Breakfast for little Lavigne

9.9K 705 12
                                    

Mata Ana melebar dengan bibir yang terbuka karena terperangah melihat sosok yang baru saja keluar dari balik pintu sambil mendorong troli makanan yang beberapa menit tadi baru saja dibawanya masuk.

Hidangan yang tadinya tertata rapi dengan mewah di atas troli makanan tersebut kini sudah tak berbentuk. Alat makan yang terbuat dari porselen putih berkualitas tinggi telah hancur menjadi serpihan-serpihan kecil. Sementara lelaki berbadan tegap yang membawa troli tersebut bermuka suram bercampur guratan cemas. Tak ada kebaikan sedikitpun yang terlihat di wajah tegasnya itu.

Tanpa melihat ke arah Ana yang mematung syok, sekretaris Henry memberikan instruksi kepada pelayan yang seolah sudah paham, langsung menarik troli makanan dan mendorongnya menjauh.

Kedua kaki Ana terpaku di tempat. Gadis itu ingin mengeluarkan suara dan mengajukan berjuta pertanyaan yang bersarang dalam benak namun, kedua bibirnya bahkan tak mampu terbuka sedikitpun. Hanya bola matanya yang bergerak-gerak mengamati pelayan itu terus berjalan hingga menghilang dari jangkauan mata.

"Kenapa Anda masih disini, Nona Ana?"

Ana terperanjat kaget. Refleks mengalihkan pandangan dari lorong panjang yang dilalui pelayan tadi ke arah sekretaris Henry yang kini telah berdiri menatapnya tajam.

Untuk beberapa detik lamanya Ana masih tertegun, seperti kebingungan harus menjawab apa.

Sekretaris Henry memindai ekspresi Ana, ia dapat menangkap kecemasan, ketakutan serta rasa penasaran yang tinggi dari gadis mungil yang mematung itu.

"Nona Ana?"

"Oh, uhm, ma-maaf, Tuan." Ana menunduk dan mengusap lengannya pelan dengan kaku.

"Silahkan nona Ana kembali ke gedung belakang."

Ana menegakkan kepala, memandangi sekretaris Henry dengan raut wajah yang sudah tertebak akan isi pikirannya.

"Nona Ana sebelumnya sudah pernah bukan melihat anak yang tantrum? Kejadian yang baru saja nona dengar dari dalam sana adalah keadaan yang normal bagi anak yang mentalnya sedikit terganggu. Jadi jangan berpikir macam-macam dan bertanya lebih lanjut akan hal itu."

Ana mengangguk pelan. "Saya paham, Tuan. Saya pun pernah beberapa kali menangani anak tantrum yang sedikit liar. Untuk itu bukan anda memperkerjakan saya dan berada di sini sekarang?"

Satu alis sekretaris Henry terangkat dengan senyum tipis di bibir. "Baguslah kalau Nona mengerti. Sekarang kembalilah!" Menutup pembicaraan itu lalu berbalik hendak kembali masuk ke dalam kamar.

"Tunggu, Tuan!"

Sekretaris Henry kembali berbalik. "Apa ada lagi yang kurang jelas, Nona?"

"Setelah ini apa yang harus saya lakukan, Tuan? Bukankah tugas saya untuk merawat Tuan Muda? Lalu mengapa saya masih belum bisa melaksanakan pekerjaan saya?"

"Belum saatnya Nona. Tidak sebelum anda menandatangani kontrak kerja anda."

"Kalau begitu apa bisa saya tanda tangan kontrak sekarang juga?" tanyanya berapi-api tanpa memikirkan akibatnya.

Sekretaris Henry menggeleng dengan sedikit menyeringai. "Seminggu. Seminggu lagi Nona. Mohon bersabar."

Ana akhirnya mengangguk pelan, namun masih menahan sekretaris Henry saat akan kembali berbalik.

"Maaf, Tuan. Saya sebenarnya masih bingung kenapa Tuan masih tidak memperbolehkan saya untuk bertemu dengan Tuan Muda. Tapi saya akan mencoba untuk mengerti kalau ini demi kenyamanan Tuan Muda. Untuk itu, bolehkah kalau saya saja yang menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malam untuk Tuan Muda? Setidaknya saya mempunyai pekerjaan selama seminggu ke depan."

The Psychopath LoveWhere stories live. Discover now