10 | Apa Arti Aku Buat Papa?

5.9K 816 396
                                    

"Berkat Papa, aku akhirnya sampai di titik di mana aku mulai raguin hidupku sendiri. Apa gunanya aku di sini? Dan kenapa aku masih harus ada di sini?"

Hal pertama yang El temukan begitu ia tiba di tempat Papa adalah sepasang sepatu asing yang sebelumnya tidak pernah ada di teras depan tempat biasa customer Papa berlalu lalang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hal pertama yang El temukan begitu ia tiba di tempat Papa adalah sepasang sepatu asing yang sebelumnya tidak pernah ada di teras depan tempat biasa customer Papa berlalu lalang. Tidak perlu berpikir panjang, dalam sekali lihat pun ia langsung bisa menyimpulkan bahwa Louise sudah lebih dulu datang. Mendahuluinya. Lagi-lagi anak itu berada satu langkah lebih cepat di depannya.

Maka setelah menyerahkan dua porsi makanan yang ia beli untuk Mas Arbi dan Mas Tomy di depan, cowok itu bergegas ke dalam, mencari keberadaan Papa dan Louise yang kata Mas Arbi tadi sedang berada di belakang, tempat biasa Papa menyelesaikan pekerjaan. Samar-samar, El bisa mendengar suara mereka dari kejauhan. Entah topik apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi dari gelak tawa Louise yang menggema sampai keluar, kedengarannya obrolan mereka menyenangkan.

Untuk beberapa saat, langkah El tertahan. Diam-diam cowok itu kembali menimbang, memperhitungkan segala kemungkinan yang akan ia dapatkan ketika nanti Papa melihatnya datang. Detik-detik jarum jam yang berdentang sekarang terdengar semakin lantang, seolah sedang mentertawakan El yang saat itu justru terlihat seperti orang tolol dengan hanya berdiri di depan pintu sembari meremas plastik makanan yang ia genggam.

Sampai kemudian cowok itu mengerjap dan menghela napas panjang. Lalu dengan hati-hati ia maju, mengetuk pintu, dan mendorongnya perlahan.

"Pa," sapanya, begitu daun pintu sepenuhnya terbuka bersama dengan decitan pelan akibat pemuaian.

Dari sini, El bisa melihat Papa berdiri di balik meja, menatapnya, seolah terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Tetapi kemudian raut muka Papa kembali sedatar biasa, dan arah pandang El pun bergeser pada sosok anak laki-laki di sebelah Papa. Louise, yang tampak jauh lebih tenang karena sejak awal memang dia sudah tahu kalau El akan datang.

Anak itu masih mengenakan pakaian seragamnya. Hanya saja kancing-kancing yang semula rapi itu kini tak lagi terpasang sebagaimana mestinya. Kaos putih polos yang anak itu kenakan di dalam pun terekspos, dan diam-diam El membenci bagaimana Louise seolah menganggap segalanya biasa. Seolah anak itu sudah begitu nyaman berada di tempat ini bersama Papa. Satu hal yang bahkan tidak pernah bisa El lakukan, sebanyak apa pun ia mencoba membiasakan dirinya.

"Udah makan siang belum, Pa?" tanya El kemudian. Sebisa mungkin, cowok itu berusaha mengesampingkan perasaannya sendiri dan bersikap sewajarnya. Sembari mengangkat plastik makanannya, ia maju satu langkah dari ambang pintu. "Aku bawa makanan."

Namun, detik itu gelagat aneh Papa membuat El langsung berpikir macam-macam. Papa justru menatap Louise yang saat itu sibuk mengoperasikan laptop di meja, alih-alih menjawab pertanyaan yang ia berikan. Sampai kemudian pandangan cowok itu memendar, hanya untuk menemukan sisa kardus ayam bakar di sudut ruangan, juga satu kotak martabak yang terbuka tidak jauh dari meja tempat mereka berada. Seketika itu juga El langsung paham tanpa mereka perlu menjelaskan apa-apa.

Tidak Ada Aku di Hati PapaWhere stories live. Discover now