5

424 85 12
                                    

"Iya, Bu. Ayah masak ikan terus malemnya buatin aku susu cokelat."

Di kursi kemudi, Abhimanyu berusaha keras menulikan telinga kala Pandu bercerita apa saja yang Erlang lakukan bersamanya selama tiga hari ke belakang, tetapi lelaki itu tak dapat melakukannya lantaran tak terbiasa mengabaikan perkataan Pandu.

Erlang begini, Erlang begitu. Astaga, rasanya Abhimanyu benar-benar jengkel sekali. Di sampingnya, Lembayung pun sadar lelaki itu tampak tak tertarik dengan apa yang dicelotehkan puteranya dan memilih fokus menyetir. Meski tak sekentara sebelumnya, tetapi air muka kesal Abhimanyu masih tampak di sana.

"Terus waktu itu ayah juga—"

"Pandu." Lembayung berucap lembut, terpaksa memotong kalimat anaknya. "Sekarang Pandu mau ke mana? Ayo, bilang sama Om Abhi."

Pandu terdengar bergumam panjang bagai berpikir. "Oh Iya! Om Abhi, aku boleh ke toko buku dulu, nggak? Soalnya bu guru nyuruh beli buku buat literasi besok."

Bagai dedaunan yang terhempas oleh angin kencang, begitu pula kabut amarah yang sedaritadi seakan mengelilingi Abhimanyu sirna dan tergantikan oleh senyumnya yang hadir. "Pastinya boleh, dong."

"Eh iya, Pandu, nanti mau makan apa?" Abhimanyu bertanya.

Pandu pun dibuat berpikir kembali. Pikirannya kini terdapat beberapa pilihan menu makanan yang diinginkan tetapi pada akhirnya ia menjawab, "ayam."

"Ayam aja?" tanya Lembayung memastikan.

"Iya, Bu, aku mau ayam aja."

"Oke deh," ucap Abhimanyu kemudian ia menoleh sebentar pada Lembayung. "Kalau kamu mau makan apa?"

"Apa aja sebenernya, jadi samain aja kayak Pandu."

Abhimanyu pun mengangguk-angguk paham. "Oke."

Usai menunggu lampu merah, mobil Abhimanyu kembali melaju menuju tempat tujuan mereka bertiga. Setelahnya pun Pandu tak lagi berbicara perihal Erlang, membuat Abhimanyu menghela napas lega.

Syukur deh, Pandu udah diem. Seenggaknya, kuping gue nggak akan kerasa kebakar lagi, batin Abhimanyu.


•••


Abhimanyu segera memarkirkan mobilnya bersebelahan dengan mobil-mobil yang terparkir begitu mereka sampai. Di seberangnya terdapat beberapa tempat yang berjejer. Dari paling ujung terdapat Gramedia, toko handphone, HokBen, Minimarket, dan tempat makan ayam bernama sang pemilik.

Sesuai pinta Pandu yang hendak membeli buku lebih dulu, ketiganya berjalan menuju Gramedia. Dengan Pandu yang terlihat amat bersemangat tak sabaran, Abhimanyu menggandeng tangan kanannya sementara Lembayung mengekori mereka.

Pandu menarik Abhimanyu pada rak dengan deretan buku komik begitu memasuki Gramedia. Lelaki berjaket itu sontak mengernyit. "Kok ke bagian komik?"

"Iya, soalnya aku mau baca komik aja, nggak mau baca yang tulisannya banyak."

Abhimanyu terkekeh dibuatnya lalu ia mengusak surai Pandu asal. "Boleh aja, kok. Tapi harus dibarengi sama buku cerita yang ada ilmunya. Jadi selain cerita yang seru, kamu juga dapet ilmunya."

"Bener, tuh." Lembayung datang dari sisi rak yang lain, membuat kedua insan tersebut menoleh kemudian ia mengangkat buku di tangannya. "Liat, Ibu udah pilihin buku cerita rakyat buat kamu baca di literasi besok."

"Nanti aku ngantuk bacanya," ucap Pandu setengah merengek.

"Kata siapa? Ini ceritanya bagus, lho. Tentang anak laki-laki yang dikutuk jadi batu."

Through with U | Bluesy ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang