19. PERTEMUAN KEDUA

Začít od začátku
                                    

"Nggak. Makasih. Aku ke atas dulu," final Bian tidak ingin melanjutkan percakapan.

•••

"Citra tuh!" ujar Kevin bersemangat.

"Iya, gue juga liat, lo kira gue buta," sewot Ergi, sejak ia memberitahukan rencananya pada Kevin, dia selalu heboh saat melihat Citra.

Citra duduk di bangkunya dengan wajah murung, kejadin kemarin benar-benar berhasil membuatnya stres.

Melihat Bian sama seperti melihat monster mengerikan yang selalu membuatnya takut.

Citra menatap tangan kirinya yang terbalut perban putih, bayangan di mana Bian menyayat tangannya itu kembali muncul di benaknya.

"Bengong aja pagi-pagi," ucap Ergi mendekati Citra.

Cewek itu tersadar dan langsung gugup sendiri.

"Kenapa lo? Perasaan kemaren baik-baik."

"Gue gapapa, kok," balas Citra tanpa menoleh.

"Gak usah bohong Citra."

"Gue gak bohong!" bentak Citra, membuat Ergi terkejut. Ini pertama kalinya dia berteriak padanya.

"Kenapa lo marah?" tanya Ergi bingung. Ia hanya bertanya baik-baik, di manakah salahnya sampai Citra marah seperti itu?

"Uh… maaf, aku gak bermaksud bentak lo," jawab Citra menyesali ucapannya.

Entah kenapa kalimat itu mengingatkannya pada Bian, dan juga pada peristiwa kemarin. Makanya ia langsung marah saat mendengar kalimat itu.

"Woi! anak orang lo apain?" tanya Kevin menghampiri mereka berdua.

"Jangan kepo!" cetus Ergi.

"Mending lo ikut gue dulu." Tanpa persetujuan Citra, Ergi menarik tangan Citra untuk mengikutinya ke luar kelas.

Ergi melepaskan citra dan belum sempat dia berbicara matanya tidak sengaja melihat tangan kiri Citra yang terbalut perban.

"Ini kenapa? Luka? Kok bisa?" tanya Ergi khawatir, memegang tangan Citra yang terluka.

"Gapapa, luka kecil," elak Citra lalu menyembunyikan tangannya.

Ergi tidak bertanya lagi karena merasa tidak ada yang mencurigakan.

"Nanti lo dateng ke pestanya Gracia bareng siapa?"

"Belum tau."

"Bareng gue aja, ya. Nanti gue jemput," ucap Ergi.

Tidak ada jawaban dari Citra. Apa dia harus pergi bersama Ergi? Tapi bagaimana kalau sampai ketahuan Bian? Bisa-bisa Citra benar-benar habis dibunuh oleh cowok itu.

"Kenapa diem? Lo gak mau?"

"Lo takut sama Bian?" tebak Ergi mengetahui isi pikiran Citra.

"Gue…."

"Tenang aja, hari ini Bian ke luar kota sama bokap, pertemuan bisnis," sela Ergi membuat Citra berbinar.

"Serius? Tapi kok Bian gak ngasih tau gue?" Citra sedikit kecewa karena Bian tidak memberitahunya. Tapi ada bagusnya juga, setidaknya Citra bisa bebas kalau tidak ada bian.

"Gue gak tau, jadi gimana? Mau kan bareng gue?" ulang Ergi berharap.

Lagi dan lagi Citra tidak memberikan jawaban. Dia takut kalau Bian tahu dirinya jalan bersama Ergi, bisa tamat riwayatnya. Tapi Citra juga tidak ada pilihan lain.

Lagipula Bian juga tidak ada di sini, jadi dia tidak akan tahu kalau Citra pergi dengan Ergi, bukan?

"Karena lo diem gue anggap iya," kata Ergi kemudian masuk ke kelas.

Obsesi AsmaraKde žijí příběhy. Začni objevovat