Isyarat yang mengatakan mereka semua harus meninggalkan tempat ini untuk sementara. Ini juga salah satu perintah Jehan, dimana tidak ada yang boleh menyaksikan Rasel berlatih.

"Loh? Gue dateng kok pada pergi?" Rasel heran dengan kepergian mereka.

"Lo kan punya suami posesif--" bisik Alaya sambil terkekeh geli dan berjalan menuju Yaslan sedang berbincang dengan Jendra dan Kanara.

"Our consultan is here everybody" teriaknya.

Rasel berlari kecil untuk mensejajarkan dengan posisi Alaya disertai senyum yang merekah saat di dekat tiga orang yang sangat ia kenali tengah memukuli samsak sembari berbincang.

"Whoaa, lo latihan juga, Kak?! Berarti lo bisa bela diri dong?" pekik Rasel agak terkejut.

Kanara menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Rasel kemudian tersenyum manis."Bokap gue nuntut anak-anaknya harus bisa bela diri--"

"So here I am.."

Rasel mengangguk paham mengacungkan kedua ibu jarinya sebagai bentuk apresiasi. "Keren"

Alaya menyikut Rasel, "Gue juga bisa bela diri kok lo ngga muji gue?!"

"Pengen banget lo dipuji gue nih?" tanya Rasel sembari menyolek dagu sahabatnya itu.

"Ck, lo pikir aja siapa sih yang ngga mau dipuji sama sahabatnya sendiri?!" Alaya mendengus kesal, membuat Rasel terkekeh pelan.

"Sahabat guee hebaatt bangeett sih bisa bela diri" Rasel menarik Alaya ke dalam rangkulannya, hal ini berhasil membuat wanita itu mengulum senyum.

"Jadi siapa pelatih gue?" Rasel bertanya sambil melepaskan mantel yang menutupi lekuk tubuh Rasel.

Jendra mengelap keringat-keringatnya memakai handuk abu kecil. Setelah itu menatap kakak ipar nya seraya menunjuk ke arah Yaslan, "Cuma dia yang lolos standarisasi pelatih bang Jehan"

"Lolos standarisasi? Maksudnya?"

Kanara tertawa gemas, ia mendekati Rasel lalu memegang kedua bahunya. "Maksudnya si Jehan pasti hati-hati milih pelatih yang cocok buat lo, Sel"

"Diantara kita semua Yaslan sama Jehan yang paling menguasai ilmu bela diri, tapi berhubung Jehan ngga punya waktu jadinya Yaslan yang paling pas buat jadi pelatih lo"

Rasel mengangguk paham. "Oke, ayo mulaiii!!" wanita ini berlari layaknya anak kecil mendekat  ke posisi Yaslan.

"Semangat amat, Bu" celetuk Yaslan disertai tawaan manisnya.

"Kalau mau mencapai suatu tujuan itu harus semangat" ujar Rasel cengengesan.

Kanara, Alaya, Jendra maupun Yaslan membuat mereka terpingkal. Terkecuali Yaslan, ketiga yang lain memilih untuk duduk dan menyaksikan Rasel berlatih.

Menurut mereka bertiga sepertinya bagaimana cara Rasel berlatih akan menjadi sebuah hiburan.

"Alasan lo belajar bela diri apa?" tanya Yaslan sambil melilit handwrap di jari-jari tangannya.

"Pengen kayak Mbak Kana atau Alaya, keren" jawab Rasel tanpa berpikir.

"Yang serius dong, Sel" sentak Alaya di belakang.

Rasel tersenyum lebar dan terkekeh pelan. "Iya, iya--"

"Gue pengen belajar cara ngelindungin diri gue sendiri, soalnya gue ngga mau terlalu ngebebanin kalian semua." katanya yang seketika membuat perasaan mereka berempat tersentuh.

Meskipun tidak setuju dengan perkataan Rasel, Yaslan mengiyakan saja daripada nantinya malah berujung debat.

"Apapun itu alesannya kalau lo punya tekad serius lo pasti bisa,"

The Fate of Us | JaerosèWhere stories live. Discover now