Mission

212 87 9
                                    


[Usahain follow dulu sebelum baca, jangan lupa pencet bintang🌟 sekalian komen juga boleh🫣]

━━━━━━━━━━

Suara alarm berbunyi, menandakan waktu sudah mencapai batas tidur maksimal. Bukannya bangun, Vernold malah kembali tidur setelah mematikan alarmnya. Namun, entah apa yang membuatnya seperti terkena sengatan listrik, sampai tiba-tiba beranjak bangun dan menyambar sebuah handuk yang berada tepat di belakang pintu kamarnya.

"Sialan, hari ini ada ulangan matematika!"

Di waktu yang sama, seorang gadis sudah berdiri siap di depan sebuah cermin besar, dengan tas punggung rapi menempel dibelakangnya. Ia menyunggingkan sedikit senyum kecil, lalu membalikkan badan memunggungi cermin tersebut.

Ekspresinya seketika berubah, ketika matanya tertuju tepat pada sebuah pigura berisikan foto dua gadis cantik, dengan balutan gaun mewah berwarna merah bata.

"sampai kapan mereka mau nyembunyiin kebenaran ini dari gue?"

Tak mau tersulut oleh emosinya sendiri, gadis itu langsung beranjak keluar kamar dan menuju ke luar halaman rumah yang tak terlalu besar. Langkah kakinya membawa ia menyusuri panjangnya trotoar dan padatnya lalu lintas pagi, menuju ke sekolah barunya. Senyumnya merebak ketika melihat seorang ibu sedang menggandeng anaknya untuk menyeberangi padatnya jalan raya. Seakan-akan ia merasakan betapa bahagianya jadi gadis kecil itu, sampai tak menyadari bahwa sedari tadi ia sudah beberapa kali mendapat klakson, dari sebuah motor di belakangnya.

"Woyy! mau mati lo?!"

Gadis itu terperanjak, dan reflek menolehkan kepalanya ke belakang. Dan ia baru sadar, bahwa kini kakinya sudah berada jauh dari trotoar.

***

Jam menunjukkan pukul 06.40, Vernold sedikit lega, karena setidaknya dia masih ada waktu untuk menuju ke sekolah, ya walau harus dengan kecepatan penuh. Mengingat jarak rumah dengan Astronesia cukup jauh. Selain untuk mengincar gadis-gadis cantik, ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatannya untuk masuk ke sekolah favorit.

Dengan kecepatan 90 km/jam, si hitamnya menyusuri padatnya jalanan kota Jakarta. Di jam-jam seperti ini memang rawan terjadi hal-hal mengerikan. Contohnya saja Vernold harus beberapa kali menarik remnya, demi menyelamatkan nyawa pejalan kaki yang menyeberang jalan sembarangan. Tapi nyatanya tidak hanya itu saja yang menguras emosinya pagi ini.

"Woyy! mau mati lo?!" dengan teriakan penuh amarah, sembari menarik dengan paksa rem di tangan kanannya.

Seorang gadis berseragam abu-abu dengan tas punggung berwarna biru, disertai gantungan boneka kecil hampir saja direnggut nyawanya oleh Vernold. Dengan muka tak bersalah, gadis itu kini memandangi keberadaan Vernold yang sudah sangat dekat dengan tempat ia berdiri.

"Leora?!"

"Lo?!"

07.02

"Ayolah Pak, sekali ini aja dah,"

"Mase iki wes sering telat ngunu ta, mbok ya dikurang-kurangi,"

"Ngomong pake bahasa Indonesia aja Pak! gapaham aing teh ah,"

"Dia bilang, lo udah sering telat, suruh ngurangin,"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 17, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Largest Zone Where stories live. Discover now