Esok hari, di pagi yang cerah. Ratu Virginia mengambil inisiatif untuk menggelar rapat investigasi. Usai dia bergelut akan kegelisahannya yang tak dapat memecahkan kasus seorang diri, dipusingkan tanggung jawab besar dalam memimpin roda pemerintahan dan kembali berlarutnya rasa kehilangan terhadap mendiang suami dan putra semata wayang sampai dia tidak bisa tidur nyenyak semalaman.
Karena hal-hal di atas akan sangat menyiksa batin dan menguras pikiran, Ratu Virginia menggunakan jalan pintas lain yang lebih efisien. Tansy dan Mary yang kini berada di kamar ratu agak tercengang usai Ratu Virginia menyampaikan keputusan tersebut begitu mereka berdua selesai membantu mengenakan gaun dan perhiasan sang ratu.
"Yang Mulia, apa itu tidak terlalu mendadak?" tanya Tansy yang kemudian ditimpali oleh pertanyaan adiknya, Mary.
"Kenapa Anda tiba-tiba ingin menggelar rapat investigasi?"
Dua saudari kembar itu menatap sang ratu lekat, menantikan jawaban. Sedangkan Ratu Virginia menjawabnya dengan tenang.
"Rasa saya ini tidak terlalu mendadak. Yang membuatnya terlihat mendadak mungkin karena waktunya saja yang berdempetan, dua hari setelah kejadian itu. Dan soal itu, alasan saya menggelar rapat investigasi karena dengan mengumpulkan beberapa orang. Kasus itu mungkin bisa dipecahkan secepatnya, Nona-Nona."
Tansy dan Mary mengangguk serempak.
Sejak pagi buta, sang ratu menulis surat undangan rapat investigasi kepada Duchess Eliza, Marquise Hellen, Countess Abigail, dan Viscountess Yocelyn. Dengan besar harapan mereka berempat mau mengulurkan tangan dan mendiskusikan kasus tersebut secara bersama-sama.
Tentu keempatnya menerima undangan dari ratu atas nama suami-suami mereka yang telah wafat. Satu dari empat wanita bangsawan tersebut berpikir bahwa dengan ikut terjun dalam penyelidikan mungkin itu bisa menjadikan rasa penasaran akan kejanggalan terhadap kematian sang suami lekas terjawabkan.
"Semoga rapat nanti berjalan lancar, Yang Mulia."
"Dan Yang Mulia tidak perlu lagi untuk memusingkannya sendirian."
Tansy dan Mary memberi semangat tepat di belakang Ratu Virginia, ketika mereka bertiga berjalan keluar dari kamar. Ratu Virginia hanya tersenyum, berharap bahwa rencananya kali ini benar-benar terlaksanakan.
***
***
"Sudah dua hari berlalu sejak penyerangan itu terjadi, belum ada tanda-tanda pasti siapa pelakunya." Sang ratu lantas memulai percakapan tanpa menghilangkan keanggunannya.
Di ruang rapat bekas penyerangan inilah sebagai tempat mereka berkumpul. Untung ruangan tersebut sudah dibersihkan lagi oleh para pelayan istana lebih awal sehingga tidak menyisakan lagi bau-bau amis.
DU LIEST GERADE
Ackerley Case
Historische RomaneSebuah penyerangan besar secara diam-diam terjadi di istana kerajaan Ackerley. Menewaskan beberapa anggota kerajaan terutama tewasnya Raja Darwin dan putra semata wayang, Pangeran Charles, dalam waktu semalam. Hal itu membuat Ratu Virginia yang bar...