1.2 Perkenalan Tak Terencana

7 1 0
                                    

Hari ini, selepas rapat Mishika lebih tertarik kembali ke masjid kampus. Ia menyempatkan ibadah disana terlebih dahulu sebelum pulang, menurutnya jika menunda nantinya malah malas melakukannya jadi sebisa mungkin dilakukan dengan segara apalagi ini soal ibadah. Pengen doanya dikabulin dengan cepat tapi ibadahnya suka ditunda, itu namanya gak balance.

Masjid di kampus Mishika masih dalam kondisi renovasi sehingga tempat wudhu antara laki-laki dan perempuan hanya dipisahkan dengan sekat kayu. Mishika mencoba merapikan kerudungnya lagi sebelum naik ke lantai 2 dimana tempat sholat untuk perempuan berada, setelah memastikan hijabnya telah rapi ia pun keluar dari tempat wudhu. 

Mishika bukan perempuan yang agamis, ia tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren ataupun sekolah yang berbasis agama. Ia merupakan perempuan lulusan dari sekolah umum biasa. Ia dan adiknya dibimbing oleh kedua orangtuanya, diberi paham bahwa hidup dan matinya sudah ada yang menentukan. Ia juga diberi paham bahwa setiap keputusan juga hasil yang dia dapat semua merupakan ketetapan Tuhan.

Mishika dibesarkan menjadi perempuan yang paham bahwa ketika gagal jangan pernah merasa bersedih karena itu tandanya Tuhan sedang menyiapkan yang terbaik untuknya. Ia juga dibesarkan menjadi sosok yang optimis karena ia diberitahu orangtuanya jika masa depan bukanlah urusannya melainkan urusan Tuhan. Pemahaman tersebut membuat Mishika menjadi sosok yang kuat seperti sekarang, sosok yang selalu ingat posisinya saat ini di dunia yaitu sebagai seorang hamba.

Selepas ibadah, Mishika hendak memakai sepatunya namun ia melihat sebuah dompet hitam terjatuh di dekat rak sepatu laki-laki. Dompet itu diambilnya, diperhatikannya dompet itu takut-takut ada nama pemiliknya di bagian luar tanpa harus melihat bagian dalamnya. Karena tidak menemukan petunjuk akhirnya ia mendatangi bagian informasi yang berada di dekat pintu luar masjid.

Dihampirinya petugas informasi tersebut. "Permisi pak, saya menemukan dompet di dekat rak sepatu laki-laki tadi, sepertinya tidak sengaja terjatuh," ucap Mishika sambil memberikan dompet tersebut.

Sebenarnya bisa saja Mishika langsung membuka dompet tersebut untuk mencari identitas pemiliknya namun ia merasa tidak sopan dan berhak. Belum sempat petugas itu menjawab tiba-tiba datang seorang laki-laki menghampiri mereka berdua.

"Permisi Mas, ada liat dompet jatuh gak ya? Kira-kira jatuhnya di sekitar rak sepatu laki-laki sampai tangga."

"Loh Mas Dim, dompetmu yang ini bukan?" tanya petugas tersebut sembari memperlihatkan dompet yang didapat dari Mishika.

Laki-laki tersebut yang sebelumnya menampilkan raut wajah panik seketika merasa lega. "Alhamdulillah, iya mas itu dompet saya."

"Ini Mas Dim, tadi barusan ditemuin sama mbak ini," ucap petugas sambil menunjuk Mishika.

Mishika yang sedari tadi hanya diam tersenyum kecil ketika laki-laki tersebut menyadari kehadirannya. Sepertinya lelaki tersebut baru menyadari keberadaan Mishika disana.

"Oh, mbak yang nemuin? Makasih banyak ya mbak," kata laki-laki tersebut.

"Sama-sama mas, kalau begitu saya permisi ya," ucap Mishika sembari menganggukkan kepalanya.

"Sebentar mbak, boleh tau namanya?"

Mishika yang hendak pergi menolehkan kepalanya ke lelaki tersebut. "Ah, nama saya Mishika, mas."

"Ah oke, sekali lagi makasih banyak ya mbak Mishika."

"Iya mas sama-sama, saya pamit ya. Assalamualaikum." Mishika pun akhirnya pergi meninggalkan lelaki tersebut.

"Waalaikumsalam."

Tanpa disadari olehnya, tatapan lelaki tersebut terus memandang Mishika sampai keluar dari pelataran masjid. Melihat hal tersebut petugas bagian informasi tersebut menahan senyumnya.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Jul 08, 2022 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Bukan HarapanOnde histórias criam vida. Descubra agora