❣️❣️

247 37 5
                                    

"Maaf, Tuan Kim. Anda ingin menemui Kakak?"

Kai menoleh ketika salah satu Pegawai Sehun di Butiknya menyapa sekaligus menghentikannya yang hendak membuka pintu Ruangan Sehun.

"Aku ada janji makan siang bersamanya. Sehun sedang tidak sibuk, kan?" Jawab Kai dengan ramah. Dirinya sudah tidak asing lagi di antara semua Pegawai Butik Sehun, sehingga bisa dengan leluasa keluar masuk tempat usaha kekasihnya.

"Tapi Kak Sehun ada di Rumah Sakit, Tuan. Apa anda belum diberitahu?"

Kai tampak terkejut, "Apa!? Sehun di Rumah Sakit? Apa yang terjadi padanya?" Wajahnya berubah panik.

"Kakak tidak sadarkan diri satu jam yang lalu di Ruangannya dan kami langsung membawanya ke Rumah Sakit. Saya menghubungi Jeno dan dia langsung ke Rumah Sakit dan saat saya ingin menghubungi anda, Jeno menghentikan saya dan mengatakan bahwa dia yang akan menghubungi anda."

"Astaga!" Helaan nafas keluar dari mulut Kai, "Katakan padaku Rumah Sakit mana?"

°

Kai segera bergegas pergi ke Rumah Sakit tempat Sehun di rawat setelah mendengar penjelasan dari salah satu Pegawai Sehun. Setibanya di Rumah Sakit, Kai berlari secepat mungkin menuju ruang rawat Sehun setelah mengetahui nomor ruang rawatnya dari seorang Parawat.

Kai tiba di depan pintu ruang rawat Sehun. Tangannya terulur untuk membuka pintu di depannya, namun seseorang mendahuluinya. Jeno keluar dari dalam ruang rawat dan langsung menunjukkan wajah datarnya ketika mendapati Kai di depan ruang rawat Sehun.

"Bagaimana keadaan Sehun? Apa yang terjadi padanya?" Tanya Kai, raut wajahnya dengan jelas menunjukkan kecemasannya terhadap kondisi Sehun.

"Ibu baik-baik saja. Dokter mengatakan ibu kelelahan dan stres." Jawab Jeno.

"Aku ingin menemuinya." Kai bergerak melangkah masuk ke ruang rawat Sehun, namun baru satu langkah, Jeno menghalanginya.

"Ibu sedang tidur." Ujar Jeno pelan. Dengan berani menatap langsung ke mata Kai.

Kai tampak berusaha keras menahan emosinya atas sikap pemuda di depannya. Sejak awal ia memang sudah kesal karena Jeno dengan sengaja tidak memberitahunya tentang keadaan Sehun.

"Aku tidak akan mengganggunya." Gumam Kai, mata kelamnya membalas tatapan mata Jeno.

Jeno terdiam. Namun bergerak menggeser tubuhnya, Kai dengan cepat masuk ke dalam ruang rawat dan menghampiri Sehun yang berbaring di ranjang pesakitan.

"Sayang..." Bisik Kai, tangannya terulur mencoba meraih tangan Sehun yang terbebas dari jarum infus.

"Ibu baru saja tidur." Gumam Jeno di belakang Kai, kata-katanya cukup untuk membuat Kai mengurungkan niatnya.

Kai memilih duduk di sofa. Namun tatapannya mengarah pada Sehun yang sedang tertidur, ia akan menunggu sampai kekasihnya bangun. Sementara Jeno duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Sehun, masih dengan seragam Sekolahnya.

Sehun bangun setelah satu jam tidur. Kai segera bangkit dari sofa dan menghampiri Sehun.

"Bagaimana keadaan ibu?"

"Bagaimana keadaanmu?"

Kai dan Jeno bertanya bersamaan. Keduanya saling menatap sejenak, sebelum Jeno bergerak menggenggam tangan Sehun mendahului Kai.

"Ibu sudah merasa lebih baik." Sehun menjawab Jeno diiringin senyuman kecilnya, lalu tatapannya mengarah ke wajah cemas kekasihnya.

"Dokter mengatakan kau kelelahan dan stres. Untuk beberapa hari ini kau harus istirahat total, Sayang." Tangan kanan Kai terulur untuk mengelus kepala Sehun.

NO TITLE | KAIHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang