0 • 2 - Levantarse

Začít od začátku
                                    

Air terjun mendadak menjadi transparan seperti kaca saat tangannya masuk ke dalam. Matanya membola lebar ketika bayang itu mengangkat kepalanya. Mata dengan sinar moonstone terlihat terpancarkan ketika terpantul dengan bulan di atas kepalanya itu.

'Mendekatlah'

Suaranya terdengar seperti bisikan.

Dirinya tidak langsung mendekat melainkan mematung di sana, sebab bayangan itu atau apa itu Dirinya? Karena sungguh demi apapun Dia mirip dengannya.

Bayang itu mengulurkan tangannya dan tubuhnya seakan di tarik untuk masuk kedalam melewati air terjun.

''!"

Cahaya terang menyerangnya, itu mampu membutakan mata jika ia tidak memejamkan mata untuk menghalau cahaya itu masuk retina. Dia tidak dapat melihat apapun selain cahaya ini, dan yang dia ingat adalah dia terseret menuju cahaya itu.

'Apa yang Terjadi? aku tidak bisa melihat'

• • • •

Penthouse - mewah yang seakan terbuat dari bahan mahal. Setiap sudut nampak mahal dengan aksen modern nan elegan dan kaya. Semua tertata serapih ini. Dinding dengan ukiran mahal, bahkan tangga menuju lantai atas pun nampak mahal.

Tirai yang tenang dengan cela di antara dua tirai cerah itu mulai menunjukkan sang mentari, untuk membangunkan tidur sang pemilik harus banyak sinar matahari yang masuk.

Sayangnya dia terbangun bukan karena sang surya melainkan deringan jam yang membangunkan dirinya. Mau tidak mau ia harus bangun karena ada jam kuliah pagi hari ini. Tidak bisa ia tinggalkan agar cepat lulus tepat waktu.

Ia terbangun dengan lembutnya tempat tidur tidak seperti biasa, kasurnya tidak selembut dan senyaman ini untuk ia singgahi. Mata yang mengerjap pelan karena sinar matahari melewati cela tirai kamarnya. Seingatnya tirai kamarnya tidak sebesar itu, dan warnanya tidak secerah itu. Dengan masih mengumpulkan nyawa ia menegakkan badan, tersentak ketika mendapati keanehan dalam kamarnya. Menelisik kamarnya. Matanya membola, menutup mulutnya terkejut. Wajah tak percayanya membuat dirinya panik. Bagaimana bila dirinya di culik? Akhirnya dia memeriksa tubuhnya sendiri.

' Utuh! '. Pikirnya.
Menyibakkan selimut terburu, membawa kakinya keluar dari kamar dengan tergesa dan dengan rasa takut dan kalut. Berlari berkeliling sampai ia tidak tahu ada tangga di hadapannya.

Hampir saja terjatuh, terjungkal ketika kakinya sudah sampai dekat dengan anak tangga.

"Oh sial!". Menampar dirinya sendiri bahwa kini ia berada di tempat entah dimana dengan rumah seluas dan semewah ini. ''Ayo Jimin berpikir''. Jimin tidak bisa berpikir di saat dirinya pun tidak tahu ada dimana ia sekarang.

Jimin terbangun bukan di tempat di mana seharusnya ia berada. Tubuhnya tersentak mendapatkan pukulan rasa panas menjalar mengelilingi lehernya. Rasanya terbakar dan nyeri. Hampir saja ia terjungkal ke depan jika tidak berpegangan pagar besi. Jimin memegang lehernya karena rasa nyeri dan terbakar itu semakin menjadi. Ia merintih kesakitan. Tubuhnya ikut terbakar di tambah jantungnya entah mengapa berdetak dua kali lebih cepat seperti mau meledak.

"Panas". Bertopang pada pagar tangga. Jimin mencoba kembali ke kamarnya dengan tertatih. Dan pikiran yang bingung hingga sampai pada kamar.

Dia berjalan menghampiri meja rias. Di sana di depan cermin dirinya membelalakan matanya bulat-bulat. Keterkejutannya bertambah dengan warna merah menyala seperti api di lehernya yang berbentuk bulan dengan akar-akar hampir memenuhi lehernya.

The Royal Elite • vmKde žijí příběhy. Začni objevovat