06

787 72 8
                                    

"gimana dong?" tanya Jaemin dengan mengeluh, tubuhnya menyerosot di kursi.

"sebenarnya, karna lo udah dipercayain sama orangtuanya juga sama orangtua lo, lo harusnya membenarkan kepercayaan itu, dengan membawa Winter ke jalan yang benar, bimbing dia agar bisa jatuh hati ke lo, buat dia menerima lo dan melepaskan kekasihnya itu, lo sendiri gamau kan jodoh lo disakiti sama lelaki lain? lakukan lah, jangan menyesal diakhir, jaga Winter tetap aman sampai kita semua nikah, berusaha agar Winter tidak menangis, sedih, marah, galau atau apapun perasaan yang menyakiti hati nya, semangat Jaemin, laki harus nya gitu." ucap Jeno panjang lebar agar hati  Jaemin terbuka.

"hehe hehe, gimana kalo kita nukar jodoh, Jen?"

"lambe mu, udah gua kasih jalan juga."

"iyaa makasih banyak Jeno, membantu banget benaran, sampai otak gue udah gatau mau gimana lagi."

"gapa-pa lo bisa, lo aja bisa berusaha agar lo jadi model, pastinya ini juga lebih mudah buat lo."

Jaemin mengangguk dan tersenyum kecil.

***

"gue takut, gue takut Winter ga terima gue," Jaemin menatap seluruh tubuhnya di cermin.

"kalo tetiba gue penyakitan, apa dia masih mau sama gue?"

Kata kata Jeno kemarin benar benar membuat dirinya overthinking.

"halah, udah dikasi kerja masa iya gue disuru balik ke kampus, si?" saat tengah berkutat dalam pikirannya, sebuah pesan dari dosen nya membuat ia kesal.

"terpaksa dah ini ke kampus."

***

"bego banget si parah, lo mau aja jadi seribu orang yang dia kencani, huh?"

"apaan si?"

"Winter, lo bego pa gimana ya? udah deh, lepasin aja Guanlin, gue lebih cocok sama dia!"

"gaguna juga lo sama Guanlin!"

Telinga Jaemin bener bener tajam, kini ia berdiri di depan kelas Winter yang hanya ada Winter serta tiga wanita.

Jaemin masuk kedalam ruangan itu,"maksud kalian apa?"

"siapa nih?" seorang teman nya berbisik, "itu Na Jaemin, model terkenal itu."

Wanita yang mengatai Winter tersenyum, "ambil deh Guanlin, gue sama dia aja."

"dan emangnya gue mau?" Jaemin menggenggam tangan Winter, "gue calon suami nya Winter, dan kalian bertiga, gue liat gangguin Winter, gue keluarin kalian dari kampus ini!" sambung Jaemin dan menarik Winter pergi dari sana.

"diem aja lo? mana Winter yang bersifat keras? mana Winter yang berani ngomong tegas di depan banyak orangtua?"

Winter menghela nafas, "udah deh, jangan ganggu gue Jaemin, jangan sok peduli sama gue, lo kayak gini cuman pencitraan kan? aslinya lo juga ngetawain hidup gue kan?"

"siapa bilang? ada gue bilang gitu?"

"ga lo bilang juga keliatan."

"iya, gue ketawa, ketawa sama ke begoan lo yang masih mencintai lelaki busuk kayak dia, Winter, lihat di depan, lihat dengan jelas, masih banyak orang baik yang mau sama lo, masih banyak orang yang menerima lo apa adanya, termasuk gue."

Winter menatap wajah Jaemin dengan lamat.

"tolong Winter, pikirin baik baik, kalo lo masih bertahan sama dia, hidup lo gimana? lo mau tiap hari nangis karna dia sering gonta ganti pacar? coba kalo lo pikir lo nikah sama dia, gimana Winter? jangan ambil yang berat jika ada yang mudah, lo bisa perlahan melepaskan dia kan? untuk diri lo sendiri, untuk masa depan lo, dan untuk gue juga, Winter."

Winter masih terdiam, terlalu sulit untuk mengatakan sepatah kata pun.

"pikirin dengan benar Winter, abis ini mau kemana? masih ada kelas? mau nunggu gue bentar ketemu dosen abis itu kita nenangin hati dan pikiran lo?"

Dan yang hanya Winter lakukan ialah mengangguk karna dia benar benar mati kata.

"setelah lo pikir baik baik, lo bisa katakan keputusan lo Winter. gue tunggu."

_karena udah puas sama Winter Jaemin, kita ganti lagi yya !_

Jeno menatap lekat wajah Karina walaupun jarak Jeno dan Karina hanya sebatas beda meja.

Karina terlihat sangat serius dan lihai dalam menekuni tugas kuliahnya. Perasaan Jeno tak karuan, ia selalu berpikir, wanita seperti Karina kenapa sering badmood?

"udahan dong liatnya! cepetan nikah kalo mau liat terus, buatin kopi gue." ah, lamunan Jeno yang menatap Karina terganggu karena Eric.

Jeno tak menolak, dia berdiri dan melakukan tugasnya.

Eric duduk di tempat Jeno tadi, di kursi satu nya. Eric sibuk memainkan hpnya.

Sedangkan Karina menatap wajah Eric, yang terlihat mirip dengan Jeno.

"emang ya beneran jodoh, sukanya liatin orang, kenapa? gue mirip Jeno, ya? iya nih, gue kembarannya."

Karina mengangguk memahami, setelah itu matanya melihat Jeno yang tengah tersenyum dengan dirinya, tentu Karina membalas senyuman itu dan kembali mengerjakan skripsi nya.
"Ric, gantian ya? gue hari ini mau kencan sama Karina, lo ganti, ya?"

"okey sipp, gih rapi rapi lo sana. bawa jodoh lo bahagia."

"dih, makasih."

"lo mau ngajak gue kemana?"

"yaa, palingan cuman ngajak keliling aja, atau lo mau nentuin tempatnya?"

"ahh, kirain gue lo udah ada tempat nya."

"kenapa? gue ada si, buat tenang gitu, tapi gatau juga buat lo."

"dimana?"

"kayak di tepian laut, mantengin kapal lewat, ngerasain angin nya laut, gue suka."

Karina mengangguk memahami, "yauda."

"hah? jadinya gimana?"

"yaaa, yaudaa bawa aja gue kesana."

Jeno tersenyum, "lo mau? oke deh, ayok kesana."





terima kasih ! ❤️🥺

Get Married // Aesdream(00L)Where stories live. Discover now