∆9. [-²-] |Loving Mother❤️|

0 1 0
                                    

♦Vote, Coment, and Follow ♦
Spam (🐾) banyak-banyak🔥
- Happy Reading ♣ -
.
.
.
∆3. Loving Mother.
🐾

-¹-
.
.

Normal POV

Angin berhembus kencang di sekitar aula terbuka. Aula itu begitu besar, hingga manusia yang berada di situ akan terlihat seperti semut yang tersesat. Lelaki bersurai coklat berdiri di depan gadis bersurai hijau yang nampak lebih tua darinya. Lelaki itu menampilkan ekspresi datar pada wajahnya, sedangkan gadis bersurai hijau di depannya menampilkan ekspresi serius.

Lantai marmer berwarna hitam kebiruan tampak mengkilat ketika diterpa cahaya lampu. Pagar besi berwarna hitam sepinggang tampak begitu kokoh. Tak ada sorot cahaya selain lampu besar yang menyala terang dan cahaya bintang. Aula itu, berada di sebuah Kota besar.

Gadis bersurai hijau dengan jubah petarung yang melekat di tubuhnya menyungging senyum miring. Tak ada reaksi yang di berikan dari lelaki bersurai coklat. Dia hanya diam dan mempertahankan ekspresi datarnya.

"Vua dukap fihuvpuruvur xasupfa, Z!" geram sang gadis bersurai hijau.

|-Kau harus melaksanakan tugasmu, Z!-|

Lelaki bersurai coklat yang dipanggil Z mengangkat satu alisnya. "Xiruvy puhu," sahutnya santai.

|-Tenang saja,-|

Sang gadis tampak menggeram tertahan. Jika tidak mengingat bahwa lelaki di hadapannya adalah atasannya, ia pasti sudah membantai habis tubuh lelaki itu. Kasta dan jabatan terlalu di junjung tinggi. Hingga membuat gadis itu-yang posisinya sebagai bawahan, harus menurut pada atasannya-juga menghormatinya.

Setelah menenangkan emosi dan pikiran, gadis bersurai hijau menatap datar pada atasannya-lelaki bersurai coklat. Entah sudah ke berapa kalinya gadis itu mengingatkan atasannya itu untuk segera bertindak. Tetapi sifat keras kepala dan terlalu santai membuat lelaki itu enggan bertindak maju. Hal itu tak terlalu berdampak buruk baginya, melainkan dampaknya akan berimbas pada gadis bersurai hijau itu.

"Vua xuda zavur?" tanya gadis bersurai hijau tenang. Meski sebenarnya gadis itu tengah mati-matian menahan gejolak amarah yang besar dalam dirinya. Tak apa, ini hanya untuk beberapa saat. Karena setelah ini, gadis itu akan mencari mangsa tuk dijadikan pelampiasan amarahnya.

|-Kau tahu bukan?-|

Z menaikkan sebelah alisnya dengan netra biru tuanya yang bersinar terang menatap dingin gadis di depannya. Sifat keras kepalanya yang begitu besar benar-benar mengundang amarah tersendiri bagi beberapa orang. Tetapi itu tentu akan segera di tepis oleh orang-orang itu ketika mengingat bahwa sang pengundang amarah memiliki status tinggi di Kota mereka. Tidak hanya tinggi, melainkan akan menjadi paling tinggi setelah suatu misi terselesaikan.

"Uvezux wuke pebuxfa, zikefzup GUWUVA!?" teriak gadis bersurai hijau emosi.

|-Akibat dari sifatmu, berimbas PADAKU!?-|

"Exa fupuqudfa," sahut Z enteng.

|-Itu masalahmu,-|

"Guvnux!" umpat gadis bersurai hijau tanpa takut. Gadis itu memang tak pernah merasa takut untuk mengumpat pada atasannya yang satu ini. Lagipun, jika dia mengumpat, tidak akan ada yang menghukumnya. Ya, jika itu hanya sekedar mengumpat, bukan menghabisi.

|-Laknat!-|

"VUA ZIRUK ZIRUK PEUQUR!!?"

|-KAU BENAR-BENAR SIALAN!!?-|

EARTHQUAKE: The Unraveling of Artificial City Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin