9

644 56 2
                                    

Pagi yang sangat-sangat menyebalkan bagi pemuda yang baru saja menginjakkan kakinya di area sekolah, pemuda yang tingginya 174 cm itu menatap kesal pemuda yang lebih tinggi darinya. Gifar menatap Ian dengan wajah kesalnya, sedangkan Ian yang di tatap seperti itu merasa gemas.

"Ini masih pagi jangan bikin mood gue jadi jelek" ucap Gifar seraya menghembus nafas lelah, lelah dengan perilaku Ian.

"Gue pengen nanya aja kok" Gifar menatap Ian dengan sedikit mendongak untuk menatap wajah jelek sang pemuda tinggi itu, Gifar mengangkat alis sebelah seolah-olah ia sedang bertanya ada apa.

"Tadi malam lo kok gak balas chat gue?" Gifar berkedip beberapa kali kemudian memutar matanya malas.

"Oh itu, gue udah block lo" Ian menatap Gifar tak percaya, Ian meremas dada kirinya dan menatap Gifar dengan wajah tersakiti.

"Ughh lo tega banget ngeblokir nomor orang ganteng" Gifar menatap malas Ian yang mengdrama, sebenarnya tidak apa-apa. Tapi lihatlah keadaan sekitar, banyak pasang mata yang sedang menatap keduanya.

"Ck" decak Gifar yang kemudian meninggalkan Ian sendirian yang masih menjalankan dramanya.

Plakk

"Lo ngapain sih bego" ucap Ian tak terima atas pukulan keras di kepalanya, Ian menatap si duo kembar serta mang Ucup yang jual bakso di gang sebelah alias Wandi dengan tatapan tajam.

"Lo yang ngapain setan!!" Ian menatap tajam ketiganya seraya mengelus kepalanya yang sedikit merasa sakit.

"Nomor gue di blokir Gifar" ucap Ian lesu, ketiganya yang mendengar itu mengangguk dan berjalan meninggalkan Ian begitu saja. Memang ya Ian itu gak ada harga dirinya sama sekali di depan teman-temannya.

Lagi dan lagi Gifar menghela nafas lelah, Andra yang di sampingnya pun begitu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lagi dan lagi Gifar menghela nafas lelah, Andra yang di sampingnya pun begitu. Dandi dan Lian sedari tadi hanya memperhatikan Gifar yang menghela nafas seraya menyantap dengan nikmat makanannya.

Aldo, Aldi dan Wandi sedari tadi hanya melihat Ian yang terus saja menatap Gifar tanpa berkedip sedetik pun. Mereka semua sudah lelah sebenarnya.

"Huhh bisa gak sih jangan tatap gue terus" ucap Gifar seraya menatap Ian tajam, percuma saja jika ia pindah tempat karena Ian akan selalu mengikutinya.

"Gak bisa, soalnya lo pemandangan yang indah. Gak bisa di lewatin walaupun sedetik" Gifar kembali menghela nafas, orang-orang yang berada di kantin itu menatap malas pentolan sekolah yang sudah bucin tingkat akut walaupun belum pacaran.

"Terserah lo" Gifar kembali menyuapkan makanan yang berada di depannya itu, berusaha sebisa mungkin mengabaikan tatapan Ian.

"Gi, lo tau gak si-"

"Gak" Ian menghela nafas sabar dengan sikap Gifar yang terkadang membuatnya emosi tapi ia tak boleh seperti itu.

"Dengar dulu" Gifar tak menjawab, Ian yang melihat Gifar tak menjawab itu kembali melontarkan kata-kata yang ingin ia katakan.

CHASING YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang