First Sight

12K 850 18
                                    

"Apa kali ini memakan korban lagi?" Carl bertanya dengan tangan yang terkepal kuat di samping tubuh.

Sekretaris Henry terdiam cukup lama, sampai akhirnya Tuan Muda Carl kembali bertanya.

"Apa salah satu dari pelayan lagi?"

Sekretaris Henry mengangguk perlahan. Belum sempat berucap, Carl lebih dulu menggeram dengan kilatan amarah di sorot matanya.

"Aku kan sudah memberi perintah untuk menyuruh mereka semua bersembunyi dan berdiam diri setiap kali sosok itu yang muncul dalam diriku. Apa begitu saja mereka tak bisa lakukan?" cecarnya dengan amarah yang berkilat-kilat.

Kepala sekretaris Henry sontak menunduk. "Maaf Tuan Muda, kebetulan gadis itu adalah pekerja baru di kediaman ini. Dia belum mengetahui semua peraturan di tempat ini."

Rahang lelaki muda itu mengeras menahan amarah. Urat-urat di sekitar rahangnya ikut berdenyut-denyut. Ia lalu menarik napas dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar. Kemudian membawa tubuh tegap lagi kekarnya yang masih terasa lemah melangkah perlahan ke jendela. Menyibak tirai dengan lebar-lebar hingga sisa-sisa cahaya di penghujung hari itu masuk memenuhi setiap sudut ruang kamar.

Aroma bunga lavender yang tumbuh memenuhi taman di bawah sana langsung menyeruak masuk ke indera penciumannya. Lelaki itu menyandarkan tubuh ke jendela. Memejamkan mata sembari menikmati embusan angin berpadu aroma lembut bunga lavender yang bergerak menerpa kulit wajah hingga menerbangkan tirai-tirai jendela. Cukup mampu menenangkan dirinya.

"Bagaimana keadaan pelayan itu? Apa tampak mengenaskan?" tanyanya pelan dengan intonasi suara yang kembali tenang dan mata yang masih terpejam.

"Untuk kali ini sepertinya ada perbedaan yang sangat kontras."

"Apa mak ...." ucapan Carl sontak terhenti saat hidungnya yang begitu tajam mengendus aroma berbeda diluar sana. Dengan cepat membuka mata dan mengedarkan pandangan. Bola matanya terus bergerak-gerak liar mencari sumber aroma yang samar-samar terendus olehnya. Sampai akhirnya matanya yang setajam elang itu menemukan targetnya.

Tanpa ia sadari, tubuhnya diam terkunci memindai keseluruhan penampilan gadis yang nampak polos itu. Tiba-tiba Carl merasakan jantungnya berdesir saat menangkap siluet wajah gadis itu. Padahal penampilan gadis bergaun putih itu nampak biasa-biasa saja. Akan tetapi mampu membuatnya sedikit terpesona pada pandangan pertama.

Apa ini karena baru pertama kalinya ia memandang wajah seorang perempuan? Mengingat selama ini hanya orang tertentu yang bisa masuk ke dalam kediamannya, dan perempuan-perempuan yang bekerja padanya pun senantiasa menundukkan kepala menyembunyikan wajah bila bertemu dengannya.

Carl menepis pikirannya, namun terus mengawasi gerak-gerik seorang gadis yang tampak kebingungan di bawah sana.

Siapa gadis mungil itu? Kenapa wajahnya tampak tidak asing dalam ingatanku? Seolah aku pernah melihatnya di tempat lain.

Lelaki itu pun menyeringai begitu menyadari kalau gadis itu kini tengah melihat ke arahnya. Cepat-cepat di tariknya tubuhnya menjauh dari pandangan gadis itu, namun tetap mengintip dari balik tirai. Entah mengapa ada sesuatu yang membuatnya penasaran pada gadis lemah yang sebenarnya tidak pantas mendapatkan perhatiannya itu.

"Ada apa, Tuan Muda?" Sekretaris Henry bertanya dengan kepala dicondongkan ke depan berusaha mencari tahu sesuatu yang mengalihkan perhatian Tuan Mudanya.

"Apa sekarang orang-orang sudah bisa bebas menginjakkan kaki ke dalam wilayah kediaman Lavigne?"

"Tidak, Tuan Muda. Tak ada seorang pun yang berani." Sekretaris Henry menjawab lantang.

The Psychopath LoveWhere stories live. Discover now