tiga puluh satu

143 35 12
                                    

Lagi-lagi, pertemuan mereka gak berjalan mulus.

Umji pulang dengan tangan gemetaran dan tangis yang gak berhenti. Sementara Juyeom harus ngerasain wajahnya panas akibat ditampar sama Umji sendiri akibat gak bisa ngontrol ucapannya.

Dia bilang keguguran itu bukan masalah besar. Karena mereka gak mau ada anak itu.

Tapi bener kan? Juyeon hampir gak bisa nutupin suasana hatinya yang mendadak berbunga-bunga karena kabar itu. Berbanding terbalik sama Umji yang justru nangis dan berulang kali nyalahin dirinya sendiri.

"Bukannya bagus? Jadi gak ada kabar aneh-aneh tentang Umji. Gue gak ngerti sama dia, Bang."

Sangyeon menghela napas panjang dengar ucapan polos dan aneh Juyeon.

Cowok itu jadi teman bicara Juyeon selama masalah mereka berduaㅡJuyeon dan Hyunjaeㅡ belum selesai. Younghoon biar lebih condong ke Hyunjae karena mereka temen satu SMA, jadi lebih mudah buat Younghoon ngehadapin sikap childish Hyunjae. Sangyeon ke Juyeon, karena temennya satu itu butuh temen bicara yang lebih dewasa dari dia.

"Bang?"

"Lo-" Sangyeon mumet banget jadinya. "-ngerasa gak apa-apa ngomong begitu ke Umji?"

"Iya. Apa yang salah?" Ada jeda dalam ucapan Juyeon yang kemudian dilanjutkan dengan cepat. "Anak itu hasil kecelakaan. Gue sama dia sama-sama gak ada rencama punya anak."

Buset. Capek batin Sangyeon dengernya.

"Bukan gitu, Yeon. Lo bayangin aja jadi dia. Sudah di lecehin sama pacarnya sendiri, hamil, pacarnya gak mau nerima, berantem mulu, dan setelah pacarnya nerima dia malah keguguran. Habis itu malah dibilang keguguran itu udah kejadian biasa aja. Gak patut dia tangisin. Lo udah gila apa gimana?" cecar Sangyeon cepat. "Yang dia tangisin bukan kegugurannya atau effortnya yang jadi sia-sia, tapi anaknya. Anak yang berusaha dia terima, anak yang dia selalu sebut dan minta lo nerima dia. Itu yang dia tangisin. Bukan masalah effort atau omongan orang-orang, Yeon."

"Umji itu pikirannya pendek. Dia gak ngeliat masa depan-"

"LO YANG HANCURIN MASA DEPANNYA, BANGSAT."

Dari seberang sana Juyeon mengerang frustasi. Gak tau sebesar apa kesalahannya kali ini. Sangyeon sampe bilang begitu.

"Kalo lo ngaku punya pikiran jangka panjang, lo gak bakal maksa dia ngasihin mahkotanya ke elu. Lo gak bakal perkosa dia-"

"Stop. Gue cerita sama lo bukan buat diumpat, anjing."

"Bangsat," desis Sangyeon. "Kalo lo cerita ke gue, gue cuma bakal ngumpatin lo karena itu tanggapan yang paling tepat buat isinya. Dan inget, cuma gue yang bisa dengerin cerita dari setan kayak lo."

Pip!

Sangyeon pusing. Gak pernah ada masalah seribet ini selama dia ngampus. Apalagi soal cewek.

Siapa sih Umji Isabella itu? Dia bertanya-tanya saat pertama kali ngeliat binar mata Juyeon yang keliatan bahagia banget sewaktu nyeritain tentang Umji. Sedikit beda dengan Hyunjae yang acuh sama ceritaannya. Jauh beda sama apa yang terjadi sekarang.

"Umji ... kayak pernah denger dari Paman," gumamnya. "Tapi dimana ya?"

Tangannya narik laci paling atas di nakas gak jauh dari dia. Matanya menelisik setumpuk amplop cokelat besar. Gak lama kemudian dia ngambil satu amplop paling tebal dan mulai ngebaca isinya.

"Umji Isabella. Anak sulung dari pasangan seniman Seokjin Arga dan Helena Sowon. Eric Abyantara yang bungsu, kelas dua belas SMA Unggulan. Keluarga baik-baik. Kekayaan bersih lebih dari empat puluh miliar. Ah, latar belakang pendidikannya bagus semua."

Insanity ✓Where stories live. Discover now