3. Bingung harus apa

Mulai dari awal
                                    

Kata 'sayang', dengan intonasi lembut tatapan penuh cinta dan senyum indah itu.. Alin membuat jantung Khandra rasanya ingin melompat.

"Gila aja" tolak Khandra. Tidak mungkin dia jatuh cinta pada bocah seperti Alin!??

_________

Satu bulan sudah berlalu, Alin melakukan tugasnya dengan begitu baik dan Khandra tak menyangkal itu.

Hari-hari Dendra terasa lebih damai dan tenang, dulu dirinya mungkin berfikir antara mati muda atau pensiun dini.

Namun semenjak kehadiran Alin, pekerjaannya menjadi lebih ringan dan waktu bersama istri tersayang lebih banyak.

"Tala"

"Hm?"

"Tipe Tala kayak mana deh? Alin gk masuk kriteria Tala? Sampai Tala gk mau jadi pacar Alin?" Tanya Alin beruntun, wajahnya tampak sedih dan sedikit frustasi. Khandra yang sedang asik membaca artikel di hpnya, segera menatap Alin, menelisik gadis itu dari bawah ke atas.

"Secara fisik kau sempurna Lin" Ucap Khandra jujur yang membuat wajah Alin memerah.

"Tapi?" Tanya Alin.

"Tipe ku itu wanita yang dewasa dan sexy. Dan kau? Kau begitu jauh dari yang kuinginkan Lin" balas Khandra yang segera berdiri. Tanpa peduli dengan ekspresi Alin yang membeku. Ia malah berharap dengan begini Alin akan berhenti menyukainya.

Alin terdiam, jadi ini alasannya?

Jam kantor sudah selesai, untuk hari ini Alin berpamitan duluan namun dirinya tidak memberitahu Khandra sehingga membuat pria itu menunggu.

"Loh pak Khandra belum pulang?" Tanya Dendra yang sudah bersiap-siap untuk pulang.

Khandra menggeleng, "liat Alin gk?"

Dendra bingung, "bukannya Alin izin pulang duluan?"

Khandra jauh lebih bingung, "oke makasih ya" ujarnya yang setelah itu pergi.

Saat ini Alin sedang berada di pusat perbelanjaan, dirinya menatap pantulan cermin. Melihat setiap sisi tubuhnya, mengamati dari bagian yang biasa hingga bagian yang selalu menjadi pusat perhatian seorang wanita.

"Gk tepos tepos banget kok" Kata Alin yang masih mengamati tubuhnya.

Setelah puas berbelanja ia segera pulang.

"Halo pak, eh maksudnya Tala." Alin masih sibuk membereskan belanjanya. Mencari baju yang cocok dipakai untuk menunjukkan bahwa dirinya bisa menjadi seperti yang pria itu inginkan.

"Kenapa gk bilang kalau pulang duluan?" Tanya Khandra yang terdengar kesal.

"Sorry, lupa" balas Alin.

"Yang warna ungu mana ya?"

"Hah? Apa?"

Alin menatap hpnya, "oh bukan, yaudah aku matiin ya. Dah Khandra" ujar Alin yang segera mematikan panggilan itu duluan.

Alin terfokus dengan baju-baju yang ia beli barusan dan mencobanya satu-satu.

"Pose sexy kayak mana ya?" Sekarang Alin bingung sendiri.

"Kenapa Tala suka yang sexy sih? Ish!dikira Alin gk bisa jadi sexy apa?!?"

Alin berpose seperti yang google berikan, "eyy Alin sexy banget" Puji Alin yang bangga dengan dirinya.

Tok! Tok!

"Siapa tuh? Maling kah?" Tanya Alin yang sudah beranjak dari depan lemari dan membuka pintu kamar.

"Loh Tala? Ngapain?" Alin yang bingung dengan kehadiran Khandra tiba-tiba.

Khandra yang ingin marah menjadi terdiam melihat apa yang Alin kenakan.

Alin yang sadar dengan keterdiaman Khandra sadar dengan keterkejutan pria itu.

"Kenapa? Alin sexy ya?" Goda Alin dengan nada menjengkelkan di kuping Khandra. Senyum cantik Alin membuat Khandra kehilangan kata-kata.

"Liat Alin ya Tala, tadi Alin udah pelajarin pose sexy."

Ujar Alin yang segera berlari ke kasur, dan berpose seperti yang ia pelajari tadi.

Ujar Alin yang segera berlari ke kasur, dan berpose seperti yang ia pelajari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Khandra memotret yang ia lihat dengan matanya.

Alin tersenyum, "Alin sexy kan? Alin bisa sexy Tala!"

Khandra berjalan ke arah Alin.

"Tala!! Alin belum siap kala— eh?"

Alin terdiam karena Khandra yang mengambil selimut dan melilitkan ditubuhnya.

"Apa kau tidak masuk angin? apa-apaan pakaian mu itu?!" Khandra menatap kesal, dirinya memeluk Alin yang masih ia lilit dengan selimut.

Alin menggeleng, "katanya Tala suka cewek sexy dan dewasa" ujar Alin sedih. Matanya menatap kecewa.

"Gk, gk usah aneh-aneh." Tepis Khandra.

Alin mendorong Khandra, "Tala kurangnya Alin apa sih!? Tala mau Alin kayak gimana!?? Biar Tala suka sama Alin!?"

Alin kesal dia sudah sangat effort tapi lihat? Khandra meliriknya saja tidak. Dirinya benar-benar frustasi ia begitu menginginkan Khandra, ia menginginkan Khandra lebih dari apapun di dunia ini.

"Lin aku tak pernah meminta mu untuk menjadi seperti yang ku mau."

"Terserah" ujar Alin yang capek.

"Kau marah!?" Tanya Khandra yang ikut emosi.

Alin melirik Khandra, "ngapain kesini!?" Tanya Alin kesal.

"Kenapa? Kau tidak suka dengan kehadiran ku?" Tanya Khandra balik.

Alin mengernyit kesal, "emang ada Alin bilang kalau Alin gk suka Tala disini!?"

"Alin! Tala! Alin! Jijik tau gk!? Aku sudah muak mendengar panggilan menjijikkan itu!? Dan dengar! Aku lebih tua dari mu!"

Alin terdiam sesaat, matanya mulai berkaca-kaca. "Kenapa baru marah sekarang? Padahal dari kita masih kecil Alin —aku sudah manggil Tal— mu kayak gini." Ujar Alin sendu. Bibirnya bergetar menahan kelu yang diberi Khandra.

Hatinya sakit, "maaf jika aku membuat mu tak nyaman, maaf karena lagi-lagi aku tak memikirkan perasaan mu, maaf bersikap seperti anak kecil, maaf jika aku bersikap tak sopan, maaf jika aku selalu melewati batas." Ujar Alin tanpa ingin melihat wajah Khandra.

"Kayaknya aku ngantuk, maaf membuat mu marah hari ini." Ujar Alin yang setelah itu menarik selimut dan menutupi dirinya sepenuhnya. Tanpa ingin tahu apa Khandra telah pergi atau tidak.

Khandra mengusap kasar wajahnya, bukan ini tujuannya kesini!! Ia berdiri dan keluar dari kamar tanpa mengucapkan kalimat apapun.

Setelah kepergian Khandra, Alin kembali menangis sejadi-jadinya.

_________

Hiyaaa

Jujur gk yakin sama alurnya sksks apalagi endingnya 😢 pengen unpub huaa 😭

Liat respon klen aja lah krna beneran gk seyakin itu sama cerita ini 😭😔

Tala dan Alin ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang