A-01

130K 6K 128
                                    

Magenta senja membentang di langit yang indah. Seorang gadis remaja melangkah menuju ruang keluarga guna mencari sang Ibu.

Terlihat wanita paruh baya merangkai bunga tulip putih yang terlihat begitu memukau tertata rapi dalam vas.

"Abang kemana Mah?" tanya gadis itu sembari duduk di hadapan ibunya.

"Abang keluar sama Thania, kenapa, Nak?"

"Gapapa tanya doang."

Athalia terus menatap sang Ibu yang asik merangkai bunga. Terlihat indah. Sama seperti Ibunya menawan dan memesona.

"Lusa hari kelulusan Thalia. Papa sama Mama datengkan?"

"Tentu saja, masa hari spesial putri Mama gak dateng."

Athalia tersenyum cerah tapi hanya bertahan sebentar sebelum Anjani kembali ngatakan kalimat yang berhasil membuat senyum itu luntur.

"Lagian itu juga hari spesial Thania kan. Jadi kami semua harus dateng." Anjani tersenyum menggeleng kepalanya pelan menanggapi pertanyaan Athalia.

Gadis berusia 15 tahun itu terdiam dengan raut datar. Kalimat tadi seolah sang Ibu datang hanya untuk Thania saudara kembarnya.

Apapun itu Selalu Thania pemenangnya. Selalu Thania alasannya.

Thalia menggangguk pelan dan memilih kembali ke lantai atas dimana letak kamarnya.

Mengurung diri adalah rutinitas Athalia selama ini. Athalia tidak akan keluar kamar jika memang tak memiliki keperluan.

Kelurga Smith harmonis. Tentu saja. Hanya saja terkadang sang putri pertama selalu merasa terluka.

Athalia Naura Smith dan Thania Maura Smith adalah gadis kembar tapi seluruh keluarga selalu memperlakukan meraka dengan cara yang berbeda.

Athalia diperlakukan biasa saja. Sedangkan Thania dengan sejuta kasih sayang mereka.

Kini Athalia duduk di balkon kamarnya, di hadapannya tersedia kanvas dan alat lukis lainnya.

Melukis dan menikmati senja adalah kegemarannya, ada taman di ujung sana yang menambah suasana nyaman yang terasa.

Tangan mungil itu mencoret cat lukis di permukan kanvas putih. Membentuk abstrak untuk menciptakan galaksi yang indah.

Keheningan selalu menemani harinya. Berteman sepi dan luka.

...

Revano Smith tersenyum menatap adik manisnya yang terlihat berbinar hanya karna di izinkan memakan junk food di atas meja itu.

Thania memiliki masalah dengan salah satu ginjalnya sejak usia balita itulah kenapa gadis itu tidak boleh makan sembarangan, semua harus sesuai saran dokter.

Tapi hari ini Revano melanggarnya. Ia terlalu kasian menatap adiknya yang bersedih hanya karna makanan. Alhasil Revan mengizinkan dengan syarat tak terlalu banyak.

"Abang tadi kenapa gak ngajak kak Lia sih? Pasti asik kalo kita keluar bareng." ucap Thania dengan mulut penuh.

"Adek... kalo mulutnya penuh gak boleh ngomong. Nanti bahaya bisa tersedak." Revan mengusap punggung Thania pelan.

Thania hanya tersenyum dan mengangguk kepala beberapa kali.

"Emang yakin Thalia mau kalo kita ajak keluar bareng?" Tanya Revano tangannya menyodorkan minuman.

"Ya... gak tau sih. Cuma kita harusnya tadi coba dulu kasian kak Lia pasti sedih gak kita ajak main bareng."

Sebenarnya Revano juga ingin pergi bersama kedua adik kembarnya pasti menyenangkan. Hanya saja mengingat sikap Athalia yang terbilang cukup menutup diri darinya membuat ia merasa enggan.

Athalia Secret. |Sudah Terbit|Where stories live. Discover now