6

817 80 2
                                    

Pagi-pagi ini Ian kepanasan, kepanasan dalam artian lain. Ian menatap musuhnya itu dengan tatapan tajam, sedangkan Jihad yang melihat Ian dari kejauhan menatap remeh dan senyum samar.

"Sini" suruh Jihad ke Gifar untuk mendekat ke arahnya.

Cup

Jihad mencium kening Gifar penuh sayang, Gifar yang di perlakukan seperti itu tak masalah sedikit pun tohh Jihad kan bapak angkat dia. Gifar juga sudah dari lama di perlakukan seperti itu oleh Jihad dan kini mereka seperti ini lagi setelah satu tahun tak ada kabar.

"Liat nohh jodoh lo kepanasan" ucap Jihad seraya menunjuk Ian dengan dagunya, Gifar berbalik untuk menatap Ian. Sedangkan Ian yang melihat Gifar yang berbalik mengubah tatapannya menjadi tatapan datar, ketika Gifar berbalik lagi tatapan itu menjadi tatapan kesal.

Akhirnya Ian pergi dari tempat parkiran itu dengan wajah datar, moodnya yang indah sudah tak ada lagi. Jihad bersorak senang dalam hati karena sekarang ia mengetahui apa yang bisa membuat musuhnya itu terlihat lemah.

"Udah, lo pergi sono entar kak Amira marah" Jihad mengangguk dan mengusap penuh sayang pucuk kepala Gifar.

"Yaudah, lo belajar yang rajin" Gifar mengangguk, setelahnya Jihad langsung saja mengegas motor miliknya dengan kecepatan penuh.

09.25 am

Waktu yang di tunggu-tunggu para murid SMA NUSA telah tiba, kini mereka bebas keluar dari kelas. Ingat hanya kelas bukan sekolah.

Termasuk juga Gifar dan teman-temannya, kini mereka sedang menunggu Lian yang masih terlihat mengantri untuk memesan makanan mereka. Tiba-tiba segerombolan kakak kelas famous datang menghampiri mereka, tentu saja tak lain adalah Damian dan para sahabat.

Gifar mendengus, lagi dan lagi kenapa manusia satu itu harus bertemu dengannya.

"Keknya kehadiran kita gak di terima dehh Dam" ucap Wandi kerena melihat wajah kesal si manis, walaupun Gifar selalu terlihat kesal ketika berhadapan dengan mereka.

"Gak apa-apa, duduk ae" ucap Andra tak enak, kan Andra sudah mengatakan jika mereka berteman.

Ian mengabaikan wajah kesal Gifar, entah kenapa si manis ini melihatnya seperti itu. Setelah duduk di samping Gifar, kini Ian menatap Gifar dari samping yang kini mengabaikannya dan memilih memfokuskan diri kepada handphone yang sedang ia genggam.

Ian yang notabenenya bucin akut masih terus menatap Gifar dari samping dan atensinya teralihkan akibat seseorang yang dengan lancang duduk di sebelahnya, yang di mana itu tempat duduk yang tersisa dan itu tempat duduk Lian.

"H-haii Ian" sapa Nathan imut, sedikit salting karena Ian menatapnya. Ian yang sudah mengetahui siapa yang duduk di sampingnya itu memilih abai dan fokus kembali kepada pemuda manis yang dari tadi ia tatap.

Sedangkan Gifar, ia masih menatap pemuda yang duduk di sebelah Ian itu dengan tatapan bertanya. "Tumben dia duduk bareng kita" batin Gifar bertanya.

Sedang Andra dan yang lain hanya mampu saling tatap, Andra menatap tajam ke arah Nathan. Ian yang melihat Gifar yang menatap pemuda yang berada di sampingnya itu memilih untuk menghadang arah pandang Gifar.

Gifar yang sadar kini menatap polos telapak tangan yang berada di depan wajahnya itu, Gifar mengerjap perlahan lalu memfokuskan diri kepada handphone yang menyala dari tadi.

Tak lama dari itu Lian datang dengan membawa makanan yang ia dan teman-temannya pesan itu dengan di bantu oleh ibu kantin.

"Makasih bu" ucap Lian terimakasih, ibu kantin itu mengangguk dan kembali ke habitatnya.

CHASING YOUWhere stories live. Discover now