1. Sekretaris bayangan

1.2K 181 29
                                    

Ini cerita dah selesai di tulis, jadi tinggal di publish aja, jadi tidak ada kata menggantung 😌 happy reading! Jangan lupa votenya yaaa!

Belum di revisi, jadi tata penulisannya agak aneh.

Murni dari pemikiran sendiri!

______

Playlist: Demi cinta -Kerispatih

______

"Pa!"

"Khandra"

Pria itu menatap kesal, dia tak pernah merasa terganggu sebesar saat ini. Hal ini jelas sangat mengusik ketenangannya, "Anak papa itu sebenarnya siapa sih? Khandra atau Alin?!?? Papa terlalu manjain dia, astagah!" Khandra mengusap kasar wajahnya yang mengeras, ia sudah sangat frustasi.

Sedangkan perempuan bernama Alin itu duduk manis dengan senyum lebarnya. Seolah tak peduli dengan ketidaksukaan pria yang masih memasang wajah kesalnya.

"Khandra, papa sama sekali tidak memanjakan Alin. Ayolah, kau sudah cukup dewasa untuk mempermasalahkan hal semacam ini. Khandra. Bantu Alin, dia perlu merasakan secara langsung apa itu dunia kerja, ini bukan hal yang sulit kok." Vijendra (nama ayah Khandra) memberikan penjelasan tanpa ingin membuat anak sulungnya itu semakin emosi dan marah.

Alin mengangguk setuju dengan apa yang ayah Khandra jelaskan, yang membuat Khandra melirik dirinya dan semakin jengkel. Rasanya pria itu ingin mencelupkan wajah cantik Alin hingga tak terlihat dihadapannya.

Khandra menghembuskan nafasnya pelan, dan menatap ayahnya dengan tatapan mengalah, "oke"

Balasan Khandra yang sudah pasrah membuat Alin tersenyum puas dan bahagia. Dirinya tak akan melewatkan privileges yang tidak semua orang bisa dapatkan, dia akan menggunakannya dengan sangat baik.

Alin tersenyum begitu tulus, "Makasih pacamer (bapak calon mertua)" panggilan yang jarang Alin ucapkan.

Kekehan geli tercetak jelas di wajah Vijendra, sebelum kembali menatap anak sulungnya itu.

"Khandra, papa titip Alin." Ujarnya sebelum pergi meninggalkan ruangan yang kini terasa dingin.

Alin masih tersenyum, "jadi?" Mata yang bersinar itu membuat pria yang masih menahan emosi itu menatap Alin kesal.

"Apa?!" Khandra melotot geram, sebelum berdiri dan kembali ke meja kebesarannya.

Alin masih dengan senyum cantiknya, yang sejujurnya terlihat menyebalkan di mata Khandra. Gadis itu tak peduli jika Khandra marah atau kesal dengan yang ia lakukan, karena Alin yakin seratus persen hal itu tak akan bertahan lama.

"Tala gak suka aku disini?" Tanya Alin dengan wajah sedihnya yang kini sudah berdiri tepat di depan Khandra. Khandra menarik nafasnya dan menatap garang gadis di hadapannya ini.

"Sangat."

Alin melotot sebelum tertawa, "tapi beribu sayang, karena setiap hari kita akan bertemu."

Khandra menghembuskan nafasnya pelan dan mengangguk, "terserah. Alin ingat, saya disini sebagai atasan, jangan panggil saya dengan nama."

Tala dan Alin ☑️Where stories live. Discover now