PART《3

7.7K 440 9
                                    

Dipagi hari yang cerah tak secerah hati Vano. Kembali dia mengurung dirinya di kamar, waktu sarapan juga terlewatkan.

Sedangkan Pak Ridwan, istrinya Bu Hamidah dan juga Rainy sudah bersiap untuk kembali ke Bandung karena pekerjaan menunggunya di kota kembang itu. Rainy sendiri harus kembali menjalankan rutinitasnya sebagai murid sekolah menengah. Melihat Rainy yang bersiap-siap, Hulwa menghampiri adiknya dengan putri Vano digendogannya.

"Ai, apa gak besok aja pulangnya, kasian loh Una kesepian lagi," bujuknya.

"Kan ada Teteh, lagian besok aku ada ujian di sekolah Teh."

Hulwa menghembuskan nafasnya, ingin rasanya berkata jujur tapi dia menahannya demi kebaikan adiknya sendiri.

"Kan Teteh juga sibuk di rumah sakit, Ai."

"Ayahnya kan banyak duit, Teh. Pake jasa babysitter kan bisa."

"Tau sendiri kan Kak Vano overprotektif sama anaknya, sudah beberapa kali dia mengganti babysitter anaknya, Kak Vano sudah sulit mempercayai seseorang apalagi urusan anak." jelas Hulwa.

"Kalau gitu suruh dia aja yang jaga anaknya," balas Rainy gamblang.

"Una, liat tuh Mama kamu, masa tega ninggalin kamu sih," ucap Hulwa merajuk ke Una, mendengar itu Rainy mengerutkan Alisnya heran.

"Mama?" gumamnya.

"Iya, boleh kan? mulai hari ini Una manggil kamu Mamanya."

"Kenapa bisa? Teteh sendiri kan Bundanya sekarang," balasnya yang merasa risih.

"Hmmm, kan anu .. itu, ok Una manggil aku Bunda dan dia manggil kamu Mama," putus Hulwa agar adiknya mau.

"Tty ... Unda? No, Unda bobo," timpal Una yang seolah mengerti perkataan orang dewasa itu.

"Itu, kamu liatkan Una nolak manggil aku Bunda," kilah Hulwa.

"Diajari loh Teh biar terbiasa, namanya juga anak kecil masih butuh penyesuaian, butuh proses." bantah Rainy. Hulwa tidak menggubris omongan Rainy yang menggelitik pendengarannya.

"Ya, nggak masalah juga kan kalau Una manggil kamu Mamanya, biar dia tidak merasa kehilangan sosok Ibu." dalih Hulwa.

"Iya kan, Una? kamu mau kan manggil Mama sama aunty Ai?" bujuk Hulwa ke Una.

"Mama?" ulang Una.

"Iya Mama Ai," jelas Hulwa lagi.

"Mama Ai?" ulang Una lagi.

Lama-lama Rainy kesal juga dengan kelakuan kakaknya. "Ya masalah lah Teh, masalah banget malah, masa aku yang masih sekolah dipanggil Mama, nanti orang-orang ngiranya aku tekdung duluan. Lagian Teteh kan yang sekarang Ibu sambungnya," ujar Rainy tidak mau mengalah, tidak masuk akal pikirnya.

Namanya juga Hulwa dia tidak peduli dengan kekesalan adiknya dia tetap saja merayu Una agar memanggil Mama kepada adiknya.

"Liat tuh, Una. Mama kamu ngambek," ujarnya.

"Teteeehh .. ih nyebelin."

Hulwa merasa puas membuat Rainy kesal wajahnya terlihat menggemaskan disaat Rainy marah.

"Cieee, Mamanya Una marah," ledeknya.

"Situ yang nikah sama Bapaknya kenapa aku yang jadi Mamanya?" geram Rainy.

Hulwa tiba-tiba terbatuk tersedak air liurnya sendiri, ingin ngakak tapi dia tahan selain masih dalam keadaan berkabung dia juga takut kalau Rainy ngamuk gak jelas.

"Kan cuma simbol doang dipanggil Mama, nanti juga akan terbiasa, biar Una merasa jika banyak yang menyayangi dia," balas Hulwa akhirnya.

Rainy cuman terdiam tidak mau menanggapi lagi, pagi ini dia benar-benar dibuat kesal oleh kakaknya sendiri.

TURUN RANJANG 2 "ENDING"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang