cemburu.

175 10 0
                                    

.

*********************

Drtttt.. drrtt..

"Oppa maafkan aku, aku sangat tulus meminta maaf kali ini"

"Aku sudah memaafkan mu" kata suga. Matanya masih fokus pada komputer besar di hadapannya. Mengingat besok adalah comeback album baru BTS Love yourself,' Answer. Banyak yang harus suga kerjakan. Belum lagi promosi dan persiapan konser ketiga mereka yang akan berlangsung pada 25 agustus nanti.

"Aku tidak akan minum tanpamu mulai hari ini?" Suga terdiam

"Aku juga akan mengatakan apapun yang aku lakukan padamu mulai hari ini" suga masih terdiam.

"Aku akan melakukan apapun agar kau memaafkan ku"

"Jangan seperti itu. Sudah katakan aku sudah memaafkan mu fifi" fifi terdiam lama. Begitu pula dengan suga.

"Terimakasih. Aku mencintaimu." Kata fifi dengan nada sendu.

"Aku tau." Singkatnya, kemudian mematikan telfon sepihak.

Hal seperti ini membuatnya merasa semakin berat untuk meninggalkan fifi. Perempuan keras kepala yang bisa membuatnya semakin jatuh cinta, perempuan sabar yang selalu bisa memaklumi pekerjaan suga selama bertahun-tahun. Dan suga tau betapa sulitnya itu.

Dia akan semakin sibuk dan tour akan membuat suga semakin kewalahan.
Dia tak ingin malam ini berganti pagi sekarang. Dia sangat ingin menikmati waktu sendirinya sedikit lebih lama tanpa mendengarkan suara apapun.
Sedang tekanan ini selalu membuat suga ingin membunuh dirinya sendiri.
"Aku sangat membenci ini".

Suga mengusap kasar wajahnya dan menghela nafas. "Hentikan!" Batinnya.
Dadanya mulai naik turun. "Aku takut. Hentikan!" Solah bingung, suga mencari sesuatu di laci almari. Masih tidak menemukannya, suga segera berlari menuju dorm tanpa memakai alas kaki. Tak peduli mengenai orang-orang yang melihatnya bingung. Kini suga meminum pil yang ia keluarkan dari almari besar miliknya. "Hentikan kumohon!" Monolog nya. Dia merasa sesuatu mendorongnya untuk berfikir di luar pikirannya. Suga merasa sesuatu memaksanya untuk bertidak buruk sekarang. Dia akan menjambak rambutnya sendiri dan mencakar tangannya hingga membekas. Dia selalu melakukannya.

Sesuatu itu merasuki suga, membuatnya merasa menjadi sosok paling lemah. "Suga ada apa?" Seokjin yang awalnya sedang menelfon seseorang itu terkejut ketika mendengar suga berteriak.
Suga melawan sesuatu yang seolah merasukinya sekarang. Dia menyatukan tangannya kebelakang dan menindih nya dengan tubuhnya.
Seokjin yang mengetahui suga tergeletak di lantai sembari menangis segera berlari ke arahnya kemudian memeluk suga. "Ya! Kenapa kau menangis, apa terjadi sesuatu?"

Suara tangisan suga dan teriakan seokjin membangunkan para member yang sedang tertidur. "Hyung!" Teriak jungkook. Suga segera memeluk seokjin dengan nafas terengah-engah. "Hyung bagaimana ini"

"Bagaimana apanya? Kenapa kau menangis?" Seokjin yang khawatir segera mengusap kepala suga berulang kali, berharap suga tenang.

Sekilas mata seokjin melirik almari suga yang terbuka lebar membuat beberapa obat yang suga minum terlihat olehnya dan para member.
"Suga-yaa sejak kapan kau meminumnya?" Suga memberi jarak dan menarik napas dalam.
"Sudah lama. Aku tidak tau"

"Apa kau tau apa itu? Itu obat tidur.. sejak kapan kau meminumnya? Apa kau tidak bisa tidur?" Suga terus menggelengkan kepala, masih menunduk. Jimin memungut beberapa obat yang tampak jatuh berceceran. Ternyata ada beberapa stok di almari suga membuat jimin dan hoseok terkejut. "Ya! Hyung.. untuk apa kau menyimpan sebanyak ini.." hoseok segera mengambil alih obat itu dan langsung membuang nya ke tempat sampah. Yang lain pun sama terkejutnya karena suga benar-benar mempunyai banyak stok.

Mereka di kumpulkan 3 jam sebelum album mereka di liris. Bang shi hyuk kini duduk di depan para member sembari memegang secarik kertas.
"Ini yang aku temukan saat berjalan kemari. Siapa di antara kalian yang kehilangan ini?" Sejenak mereka melihat satu sama lain. Suga yang sadar bahwa beberapa hari lalu surat dokternya hilang segera angkat tangan. "Itu punyaku, maafkan aku"

"Kau tau apa ini?"

"Itu surat dokter"

"Kenapa kau ke rumah sakit tanpa ku?" Seokjin yang awalnya bingung kini mulai tersadar sesuatu. Pasalnya dia juga menemukan surat dokter di tempat sampah saat dia bersih-bersih.

"Kau tau kau juga membeli banyak sekali obat tidur?"

"Iya" suga tertunduk, dia hampir melupakan bahwa bang shi hyuk adalah orang cerdas. Jadi ini bukan hal sulit untuk mencari tau dimana dan kemana suga sekarang.

"Kau adalah tanggung jawabku suga! Katakan padaku jika kau butuh sesuatu. Kau mengerti?"

"Iya"

"Temui aku setelah pekerjaanmu selesai" Jimin yang ingin membuat suasana menjadi cair dengan merangkul suga, namun segera mendapat lirikan tajam dari hoseok.
"Biarkan dia sendiri terlebih dahulu" bisik nya pada jimin.

"Taehyung hyung, dimana kau taruh handphone ku?" Jungkook sedikit berlari menyusul taehyung yang sudah berjalan terlebih dahulu.
"Tidak. Dimana memangnya?" Dengan wajah bingungnya dia segera menepis tangan jungkook yang merangkulnya.
"Bukankah kau yang menyimpannya?"

"Tidak, jimin yang menyimpannya"

"Aku? Aku tidak tau apapun" jimin yang terkejut segera mengangkat kedua tangan seolah tidak menyembunyikan apapun.

"Berikan saja" ucap namjoon yang sedikit menepuk pundak taehyung.
"Hyung.." rengek nya. "Kenapa kau mengatakannya, aku menyimpannya supaya dia tidak bermain game semalaman" jungkook tersenyum. Melihat taehyung yang ternyata tersangka dibalik penyembunyian handphone miliknya. "Berikan.. berikan"

Kini mereka tiba di ruangan tempat mereka bersiap untuk syuting. Seperti biasa staf sudah siap untuk merias member dan menyiapkan baju mereka. Suga terdiam di tengah pintu sembari melihat betapa riuhnya ruangan itu. Mereka segera menuju ke meja tempat mereka merias terlebih dahulu. Sedang suga masih berdiri di ambang pintu.

Ada sedikit rasa takut karena suara riuh itu membuat dadanya sedikit sesak. Terlebih suara itu membuat kepala suga berdenyut hingga dia harus beberapa kali memejamkan mata untuk fokus pada suaranya sendiri. "Suga kemari.." ucap staf yang sudah bersiap di meja rias milik suga. Namun suga tak mendengar apapun. Dia seperti mayat hidup dengan tatapan kosong.

"Oppa."

Suga tersadar. Membuatnya berbalik badan dan memegang erat tangan fifi yang menyentuh pundaknya. "Kau tidak apa-apa?" Tanya fifi bingung.
"Jangan menyentuhku." Fifi segera mengambil langkah mundur untuk menjauhi suga. "seperti ini?" Fifi sedikit tersenyum.

"Tetap berada satu langkah lebih jauh dariku"


I LOVE HERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang