2. Tiba-Tiba Dilamar

53.3K 3K 61
                                    

Yola mengangkat telepon dari Viran. "Apa?" sewotnya.

"Kita besok berangkat bareng,"

Yola meraih tas selempang. "Sorry, gue lebih baik sama Daesy. Gino cemburu kalau gue sama lo," balasnya yang jelas saja bohong, tidak pernah tuh Gino cemburu kalau dia memeluk Viran dihadapannya.

"Ga akan."

"Pokoknya gue mau menghargai Gino sebagai cowok gue, kita masing-masing aja. Yang lalu kita lupain aja," Yola memasukan kaca mini, lipstik dan beberapa keperluan lain untuk besok.

Ponsel yang tergeletak di meja rias kini hening padahal masih menyala.

"Hallo?"

"Gue minum."

Yola terdiam, ingin mengoceh dan melarang namun rasanya dia tidak lagi ingin melewati batas.

"Minum aja, jangan mabok karena gue males jemput. Minta Tamara atau Daesy,"

"Gue mau perkosa lo,"

Yola kembali terdiam. "Ngaco! Sini kalau berani, gue cingcang burung lo!" semprotnya.

"Gue tidur." sambungan telepon pun terputus sepihak.

Yola menghela nafas, dia harus seperti awal lagi. Berperan sebagai sahabat.

***

Yola menatap haru punggung Dyah dan Raja, langkahnya terasa begitu lama terayun. Rindu sekali dia pada para sahabat.

Akhirnya waktu yang dia tunggu kini tiba, mereka bisa kembali berkumpul setelah badai memecah persahabatan mereka.

Yola semakin terharu saat melihat Dyah berbalik, memanggilnya dan Daesy.

"Ndaa.. Daayyy.." Dyah berseru haru, berdiri dari duduknya lalu menyambut pelukan keduanya.

Yola sungguh rindu, rasanya bagai mimpi melihat Dyah baik-baik saja setelah tragedi menyedihkan saat itu.

Bertahun-tahun lamanya mereka berpisah dan Yola tahu pasti sangat sulit bagi Dyah bertahan sejauh ini.

"Lo hebat, Dyah." bisik Yola.

Jaenal, Tion, Raja menatap mereka dengan senyuman tipis. Jelas tidak menyangka kalau mereka akan kumpul lagi.

"Lo kemana aja, HA?!" Daesy memukul manja bahu Dyah dengan masih terisak haru.

Yola ikutan memukul Dyah. "Lo kita cariin tahu! Kita nunggu lo sembuh! Akhirnya hari ini dat—"

"Sorry, gue telat."

Semua mata menatap asal suara.

Viran datang dengan wajahnya yang selalu datar tidak terbaca, anak dari mantan ketua gangster itu terlihat gagah dengan jaket kulitnya.

Yola memukul lengan bisep Viran, sentuhan bagai usapan itu jelas tidak mempengaruhinya.

"Lo selalu telat! Balapan di mana lagi, HA? Siang bolong begini!" amuk Yola dengan ingus mengintip.

Yola hanya ingin bertingkah seperti biasanya, dia tidak ingin canggung dengan Viran. Dia tahu kalau Viran tidak balapan, dia hanya basa-basi.

Viran menyeka ingus itu dengan mengabaikan celotehan Yola lalu menatap Raja dan Dyah.

"Bagus udah nongol, mereka rese kalau lagi cari kalian. Bikin gue ga bisa tidur," dengan santainya Viran duduk di kursi kosong.

"APA LO BILANG?!" raung serentak dari para kaum Hawa kecuali Dyah.

Genting (TAMAT) Where stories live. Discover now