempat sarapan, tapi sudah kenyang makan omelan. Make up pun belum ada yang nempel secuil pun, tapi mukaku sudah berasa tambah kusut.

Aku baru akan menyalakan komputer saat OB datang memberiku sebuah kotak makan.

"Mbak Via, ini buat Mbak Via. Mbak katanya belum sarapan," ucap OB itu seraya meletakkan kotak itu ke mejaku.

Aku menegakkan punggung. "Loh, Mang. Nggak perlu repot-repot. Nanti saya beli sarapan sendiri bisa kok," kataku segera saat OB itu hendak berlalu.

"Makan itu aja, Mbak. Tadi ada orang ganteng nitip," sahut OB itu seraya menjauh.

Aku melirik kotak makan itu seraya mengerutkan kening. Kotak itu transparan jadi aku bisa melihat isi di dalamnya. Mataku sontak berbinar dan otomatis tahu siapa pengirim kotak tersebut. Mohan. Siapa lagi? Hanya dia yang suka bikin singkong thailand seperti ini.

Terdapat sendok bebek di dalam kotak tersebut jadi aku bisa langsung memakannya. Setidaknya di antara rentetan kesialan pagi ini ada hal yang membuat senyumku melebar. Aku baru akan memasukkan suapan pertama saat suara Pak Ramon terdengar mengudara. Aku yang tengah membuka mulut mematung dengan sendok yang menggantung tepat di depan mulutku yang terbuka. Astaga, bentar lagi sendok ini masuk mulut, tapi terdistraksi oleh kedatangan makhluk durjana itu.

"Belum waktunya makan siang kenapa kamu sudah makan?" tanya Pak Ramon melotot.

Aku mendesah seraya menurunkan sendok
"Tapi, saya lapar, Pak. Saya belum sarapan."

"Resiko kamu datang terlambat. Lanjut kerja lagi," perintahnya tanpa belas kasihan.

"Iya, Bos," sahutku lesu seraya mengembalikan sendok pada kotak singkong Thailand itu.

"Agus, ke ruangan saya sekarang," perintahnya kepada Agus, salah satu rekanku yang berada di kubikel paling ujung.

"Siap, Pak."

Pak Ramon terlihat masuk lagi ke ruangannya. Aku mencibir kesal. Mau panggil Agus saja pake acara negur orang yang lagi sarapan. Dasar tak punya perasaan. Kalau aku menunggu sampai jam makan siang bisa-bisa aku pingsan.

Masa bodo dengan larangan bos kampret itu, aku menyantap kembali singkong Thailand yang dari tadi melambai-lambai. Akhirnya satu suapan berhasil mendarat ke mulutku dengan mulus. Hmm, rasa singkong Thailand buatan Mohan memang tak ada duanya. Selalu enak tak pernah berubah rasa sedikit pun. Kalau orang Sunda bilang moal gagal.

Cinta Dikejar Deadline Where stories live. Discover now