PART《9

5.9K 307 10
                                    

Seminggu sudah berlalu kini usia baby Eza genap sebulan, dan kurang lebih sebulan juga Tika meninggalkan mereka. Selama seminggu itu Rainy masih terjebak di kamar Vano dengan berbagai macam drama. Pak Munif dan Bu Zanita sudah kembali dari Bandung, sementara Rainy sekarang disibukkan oleh pendaftaran kuliahnya yang untungnya Universitas yang dia tempati hanya berjarak 2km dari kediaman Vano.

Yang membuat Rainy semakin heran dan bingung kedua orang tuanya tidak pernah mempermasalahkan dirinya yang tidur sekamar dengan Vano, dan Hulwa belum pulang ke rumah.

Una yang semakin lengket membuat Rainy tidak leluasa kemanapun, dan entah mengapa semakin menolak hati Rainy semakin menyayangi kedua anak kakaknya, ingin sekali rasanya menganggap keduanya anak kandungnya sendiri tapi pikirnya itu tidak mungkin karena ada Kakaknya yang lebih berhak, hanya saja terlalu banyak yang mengganjal dipikirannya selama berada di Jakarta.

Setelah melewati beberapa tes masuk ke perguruan tinggi, akhirnya Rainy dinyatakan lulus dengan nilai terbaik, beberapa hari kedepan Rainy sudah disibukkan oleh urusan kuliah sementara Una dan baby Eza akan diurus sama Ibu Zanita dibantu oleh Bi Warsih jika Rainy ke kampus.

Berbeda dengan kedua Kakaknya Rainy lebih memilih jurusan ilmu hukum.

Di rumah sakit, Vano masih terngiang dengan cerita Alby. Masih berpikir bagaimana dia bisa membuat Rainy menyukainya sedang dirinya sendiri sudah sebulan ini belum bisa membuka hati untuk Rainy meski mereka sekarang tidurnya sekamar dan kendala lain bahwa Rainy masih meganggapnya sebagai Kakak ipar suami dari Hulwa.

Vano menyandarkan kepalanya di sandaran kursi kebesarannya, kembali teringat akan semua kenangannya bersama Tika, setitik air mata mengalir turun kepipinya atas semua rasa cinta dan penyesalannya.

Wita, terbersit dipikirannya akan wanita itu, sudah sebulan ini Vano menghindarinya, Vano juga tidak mengerti dengan dirinya yang awalnya hanya merasa iba tapi semakin kesini dia seolah membuka celah untuk mantannya itu, dan setelah tahu Tika meninggal Wita lebih gencar mendekatinya dan menawarkan diri untuk menjadi ibu sambung anak-anaknya tanpa ada kata belasungkawa sepatah kata pun, dan Wita jugalah yang sengaja memanasi Tika dihari itu. Rasa bersalah Vano semakin menyeruak dimana dirinya hanya terdiam dengan perlakuan Wita.

"Maafkan Mas sayang," gumamnya.

Semakin kesini Vano menyadari mengapa Tika menginginkan dia menikahi salah satu adiknya, alasannya adalah Wita.

"Kamu bodoh Van," gumamnya lagi.

Ketukan pintu terdengar dari luar ruangannya, Vano segera menghapus sisa air matanya, dan mempersilahkan orang itu masuk.

"Assalamu'alaikum," sapanya.

"Wa'alaikumussalam," duduk Nyuk, Vano mempersilahkan Alby duduk di sofa.

"Kusut amat," tegur Alby.

"Biasa kerjaan," balas Vano.

"Alaaa, kamu gak bisa bohong sama aku Bro, Rainy lagi?" terka Alby yang melihat Vano tidak seperti biasanya, bahkan Alby bisa menebak jika Vano habis menitikan air mata.

"Sudah sebulan Nyuk," balas Vano tanpa basa basi lagi.

"Selama sebulan ini bayangan kesalahan dan penyesalan terus menggangguku, perasaan yang tidak bisa kubuang begitu saja buat Tika," keluhnya lagi.

"Tidak usah menyalahkan diri sendiri. Semua sudah ketentuannya, meski berawal dari kamu sih, tapi perbaikilah kesalahan itu dengan menjalankan amanah Tika. Jangan ulangi kesalahan yang sama. kalau kamu gak pernah ikhlas maka rasa bersalah dan penyesalan seumur hidup menghantuimu." nasehat Alby.

"Bukan berarti harus melupakan tika, dia tetap mempunyai tempat tersendiri dihatimu, tapi hidupmu terus berjalan Bro. Mau sampai kapan? Tika sudah tenang disana, dan lanjutkan hidupmu dengan merawat anak-anak bersama Rainy sampai mereka tumbuh besar hingga dewasa, buang ego, bukan hanya kamu yang kehilangan tapi juga kedua mertua dan adik iparmu. Anak-anakmu masih kecil, masih butuh perhatian lebih dari kamu, terlebih lagi kesibukan yang menyita banyak waktumu."

TURUN RANJANG 2 "ENDING"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang