Taste Your Lips

10.3K 833 89
                                    

Carl berjalan santai di taman Lavender yang berada tepat di bawah jendela kamarnya. Matanya terpejam seraya menghirup aroma lembut bunga Lavender yang di bawa oleh embusan angin. Tangannya sesekali menyentuh pucuk-pucuk bunga yang baru akan mekar. Terasa begitu damai baginya.

Sementara tak jauh di belakangnya berdiri sekretaris Henry yang terus mengawal dan mengawasinya.

Ini adalah hari ketiga Tuan muda itu bertahan mengambil alih dirinya sendiri. Sebelumnya tak pernah ia bertahan selama itu. Jiwa Carl yang sesungguhnya hanya mampu bertahan selama beberapa jam saja. Pernah juga bertahan seharian, tapi begitu malam menjemput sosok kepribadian lainnya akan datang mengambil alih. Dan tentu saja si Tuan muda yang asli baru akan muncul kembali dalam kurun waktu yang cukup lama. Tapi kini semua keluar dari kebiasaan sebelum-sebelumnya.

Untuk itu, saat ini Carl merasa sedikit lega merasakan waktu yang cukup lama untuk dirinya sendiri. Berharap bisa selamanya seperti itu, tapi di lain sisi ia juga sadar kemungkinan yang ada begitu kecil. Kadang sesuatu yang terjadi dengan tiba-tiba memicu sosok lain mengambil alih pikirannya dan itu semua di luar dari kendalinya.

Carl menarik satu tarikan napas panjang dan menghembuskannya perlahan-lahan. Mendudukkan tubuhnya pada kursi taman berbahan besi logam yang dicat putih.

Baru akan merilekskan tubuh dan menyandarkan punggung, suara derap langkah sepatu  berpentofel terdengar mendekat. Spontan membuat punggungnya menegak kembali dan serta merta menoleh ke arah sumber suara, tak terkecuali dengan sekretaris Henry yang langsung menegur orang yang memecah keheningan yang ada.

"Suster Ana?" tegurnya terkejut. "Bukankah saya sudah meminta anda untuk beristirahat saja dulu? Mengapa datang kemari tiba-tiba?"

"Maaf Tuan. Saya sudah baik-baik saja. Saya juga merasa tidak enak untuk beristirahat lebih lama lagi." Ana berucap sembari memiringkan kepala, mencoba menengok ke arah Tuan muda yang terduduk tenang pada kursi taman. Begitu pandangan mereka saling bertemu, Ana lantas mengangkat tangan dan melambaikannya diiringi lengkungan senyum, menyapa Tuan muda tersebut dari jauh. Sapaan ramah yang dikhususkannya untuk seorang anak berusia delapan tahun.

Akan tetapi, yang disapa bergeming. Memasang ekspresi datar terkesan dingin dengan sorot mata yang tak terbaca. Wajah sama yang dilihatnya selama beberapa hari belakangan, tetapi seperti memiliki aura yang berbeda. Seketika membuat Ana menurunkan dan menarik tangannya dengan cepat. Tersenyum kaku dan mengalihkan pandangannya cepat pada sekretaris Henry.

"Apa itu?" Sekretaris Henry memindai pelayan yang membawa nampan di belakang Ana.

"Saya tak sengaja dengar dari para pelayan jika sore ini Tuan muda ingin minum teh di taman Lavender. Jadi saya membuatkan kudapan manis untuk teman minum teh Tuan muda."

Sekretaris Henry menoleh sesaat kepada Carl. Begitu mendapat satu anggukan, sekretaris Henry pun mundur selangkah dan memberi jalan bagi Ana.

Ana segera mengambil alih nampan dari pelayan yang masih saja menunduk takut sejak memasuki kediaman utama lalu, bergegas menghampiri Tuan muda. Mendudukkan tubuhnya di ujung bangku yang sama dengan Carl kemudian meletakkan nampan berisi sorbet strawberry serta teh chamomile di tengah bangku diantara dirinya dan Tuan Muda Carl.

Carl menaikkan satu alis pada sekretaris Henry seolah memerintahkan sesuatu, yang langsung dijalankan oleh sekretaris Henry dengan beranjak dari tempat itu dan menarik semua pengawal yang berjaga di sekitar mereka. Menyisakan dua manusia berlawanan jenis itu di tengah taman.

"A ... Aku ...hmm...Aku dengar dari paman katanya kakak cantik sedang tidak enak badan. Apa kakak baik-baik saja?" Carl berucap setelah mengatur intonasi suara agar terdengar mirip dengan bocah delapan tahun dalam dirinya.

The Psychopath LoveWhere stories live. Discover now