18. SISI YANG BERBEDA

Start from the beginning
                                    

"Bi, tolong maafin aku... aku mohon." Citra menangis takut. Dia tidak ingin mati seperti ini.

"Keep calm baby. Aku gak akan celakain kamu."

"Mana mungkin aku tega sama gadis yang aku cintai," kata Bian kemudian mengecup pipi Citra dari samping.

Namun, tangannya yang memegang pisau semakin dekat dengan leher Citra. Bahkan sekarang untuk sekedar bernapas Citra rasa tidak bisa.

Pisau itu menempel sempurna di lehernya, sekali saja Citra bergerak maka pisau itu akan menyayat lehernya. Tapi... Bian menjauhkan pisaunya dan malah membuka ikat tali di tangan Citra.

Tanpa mengucapkan apapun, Bian lalu berjalan ke hadapan Citra setelah membuka ikatan talinya. Dia menarik kursi yang ada untuk duduk berhadapan dengan Citra.

Kini keduanya saling duduk bersitatap.

Bian menarik tangan kanan Citra, dan gadis itu tidak berani melawan.

"Tangan ini yang udah berani kirim pesan itu, kan? Tangan ini yang menyuruh kamu untuk berbohong?" tanya Bian lagi tapi hanya mendapat anggukan dari Citra.

Cowok itu kembali menunjukan pisau miliknya, dan perlahan mengarahkannya pada tangan Citra.

"Bi! Apa yang mau kamu lakuin?!" Citra mulai panik.

Tidak ada jawaban dari Bian, dia tetap menatap tangan Citra dengan ekspresi aneh.

Perlahan tapi pasti, pisau itu mulai menyayat tangan Citra hingga mengeluarkan darah segar.

"Aaaaaaa!!!! Bian sakit!!!!!!!" teriak Citra kesakitan.

"Sakit!!!! Bian!!! Lepas!!!"

"Lepas!! Kamu gila, hah?!! Ini sakit!!!!" rasanya sangat menyakitkan karena Bian melukainya secara perlahan, seolah ingin Citra menikmatinya?

Tidak ada respon apapun yang ditunjukkan cowok itu. Dia hanya menatap datar tangan Citra yang sudah berlumuran darah.

Dan tanpa di sangka Bian justru menjilat darah yang mengucur dari tangan Citra, tanpa rasa jijik sedikitpun. Tidak ada ekspresi yang ditunjukkannya saat melakukan hal gila itu.

Benar-benar terlihat seperti psikopat.

Bian menjilat darah di tangan Citra sampai bersih, seolah-olah dia sedang menikmati ice cream yang sangat manis.

"BIAN!! PLEASE STOP! AKU TAKUT!!!"

"AKU TAKUT BIAN!!!"

"Tenang baby, ini menyenangkan," kata Bian sembari mengelap sudut bibirnya yang terkena darah.

"Manis, aku suka," lanjutnya dengan senyuman aneh.

"Kamu bukan Bian! Kamu siapa!" teriak Citra merinding saat menatap Bian terlihat seperti orang yang berbeda

"Ini hukuman, sayang, hukuman karena kamu udah berani macem-macem di belakang aku." Bian menatap Citra tajam ketika gadis itu mulai memberontak.

"Lepasin! Aku gak mau sama kamu!"

"Lepas bajingan! Kamu bukan Bian!"

Plak

"Shut up jalang!" murka Bian setelah mendaratkan tamparan pada pipi Citra, membuat gadis itu langsung jatuh dan tidak sadarkan diri.

Melihat Citra yang pingsan, Bian seolah tersadar dan langsung melempar pisaunya ke sembarang arah. Dia lantas memandang Citra yang tergeletak di lantai dengan darah yang masih mengalir dari tangannya.

"Sayang bangun!" pintanya menepuk-nepuk pipi Citra. "Bangun sayang kamu kenapa!" tanyanya khawatir.

Hilang sudah tatapan mengerikan seperti tadi, digantikan tatapan khawatir dan ketakutan.

Obsesi AsmaraWhere stories live. Discover now