"Ai, mau kemana?" tegur Hulwa.

"Ke kamar, mau tidur aku capek ngurusin anak kamu," balas Rainy acuh.

Hulwa menelan salivanya mendengar ucapan Rainy, "tapi," baru saja Hulwa ingin berbicara lagi tapi Ibunya langsung menyelanya.

"Biarkan untuk sementara ini, Hulwa."

"Terus aku tidur dimana, Ibu?"

"Di dapur," timpal Vano yang beranjak membawa Una kegendongannya. lagi Una merengek digendongan Vano karena ingin bersama Rainy.

"Mama," rengeknya.

Hulwa beranjak menghampiri Vano yang membujuk anaknya tersenyum devil kearah Vano yang sudah kesal.

"Una sayang, susul tuh Mama kamu, suruh bobo di kamar papa yah," hasutnya.

Benar saja Vano semakin kesal dibuatnya,
"Kamu tuh ya bukannya bantuin malah tambah bikin runyam saja, gak kasian apa lihat Ai yang kebingungan," geram Vano.

"Dari pada aku harus tidur di dapur," balas Hulwa memeletkan lidahnya dan segera kabur sebelum Vano makin geram dibuatnya.
sedangkan Una sudah menangis memaksa Vano ketempat Rainy karena hasutan Hulwa.

"Ya Allah, Hulwa. Kamu itu bukan anak-anak lagi tau nggak?" heran Ibu Zanita.

"Mama!" pekik Una.

Vano bawa dia ke Mamanya."

Lagi Vano menuruti perintah Ayah mertuanya, dia melangkah menuju ke kamar Hulwa yang berada di sebelah kamarnya.

Entah memang kelelahan atau apa, Rainy sudah terlelap memeluk guling.

Vano menurunkan Una dari gendongannya membiarkan Una yang membangunkan Rainy, sedang Vano sendiri kembali keluar dari kamar itu.

"Papaaaa," pekik Una ditinggal oleh Vano, karena pekikan Una Rainy terganggu dari tidur lelapnya.

"Una? kamu kenapa, hmm?" tanya Rainy yang sedikit kesal bersamaan itu Vano kembali masuk ke dalam kamar.

"Mama .. "

"Iya sayang kenapa?"

Una masih saja menangis menarik baju Rainy yang menatap kearah Vano seolah bertanya dia kenapa, seakan paham dengan tatapan Rainy Vano menjelaskan kenapa Una sampai histeris lagi.

"Dia mau tidur sama kamu," lirih Vano.

Rainy yang sudah paham mengangkat Una naik ketempat tidur tapi Una semakin histeris.

"Nih anak kerasukan apa sih?" batin Rainy.

"Bobo ama Papa," ucap Una tersedu.

"Apaaaa?" pekiknya histeris menyaingi suara tangis Una.

Refleks Rainy terpekik membuat semua yang berada di ruang keluarga berlari ke kamar Hulwa.

"Ada apa ini, apa yang terjadi?" tanya mereka.

Vano hanya diam memijit pangkal hidungnya, seharian ini dia dibuat lelah oleh kelakuan Hulwa dan putrinya sendiri.

"Masa Una nyuruh aku tidur sama Ayahnya, yang benar saja," kesal Rainy, sudah tidurnya terganggu malah Una maunya macam-macam membuatnya ingin menangis saja.

"Hulwaa, " gumam Pak Munif tidak habis pikir dengan putrinya yang satu itu.

"Sebenarnya ada apa sih, kenapa semuanya membingungkan begini," ucap Rainy yang sudah berjongkok menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, dia sudah tidak tahan lagi, hanya menangis yang bisa dia lakukan saat ini.

Semua keluarganya saling pandang seolah saling menyalahkan, sedangkan yang membuat kekacauan si Hulwa entah kabur kemana.

Vano mengepalkan kedua tanganya menahan emosi. "Hulwaaa," geramnya dalam hati.

TURUN RANJANG 2 "ENDING"Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon