7

802 71 4
                                    

Gifar dengan perlahan membuka matanya, Gifar menatap Ian dengan tatapan sayu.

"I-ian?" tanya Gifar dengan suara yang sedikit serak.

"Yes baby" dengan perlahan Ian membuka selimut yang menutup tubuh mulus dan putih milik Gifar. Ian tak perlu khawatir lagi dengan pintu, karena ketika Andra keluar pintu itu di kunci dari arah luar.

"I-ian" panggil Gifar dengan mata sayu yang melihat Ian yang perlahan merangkak mendekati dirinya.

"Wanna play game baby?" tanya Ian tepat di telinga Gifar dan sedikit menjilat telinga yang memerah itu. Gifar menatap penuh nafsu Ian yang sedang berada di atasnya, karena Ian menjilat area sensitif miliknya.

"You like it baby? Want more?" tanpa ragu Gifar mengangguk dan itu mendapat senyuman senang dari Ian. Sok Inggris si anying, geli gue.

Ian kembali mengemut daun telinga yang sudah basah itu, tangan nakal Ian tak tinggal diam. Tangan Ian kini mulai melepaskan seragam sekolah yang Gifar pakai dan membuangnya ke sembarang arah.

Ian menyudahi acara mengemut itu dan kini beralih menatap tubuh indah yang berada di hadapannya, Ian sedikit menyerit bingung kenapa perut Gifar sedikit terdapat ruam.

Memilih abai dengan itu, kini kedua tangan Ian mulai menyusuri setiap lekuk tubuh Gifar. Gifar yang di raba-raba ingin lebih dari itu, Gifar menatap Ian dengan mata sayu yang sedikit berkaca-kaca.

"I-ian ssakittt" Ian tahu apa yang Gifar maksud, dalam sekejap Ian melepaskan celana dalam yang sedang Gifar pakai dan membuangnya sebarang arah seperti baju seragam sebelumnya.

Ian sedikit terkekeh melihat kejantanan mungil milik Gifar, yaa emang cocoknya Gifar itu jadi uke-nya Ian. Tubuh mereka saja yang hampir sama besarnya, kalau soal kejantanan tentu saja Ian pemenangnya. Ian kini mulai memegang kejantanan Gifar dan mulai mengurutnya perlahan.

"Ahh" desahan Gifar mulai terdengar dan efek obat itu membuat seluruh tubuhnya menjadi sensitif. Jadi setiap Ian menyentuh Gifar, Gifar akan tetap merasa keenakan.
Ian terus saja mengurut kejantanan Gifar seraya menatap wajah si manis yang merasa keenakan.

"Ahh Ian c-cepatt" pinta Gifar yang tentunya dengan senang hati Ian turuti apa yang di inginkan Gifar.

"AHH" akhirnya Gifar cum, tubuhnya mulai lemas. Kini masih ada pedang yang masih berdiri tegak layaknya menara Eiffel, Ian menatap kejantanannya yang berdiri sendiri tadi. Ian menghembuskan nafas kasar, ketika ia akan beranjak Gifar menahan tangannya.

"Mau kemana" tanya Gifar dengan nada normal karena sebagian nafsunya telah tertuntaskan.

"Kamar mandi" jawab Ian seraya menatap kejantanannya yang berdiri di balik celana sekolah miliknya, Gifar yang paham arah pandang Ian mulai menarik Ian yang menyebabkan Ian jatuh di atas tubuhnya.

"Biar gue aja" ucap Gifar seraya menjilat bibir Ian yang berada tepat di depannya itu, Ian tentunya shock kenapa Gifar-nya menjadi binal seperti ini. Tapi dengan tiba-tiba Gifar mendorong tubuh bongsor Ian agar bangkit dari atasnya, Ian sedikit kecewa. "katanya biar gue:(" batin Ian kecewa.

Sementara itu

"Ian gak bakal macam-macamkan?" tanya Lian entah ke berapa kalinya.

"Tenang aja, walaupun gue juga gak yakin sih" jawab Andra sedikit tak yakin yang membuat Lian menatapnya datar.

"Gue sebagai temannya juga gak yakin kalau dia gak macam-macam" ucap Aldo yang di mana mendapat geplakan dari saudara kembarnya itu.

"Lo kenap-"

Tett Tett

Ucapan Aldo terhentikan karena suara bel apartemen yang berbunyi, Wandi yang baru saja kembali dari dapur melihat teman-temannya itu sedang menatap dirinya. Wandi dengan tahu diri langsung saja berjalan menuju pintu untuk mempersilahkan tamu masuk, ya walaupun sang pemilik apartemen sedang iya-iya di kamar.

CHASING YOUWhere stories live. Discover now