PDKT-1

177 43 16
                                    


¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.



07.03

Hari ini Azka diantar Bang Tama. Katanya sih ada janji ketemu klien terus jalannya searah sama sekolah Azka. Lumayan rezeki pagi, bisa irit ongkos 3.000, belum lagi dapet duduk nyender doang. Walaupun gak ketemu gebetan, gak masalah nanti bisa ngapel ke kelas Eza saat istirahat.

"Salim dulu lu!" Bang Tama mengulurkan tangannya dan kedua alis terangkat 'nyebelin'. Mereka sudah didepan sekolah, tapi Azka belum bisa keluar karna pintu masih dikunci. Iya! Bang Tama kerjaannya!

"Salim lah! Udah di anter pake mobil, duduk doang tiba-tiba udah di depan sekolah!" Ujar yang duduk dibelakang mobil.

"Tidur lagi!" Sahut yang disebelahnya mengompori.

Masih pagi tapi Azka kudu nahan sabar, sabar banget sama duo bocil ini sedaritadi. Bisa-bisanya Abangnya ini memungut 2 bocah SMP di gang dekat rumahnya, terus nawarin tebengan. Mereka pastinya gak akan nolak! Malah kesenengan.

"Eh! Ada Bang Emon! Bang Emon!" Bocah laki-laki dengan kulit tan, membuka jendela mobil dan menyembulkan kepala keluar jendela. Sedangkan bocah satunyanya lagi tentu saja mendekat dan melakukan hal yang sama.

"Bang Emon!"

Jevan yang sedang naik motor agak berjeringat melihat 2 bocah yang seharusnya tidak disini, malah berada disekolahnya. Dia berada disebrang mobil itu terparkir, melihat 2 bocah itu dadah-dadah kearahnya dan yang berkulit tan juga mengangguk-anggukkan kepala 'stress' kegirangan. "Ngapain lu?"

Azka membuka pintu mobil dengan wajah agak tidak enak- lempeng- melihat kearah Jevan.

"Nganter Bang Azka!" Bocah dengan kulit tan memang aktif sekali dan sangat berisik. Sedang yang satunya sama aja cuman gak terlalu keliatan ketutup muka polos aja.

"Eh kadrun! Temen kakak lu bukan sih?" Jidan -Bocah berkulit tan- memanggil Harun yang berada disebelahnya. Jidan menunjuk orang yang sedang berjalan tidak jauh dibelakang Jevan.

"Mbak Windy itu!" Harun balas pada Jidan.

"Bener berarti!" Jidan cukup sering melihat kakak itu dirumah Harun. Dulu hampir setiap dia main pasti ada kakak perempuan itu. "SMA makin cakep anjirt! Panggil Ron! Panggil! Sapa! Sapa!"

Harun agak menggeser, lebih menghimpit Jidan ke pinggir jendela mobil. "Mbak Windy!" Panggil Harun serta melambaikan tangan. Windy yang merasa ada yang memanggil menengok kearah suara. Dia bisa melihat ada 2 orang laki-laki di dalam mobil, pun keduanya melambaikan tangan kearahnya. "Adeknya Mbak Ita!" Harun menunjuk pada dirinya sendiri. Windy yang taupun hanya merespon seadanya, ia balas melambaikan tangan dan terseyum ramah kepada 2 orang itu. Windy berjalan melewati Jevan yang saat ini menatap tak percaya pada 2 bocah tersebut.

Sedangkan Azka yang baru saja menutup pintu mobil, dan melihat kelakuan anak-anak ini mengerutkan dahi. "Centil banget lu pada!" Mendorong wajah Jidan masuk kedalam mobil. "Bang Tama! Udah sana cepetan pergi!"

SIMILAR || 01LDonde viven las historias. Descúbrelo ahora