Ara mendogak ternyata benar Kevin dari segi suaranya saja Ara dapat mengenal"duduk aja"sahut Ara mengiyakan lagi pula ia tau Kevin sudah melupakan nya tak mengejarnya seperti tempo lalu yang membuat nya risih bukan main, dan satu Kevin sepupu Fhatur berarti dia juga keluarga Ara bukan.

Kevin tersenyum memilih duduk di samping Dinda.

Dinda sedikit terheran-heran dengan perubahan Ara yang tak seperti biasanya selalu menghindar bahkan marah jika Kevin bergabung bareng mereka.

"Thanks ya Ra."

Ara hanya mengangguk sebagai jawaban kembali menyatapi batagor nya.

"Gimana Ra lo betah disana,sikap Fhatur ke lo baik-baik aja kan"? lanjut Kevin bertanya.

Ara sedikit kesal mendengar pertanyaan Kevin yang menyangkut kehidupan pribadinya kenapa lelaki ini ribet sekali.

Ara merubah raut kesalnya dengan senyum simpul."betah kok,sikap Fhatur ke gua baik bahkan sangat baik," jawab Ara mantap dengan senyuman tipis di wajahnya

"Syukurlah kalau gitu, gua gk perlu khawatir lagi," balas Kevin ikut tersenyum.

Dinda hanya diam mendengar obrolan keduanya.

Ara bingung ingin membalas bagaimana lagi ia hanya diam dan mengangguk kecil menyerupu es tehnya.

"Gua sama Dinda duluan ya, bentar lagi masuk," pamit Ara setelah menghabiskan sepiring batagor.

"Iya Ra,kalo ada apa-apa lo bisa minta bantuan ke gua, ingat gua sepupunya Fhatur, itu artinya lo juga jadi keluarga gua kan?"

"Heheh iya kev,kalau gitu gua sama Dinda pergi dulu,"pamit beranjak keluar kantin.

Dinda kaget bukan kepalang ia terus saja bertanya pada Ara.

"Ra apa bener? yang Kevin ngomong barusan suami lo, sepupuan sama Kevin?"

"Iya Din, gua juga kaget awalnya,dunia begitu sempit bukan," lanjut Ara terkekeh.

"Gila, suami lo tau gk kalo kak Kevin naksir lo dan pernah nembak lo beberapa kali tapi lo tolak."

"Gua belum cerita."

"Ya Allah Ra harusnya lo terbuka bahkan cerita,kalian berdua harus sama-sama saling terbuka biar adem gk ada kesalahpahaman."

"Nanti aja, sekarang rasanya belum pas."

"Mana baiknya lo aja deh," sahut Dinda.

Ara hanya berdehem memilih sibuk dengan ponselnya.



Fhatur sedari tadi bertarung dengan isi pikirannya, bulan depan ia akan berangkat satgas di papua, seperti tahun-tahun sebelumnya namun kali ini lebih berat dari biasanya memikirkan gadis yang bernama Ara.

Fhatur menarik nafasnya sejenak meneguk sebotol air meneral hingga tandas,memilih duduk di bawah rindang pepohonan.

Ara yah gadis itu yang membuat Fhatur kepikiran bahkan berat meninggalkan gadis itu sendirian.

Mau bagaimana pun ini tugas negara yang harus ia jalani, sumpah seorang prajurit yang sudah berjanji menjaga keutuhan NKRI walaupun nyawa taruhannya,sebuah kewajiban yang sangat tidak bisa setiap prajurit menghindari nya.

"Tur lo mikir apaan sih, dari tadi gua liat lo gak semangat gitu," ujar sertu Varel menghampiri nya.

Fhatur menggeleng kecil sebagai jawaban.

"Ya, elah gua tau lo pasti berat ninggalin istri lo,"tebak Varel terkekeh menjatuhkan dirinya di samping Fhatur.

"Sok tau kamu,"sahut Fhatur memutar bola matanya jengah.

ARABELA STORY (END)Where stories live. Discover now