satu

683 69 13
                                    

"Juyeon habis dari sini? Gue gak liat dia tadi," ujar cewek berambut hitam panjang yang duduk disamping Sinbi. Tangannya ngelepas kalung perak mengkilap yang tadi jadi bahan perbincangan acara barusan. "Tadi keburu Kevin ngasih kalungnya, jadi gak sempet liatin sekitar selain kamera lagi."

Sinbi, si rambut hitam sebahu itu mengangguk. "Emang heboh sih, tapi serius lo harus hati-hati Ji. Gue liat muka si kulkas itu dingin banget kayak preman pasar. Eh gak deng, dinginan dia. Abang preman deket rumah gue mah kang lawak semua."

Terus ucapan Sinbi diangguki si rambut hitam lainnya yang tampak kalem. Tapi aslinya blangsak juga sama kayak yang sebelahnya. Namanya Suji.

"Anak-anak sebelahnya aja langsung kicep pas ngeliat mukanya," tambah Suji pelan. Gak tega sebenernya ngeliat raut tegangㅡtepatnya takutㅡyang ditampilkan sang temen itu. "Saran gue, lo pulang sama Sinbi aja deh. Jangan sama dia, gue gak mau liat lo nangis lagi karena dipuku-"

"Gue gak apa-apa, oke? Dia gak bakal mukul gue, Suji."

Suji dan Sinbi saling berpandangan, lalu menghela napas hampir bersamaan. "Yaudah iya." kata mereka kompak.

Umji mengangguk pelan lalu kembali ngeberesin barang-barangnya dari atas meja dalam diam. Gak peduli tatapan dua bestienya yang khawatir sama dia. Pokoknya dia berusaha buat berpikir positif soal hubungannya sama Juyeon yang sudah terjalin hampir dua tahun ini.

"Lo hapal nomor gue kan?" tanya Sinbi disaat mereka udah keluar dari ruang eskul dan Suji lagi ngunci pintu ruangannya. Lalu dibalas anggukan sama Umji. "Oke bagus. Pokoknya kalo ada apa-apa lo harus ngehubungin gue."

"Iya, emang gue mau kemana sih," balas Umji sambil ketawa kecil. "Posesif amat jadi temen, uwu deh."

"Posesif gue sehat, biar elu gak kenapa-kenapa," timpal Sinbi lagi lalu membenarkan topinya. "Kalo posesifnya 'itu' udah gak-"

Ngeliat ekspresi wajah Umji yang udah berubah bikin Suji cepat-cepat mengalihkan pembicaraan. Dia ngerangkul bahu kedua temennya itu dan nyeret mereka biar jalan bareng ke parkiran.

"Udah-udah, pokoknya Umji gak bakal kenapa-kenapa. Kalaupun ada yang terjadi, lo tau kan harus ngehubungin siapa?"

Pertanyaan yang diterima Umji hampir setiap hari itu lantas dibalas sama cewek itu.

"Sinbi sama Suji, pasti."

"Yeay pinter anak ayah sama bunda~"

"Ish!"

"Anak kita udah gede, Bi. Liat tuh udah bisa jalan."

"Iya, aduh pinternya anak ayah."

Udahannya double S malah ngeledek Umji yang cemberut karena diledek melulu.

***

"Ngapain kesini? Gak sama Kevin aja sekalian?"

Tatapan tajam cowok itu seolah melucuti keberanian Umji yang dia siapin sejak turun dari panggung dan dikabarin sama temen-temennya kalau kelompok tari paling terkenal di kampusnya itu habis dari sana. Tangannya mendingin saat sapaannya dibalas ucapan ketus yang berasal dari sosok tampan didepannya ini.

Juyeon.

"Aku kan biasa pulang sama kam-"

"Kalungnya kenapa gak dipake lagi? Cantik kok. Lo suka kan?"

"Juyeon, aku belum selesai ngomong."

"Gue udah selesai." balas cowok itu lagi. "Sekarang keluar. Lo ganggu."

Umji meremas ujung hoodienya diam-diam. Selalu kalah kalau Juyeon lagi marah kayak gini. Omongan cowok itu seolah gak bisa dibalas. Bibirnya terkunci buat ngebalas ucapan sang pacar yang dingin banget itu.

Insanity ✓Where stories live. Discover now