"Emang Bian selalu ngekang lo?" tanya Ergi penasaran tentang hubungan mereka.

Citra mengangguk sembari membasahi tenggorokannya dengan minuman yang sudah dipesan. "Banget! Dia selalu posesif. Apa-apa gue harus ngabarin dia, kalo enggak bisa marah."

"Terus? Lo terima aja digituin?" Ergi mulai tertarik pembicaraan mereka kali ini.

"Ya mau gak mau gue terima."

"Karena…?"

Citra tampak menimang. "Karena gue cinta sama Bian."

Hati Ergi sedikit tersentil mendengar itu. Tapi tidak membuatnya urung untuk merebut Citra dari Bian.

Sepertinya Ergi mulai paham arah hubungan mereka. Dan dia yakin kalau Citra bertahan dengan Bian hanya karena membutuhkan uangnya saja. Kalau Ergi bisa memberikan lebih dari yang Bian berikan, bukankah tidak mungkin jika Citra akan memilihnya?

"Gue boleh nanya sesuatu?" ucap Ergi hati-hati.

"Boleh kok, nanya apa?" jawab Citra sambil memasukkan potongan cake penutup makanan.

"Hubungan kalian udah sejauh apa?"

"Maksudnya?"

"Maksudnya… kalian udah ngapain aja?" Ergi memelankan suaranya, takut Citra tersinggung.

Pertanyaan Ergi membuat Citra urung memasukkan potongan cake kedua, dia kembali menaruhnya, dan menatap cowok di hadapannya serius.

"Sorry banget gue gak ada maksud apa-apa. Gue cuma mau tau aja, tapi kalo lo keberatan gapapa kok."

Citra tidak segera menjawab, dia seperti berpikir dengan ragu-ragu. "Gue… gak ngapa-ngapain sama Bian."

"Kenapa? Lo gak mau? Atau emang Bian yang nolak?"

Gadis itu menggeleng. "Gue yang selalu nolak. Entah kenapa gue selalu gak nyaman setiap kali Bian nyentuh gue lebih jauh."

Salah satu sudut bibir Ergi terangkat ke atas tanpa Citra tahu. Setelah mendengar semua penjelasan dia, Ergi semakin tahu kalau hubungan mereka hanya sebatas bercandaan saja? Dan Citra masih gadis seutuhnya.

Sepertinya keberuntungan mulai berpihak pada Ergi.

"Oh oke-oke gue paham," final Ergi mengakhiri.

Dia melihat jam di pergelangan tangannya. "Gue anter pulang ya? Tapi sebelum itu gue mau ngambil barang di temen gue."

"Di mana?"

"Hotel Primland."

Citra terdiam membeku. Wajahnya berubah pucat. Entah kenapa dia merasa was-was setelah kejadian hari itu.

Mereka saling bertatapan dengan pikiran masing-masing.

"Tenang aja, biar gue yang masuk, lo bisa tunggu di lobi," ucap Ergi memberitahu, melihat wajah Citra yang panik.

Citra bisa bernapas lega mendengar itu.

Mereka kemudian berjalan keluar restoran dan menuju hotel Primland yang terkenal di Kota Jakarta. Salah satu hotel yang memasuki jajaran hotel terbaik.

•••

Seorang gadis mengetuk-ngetukan jarinya di setir mobil sembari memegang ponsel di tangan kirinya.

Pakaian hitam yang menutup seluruh tubuhnya semakin membuat gadis itu terlihat misterius.

Sudah sekitar 10 menit yang lalu, dia berada di dalam mobil, dan sekarang menunggu kabar dari seseorang.

Obsesi AsmaraDonde viven las historias. Descúbrelo ahora