Sekarang menunjukkan pukul 07.30. Perjalanan dari rumah menuju tempat tujuannya lumayan jauh. Karena tempat tujuannya itu juga di tengah kota seperti sekolah Nina dan Nino. Tempat yang dituju itu buka pukul 08.00, Ai berangkat sekarang agar sampai di tempat tujuan tidak begitu ramai. Ai menunggu di dekat pintu pagar.

"nyonya Ai mau pergi?“ tanya Pak Rudi

"iya pak, saya mau pergi," jawab Ai sambil tersenyum

"pergi kemana nyonya?" tanya Pak Rudi

"bertemu teman, pak," jawab Ai

"nunggu pak Diman ya?" kata Pak Rudi

"ngga, pak. Saya lagi nunggu taksi online yang sudah saya pesan tadi," jawab Ai

"kok ngga nunggu pak Diman?" tanya pak Rudi dengan nada ingin tahu

"kalo nunggu pak Diman lama. Kan sekolah Nina jauh, nanti kalo saya minta tolong Pak Diman untuk antar saya, kasihan. Nanti pak Diman tidak bisa istirahat," kata Ai menjelaskan

"pak Rudi, taksinya sudah datang, saya pergi dulu ya, pak," kata Pak Rudi

Pak Rudi pun langsung membukakan pintu pagar untuk Ai. Terlihat mobil seperti sedan dengan warna biru berhenti di depan pagar dari rumah dimana Ai tinggal.

"terima kasih, pak Rudi. Assalamualaikum….." kata Ai

"iya nyonya, hati - hati nyonya. Wa'alaikumsalam……" jawab pak Rudi dan Ai berjalan menuju mobil itu dan langsung memasuki di bagian belakang.

"tempat yang kita tuju, sesuai aplikasi ya, bu?" tanya sang sopir mengkonfirmasi kepada Ai saat tahu Ai sudah masuk ke dalam mobil itu

"iya pak, sesuai aplikasi," jawab Ai

Sang sopir pun langsung bersiap untuk melajukan mobil yang dikendarainya. Dia membunyikan klakson kepada pak Rudi sang satpam sebelum meninggalkan rumah besar tersebut.

Sang sopir mengemudikan mobilnya dalam diam. Dia berkonsentrasi pada jalanan dan sesekali melihat maps yang terdapat pada ponselnya yang diletakkan di samping setir mobilnya. Sedangkan Ai sedang menikmati suasana jalanan yang terlihat masih ramai oleh beberapa orang yang berangkat untuk bekerja.

Cuaca terlihat cerah. Karena hari masih pagi, sinar matahari masih belum terasa sangat panas. Sinar masih mengintip melalui celah awan yang menutupi matahari. Udara juga masih lumayan segar karena polusi udara belum terlalu tercemar oleh banyaknya kendaraan.

Tanpa terasa, mobil yang membawa Ai sudah hampir sampai tempat tujuan. Sekarang mobil ini masih berhenti di lampu lalu lintas. Tempat yang dituju Ai berada tidak jauh dari lampu lalu lintas.

"masuk saja pak, nanti uang parkir saya kasih," kata Ai saat sang sopir hampir mendekati tempat tujuan

"iya, bu," jawab sang sopir.

Sang sopir pun langsung menuju tempat dimana mesin parkir otomatis. Dia menekan tombol berwarna hijau dan menunggu sebuah kertas keluar dari mesin tersebut. Sang sopir melajukkan mobilnya saat portal terbuka setelah mendapat kertas dari mesin otomatis tadi.

"disini saja pak," kata Ai saat mobil hampir mencapai pintu utama gedung yang dituju Ai

"iya bu," sopir pun langsung menepikan mobilnya dan berhenti

"ini pak, sekalian bayar parkir. Kembalinya buat bapak aja," kata Ai sambil memberikan uang Rp 100.000,00

"terima kasih, bu," jawab sang sopir sambil menerima uang tersebut

"sama-sama, pak," jawab Ai dan dia pun keluar dari mobil tersebut

Ai berdiri di depan pintu utama gedung itu. Dia menatap gedung tersebut. Dia kembali ke tempat ini. Tempat dimana dia berusaha untuk menjadi ibu. Tempat dimana dia ditolak karena tidak masuk daftar anggota keluarga Daaniyaal.

Awalnya Ai hanya berpikir, mungkin karena dia masih baru, datanya belum diurus. Ai pun memakluminya.
Tapi setelah melihat bagaimana sikap suaminya itu beberapa bulan lalu dan ditambah lagi sang suami selalu pergi bekerja di luar kota dan pulang hanya seminggu perbulannya, Ai mulai mengerti semuanya. Suaminya memang menjadikannya sebagai ibu pengganti, bukan sebagai istri.

Untung suaminya memberikan uang bulanan kepadanya.  Uang yang diberikan kepada Ai memang diperuntukkan kebutuhan pribadi Ai. Untuk kebutuhan sehari - hari sudah diberikan kepada sang bibi begitu juga dengan Dion. Untuk pendidikan kedua anaknya juga sudah diurus oleh Daaniyaal, sang suami. Jadi uang yang didapat Ai, dikirim ke orang tuanya yang berada di desa setiap bulannya dan sisanya ditabung.

Ai harus membayar sendiri jika ingin pergi ke tempat ini, karena namanya tidak masuk dalam daftar anggota keluarga Daaniyaal, sang suami. Jadi Ai menggunakan uangnya itu untuk pergi ke tempat ini untuk melakukan konsultasi.
















🌹🌹🌹🌹🌹
















Enough for today

Please waiting for the next update 😊😊😊

Don't forget vote and comment

Follow this account fanyawomenly

Thank you have waited this story

Thank you have read this story

Thank you have voted and commented

Have a nice day

Jadilah Ibu Untuk Anak-anak KuWhere stories live. Discover now