2 | Papa Pulang Jam Berapa?

6.2K 776 203
                                    

"Kadang-kadang aku iri sama customer Papa. Soalnya tiap mereka nge-chat buat nanyain barang atau konsul masalah kerusakan, Papa langsung buru-buru bales. Tapi kalau aku yang nge-chat, jangankan dibales, dibaca juga udah syukur. Kata Papa, Papa fast respons ke mereka karena mereka semua penting. Tapi habis itu aku mikir lagi. Kalau kayak gitu, berarti aku enggak penting, dong?"

Laura pernah cerita, katanya, waktu yang paling gadis itu suka selain malam saat ia bisa rebahan di kamar sambil nonton drama Korea, adalah pagi saat keluarganya berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Laura pernah cerita, katanya, waktu yang paling gadis itu suka selain malam saat ia bisa rebahan di kamar sambil nonton drama Korea, adalah pagi saat keluarganya berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Waktu itu ia bercerita dengan semangat membara juga mata yang menyala-nyala. Gadis itu bilang, ia suka wangi masakan mamanya yang memenuhi meja. Ia juga suka bagaimana orang tuanya akan saling bercanda dan berakhir tertawa bersama. Pagi di rumah Laura itu hangat. Benar-benar definisi keluarga yang sempurna.

Lalu tanpa sadar, setiap tiba waktunya sarapan, El akan diam-diam membandingkan pagi di rumah Laura dengan pagi di rumahnya. Ternyata tidak ada yang sama selain hadirnya menu di atas meja. Papa hanya akan diam selama mereka menghabiskan sarapan, sembari sesekali mengecek notifikasi ponselnya yang berbunyi pelan. Lelaki itu tidak pernah memulai apa-apa jika El tidak bertanya duluan. Papa hanya akan duduk tenang di kursinya, menyesap kopi dan menghabiskan dua lembar roti yang diisi selai kacang. Lalu ketika sudah selesai, ia akan bangkit, meninggalkan uang saku untuk El tanpa mengatakan apa pun dan setelahnya pamit.

Papa tidak pernah bertanya hari-hari El di sekolah berjalan seperti apa, ia berteman dengan siapa saja, setiap pulang sekolah main ke mana. Papa juga tidak pernah bertanya kegiatan apa saja yang El ikuti di sekolah, mata pelajaran apa yang paling ia suka, atau guru mana yang paling tidak membuatnya nyaman karena sering keterlaluan dalam memberi tugas. Papa bahkan mungkin juga tidak tahu, bahwa uang saku yang setiap hari ia berikan masih tersisa banyak sebab El jarang sekali menggunakannya selain untuk membeli makan siang di kantin atau memfotokopi materi tugas.

Roti di piring El tinggal tersisa satu lembar, sementara milik Papa sudah benar-benar habis dan sekarang lelaki itu sibuk dengan gelas kopi yang isinya mungkin juga hampir menyentuh dasar. Cowok itu menenggak susunya sedikit, kemudian berdeham, berusaha mencari cara untuk membangun obrolan. Perlahan, ia menarik satu lembar kertas ulangan yang kemarin baru dibagikan. Ada rasa bangga yang meletup di dadanya ketika ia menatap angka sempurna di sana, dan sekarang ia juga ingin Papa merasakan hal serupa.

"Papa," panggilnya. Lelaki itu menjawab dengan dehaman, tetapi pandangannya masih fokus menelusuri layar ponsel yang menampilkan halaman ruang obrolan dengan seseorang.

"Ulangan Bahasa Inggris kemarin aku dapat seratus, lho. Paling tinggi di antara yang lain. Lebih tinggi dari Mario yang biasanya selalu juara kelas." Ia menyodorkan lembar ulangannya ke hadapan Papa dan membiarkan lelaki itu melihatnya.

Seketika dada El berdebar. Rasa senang membuncah seperti kembang api yang meledak di malam pergantian tahun atau setiap perayaan lebaran. Ia sudah sangat siap untuk melihat senyum Papa, atau mendengar lelaki itu mengatakan betapa bangganya ia padanya. Tetapi setelah hampir sepuluh detik menunggu, Papa hanya mengangguk kemudian mendorong kembali kertas tersebut ke hadapannya.

Tidak Ada Aku di Hati PapaWhere stories live. Discover now