Anastasia Eleonore

18.3K 966 4
                                    

Semilir angin berembus dengan sepoi-sepoi, daun-daun kering yang bertengger pada anak-anak ranting pohon berguguran dan berjatuhan terkulai ke atas tanah. Terdengar derap langkah kala kedua kaki bersepatu flat berwarna putih menginjak daun-daun kering tersebut. Langkahnya terseok-seok karena menjinjing tas besar berwarna hitam legam di tangan kiri.

Sejenak langkahnya terhenti saat telah berhadapan dengan sebuah pintu gerbang besi yang menjulang dengan tinggi. Sebuah simbol menghiasai ditengah pagar, berbentuk pegeot bermahkota dengan aksen garis dan lekukan rumit yang membingkai simbol tersebut.

Tangan kecilnya nan halus berwarna putih pucat terlihat merogoh sesuatu dari dalam tas selempang berwarna teracotta yang menggantung di bahu kanan. Mengambil sebuah kartu nama dengan desain klasik berwarna Maron bertuliskan sebuah nama serta alamat lengkap dibawahnya.

Dilihatnya simbol yang tercetak pada kartu nama itu dan mencocokkan dengan simbol yang melekat pada pintu gerbang yang ada di hadapannya.

Sepertinya alamatnya benar yang ini....

Setelah yakin akan alamat yang sama, dia menghampiri pos kecil yang berada di samping gerbang tersebut.

"Selamat siang, maaf saya Anastasia. Saya diminta datang kesini oleh Tuan yang bernama Henry." Perempuan itu berucap sembari memberikan Kartu nama yang dipegangnya.

Seorang lelaki berpakaian rapi serba hitam mengambil kartu tersebut, membacanya sekilas kemudian memandangi gadis didepannya dengan saksama seakan memindai keseluruhan penampilannya.

"Silahkan masuk, Sekretaris Henry sudah memberitahukan kami akan kedatangan anda suster Ana." Lelaki itu berbalik mengambil sebuah remote kecil dari dalam pos lalu menekan tombol berwarna hijau.

Pintu pagar besi terbuka secara otomatis. Walaupun hanya terbuka setengah, tapi cukup luas bagi tubuh Ana yang mungil untuk bisa lolos melewatinya dengan mudah.

"Tunggu sebentar Suster Ana, akan ada orang yang menjemput Nona kesini." Lelaki itu berbalik, mengambil sebuah bangku kecil dan meletakkannya didekat Ana. "Silahkan duduk dulu sambil menunggu jemputan anda Suster Ana."

Ana mengernyit heran. "Maaf, tapi saya tidak apa-apa jikalau harus berjalan masuk kedalam." Ana berucap sembari memandangi jalan panjang yang kiri kanannya ditumbuhi pepohonan tinggi dan rindang. Tampak seperti jalan yang tak berpenghujung.

"Suster Ana sudah pernah kemari sebelumnya?" tanya lelaki itu dengan gurat keheranan.

"Oh, belum. Ini pertama kalinya," jawabnya polos.

"Pantas. Suster Ana akan tahu kalau sudah melewati jalan masuk sebentar." Lelaki itu berucap dengan senyum tipis kepada Ana. "Silahkan duduk dulu, permisi," ucapnya kembali dengan penuh sopan. Lelaki itu berbalik, menutup pagar otomatis lalu kembali masuk kedalam pos penjagaan.

Ana menarik nafas panjang, berusaha memasukkan oksigen sebanyak mungkin ke dalam paru-paru nya. Kedua telapak tangannya terasa dingin dan berwarna pucat, menandakan kegugupannya karena belum pernah sekalipun bertemu dengan calon majikan serta calon pasien yang katanya seorang keturunan bangsawan penguasa wilayah di tempat itu.

Selama ini Ana telah menjalani profesi sebagai seorang pengasuh anak berkebutuhan khusus di sebuah klinik. Baru kali ini dia menerima tawaran untuk bekerja dengan keluarga terpandang yang mengharuskannya untuk tinggal di kediaman mereka.

The Psychopath LoveDove le storie prendono vita. Scoprilo ora