Ezzra mengernyit seiring berjalannya cerita yang Tania jelaskan. "Ibu kok bisa inget jelas kejadian sebelumnya?"

"Bukannya alkohol bisa bikin ibu lupa karena ibu non alkoholik?"

Tania tersenyum tipis. "Dari satu tegukan itu, ibu langsung tau tujuan orang itu bukan untuk bunuh ibu tapi untuk bikin ibu lupa"

"Sebenernya satu teguk minuman yang mengandung alkohol ngga akan bikin ibu lupa banyak hal. Tapi ibu ngga mau memperumit keadaan, karena itu ibu memilih untuk pura-pura pingsan"

Berpura-pura dan membiarkan sang pelaku merasa berbangga diri karena tujuannya berhasil.

"Jadi ibu inget semuanya"

Ezzra terkejut bukan main mendengarnya. Lelaki itu mencoba untuk mencerna lebih dulu namun Tania kembali membuatnya tertarik.

"Siapa pelakunya, Bu?"

"Kamu coba selidiki Lola Agaisha diem-diem. Ada kemungkinan dia tunangan Jeksa yang kalian cari selama ini"

"Dan untuk sementara jangan kasih tau Jehan sama yang lainnya, terutama Rasel"

°°°

'Sesuai rencana, Jendra sama Billy alihin perhatian anak buah Jeksa--'

'Yang lain stand by dan tunggu intruksi mereka berdua'

'And you two, good luck but don't get hurt. It's an order.'

Jendra dan Billy yang menyamar sebagai tukang antar barang saling bertatapan dan mengangguk seolah mereka sudah bersiap untuk apa yang akan terjadi nantinya.

Untuk mendukung penyamarannya keduanya membawa dus kotak yang disegel berbahaya agar anak buah Jeksa yang menjaga di depan pintu memercayai penyamaran mereka.

Billy memencet bel pertanda datangnya tamu kemudian menunduk sedikit hingga topi yang dipakai menutup wajahnya.

Sementara Jendra bersiap dengan pistol di dalam jaketnya. Penyamaran mereka bukan untuk menyelinap ke dalam, tapi menyerang tanpa aba- aba agar perhatian Jeksa di dalam teralihkan.

Dan di sisi lain, Jehan, Yaslan, Ezzra dan Kanara sudah menunggu di pintu samping samai penjaga disitu mendatangi keributan yang akan Jendra dan Billy ciptakan di depan.

Untuk Alaya, dia tetap di dalam mobil van, sibuk meretas kamera CCTV yang sulit ditebus karena alamat IP nya cukup rumit.

Kembali pada Jendra dan Billy yang masih menunggu pintu dibuka. Seolah terlatih dan sudah terbiasa dengan situasi macam ini, kedua dari mereka tidak ada rasa tegang sedikitpun dalam benak keduanya.

Malah mereka percaya diri rencana kali ini akan berjalan dengan baik.

Pintu pagar utama pun terbuka dan menampakan dua orang bersetelan rapih. "Siapa kalian?"

"Pengiriman barang dari Bolivia, disini tertera nama untuk Nyonya Lorenza Lahna"

Kedua orang itu mengernyit dam saling menatap satu sama lain. "Lorenza Lahna? Disini tidak ada yang bernama itu, silakan pergi--"

Dor!

Dor!

"Lo bohong ke orang yang salah, bro" desis Jendra sambil tersenyum miring setelah menekan pelatuk pistolnya tanpa aba-aba.

Memang sengaja karena Jendra tak ingin mendengar ucapan dusta dari kedua penjaga tersebut yang menyangkal keberadaan Lorenza.

Dua tembakan tersebut tidak menghasilkan suara nyaring sebagaimana suara tembakan, itu karena sebelumnya Jendra dan yang lain memasangkan pistol mereka dengan alat peredam.

The Fate of Us | JaerosèWhere stories live. Discover now