Little Cat

12.3K 851 27
                                    

Hingga detik ini, Ana masih belum bisa terbiasa pada lelaki dewasa yang di asuhnya. Walaupun seminggu telah terlewat kembali dengan cepatnya. Namun Ana masih saja merasa canggung dan salah tingkah sendiri.

Seperti saat ini, perempuan muda yang baru memasuki usia dua puluh tahun itu sedang menunggui tuan muda Carl di depan pintu kamar mandi. Untungnya anak di usia delapan tahun sudah mampu menyelesaikan urusannya sendiri di dalam kamar mandi. Ana tidak dapat membayangkan jikalau jiwa yang berada di dalam tubuh tuan muda itu masih berusia di bawah lima tahun.

Tentunya ia akan kerepotan memandikan dan membantu segala urusannya di dalam kamar mandi itu. Tidak terbayang jika ia harus melihat dan menjamah tubuh lelaki dewasa yang polos.

Bunyi derit pintu yang terdengar membuyarkan lamunan Ana. Cepat-cepat Ana meraih handuk dan menyambut lelaki bertubuh tinggi dengan kedua bahu yang lebar serta pinggang yang ramping itu. Lelaki itu keluar dengan memakai bawahan berupa celana panjang bahan namun tubuh bagian atasnya terekspos bebas tanpa sehelai benang pun. Deretan otot liat dan keras berjejer beraturan membentuk kotak-kotak di sepanjang perutnya. Ana berusaha keras tak melihat ke arah itu dan menahan napas sesaat lalu mengangkat tangan untuk menggapai rambut lelaki itu yang masih basah.

Tubuh Ana yang jauh lebih pendek dari tuan muda Carl membuat Ana kesulitan menggapai dan mengeringkannya dengan handuk. Bahkan dengan kaki berjinjit pun masih tidak tergapai olehnya.

Tuan muda Carl menunduk, menatap Ana dengan ekspresi polos, kemudian membungkukkan tubuh dengan tiba-tiba.

Ana terperanjat. "Eh, eh Tuan. Anda tidak perlu melakukan hal seperti itu. Biar saya yang mencari cara," ucapnya tak enak karena gestur tubuh lelaki itu seperti sedang memberi hormat pada dirinya yang hanya seorang pengasuh, dan tentunya akan mendapat teguran keras jika sekretaris Henry melihat hal itu. Cepat-cepat Ana mendorong bahu tuan muda Carl agar segera menegakkan tubuh.

Tuan muda Carl mengikuti perkataan Ana, menegakkan punggung dan menatap heran Ana yang sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri seperti orang ketakutan. "Ada apa kakak cantik? Sedang mencari apa?"

"I-itu, Tuan muda duduk di sana saja, ya?" Menunjuk ke arah ranjang.

Tuan muda Carl spontan menggelengkan kepala. "Kata paman Henry tak boleh berjalan kalau masih basah. Nanti airnya menetes ke lantai dan menjadi licin. Carl bisa jatuh terpelesat. Rasanya pasti sangat sakit." Lelaki itu memajukan kedua bibir layaknya seorang anak yang berceloteh dan setengah menggerutu.

Ana tersenyum melihatnya. Ternyata dibalik tubuh kekar yang mungkin membuat banyak perempuan cantik di luar sana tergila-gila, memiliki sikap yang imut dan menggemaskan.

"Pintarnya...." Tanpa sadar Ana menempelkan telapak tangan ke pipi lelaki itu dan membelainya lembut. Rahang tegas dengan sedikit rambut-rambut halus di permukaan kulit mampu membuat jantung Ana berdegup tidak karuan. Sementara lelaki yang di jamahnya itu tersenyum dengan mata yang berbinar-binar karena mendapatkan pujian. Tersadar, Ana langsung menarik tangannya. "Ehh, ma-maaf," ucapnya salah tingkah sambil menelan ludah berkali-kali.

"Kakak cantik ini airnya semakin menetes." Menunjuk tetesan-tetesan air yang mulai turun membasahi punggung dan perut sixpack-nya.

"Ahh, maaf tuan muda." Ana segera menempelkan handuk secara melingkar ke tubuh bagian depan dan belakang lelaki itu.

"Jadi Carl harus berdiri terus di sini sampai rambut Carl kering?" tanyanya polos memandangi Ana yang serba salah. "Carl menunduk lagi saja agar kakak bisa mengeringkannya dengan cepat. Carl sudah tidak sabar ingin menonton serial televisi."

"Eehh, jangan! Kalau dilihat paman Henry nanti bisa marah," tukasnya sambil berpikir mencari cara. Akan tetapi tanpa disangkanya, tangan besar milik tuan muda Carl sudah menarik pinggangnya kemudian mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi.

The Psychopath Loveحيث تعيش القصص. اكتشف الآن