1. Sekretaris bayangan

Start from the beginning
                                    

Alin mengangguk, "siap! Maaf pak!" Ucap Alin dengan gigi yang tersenyum lebar dengan tangan yang menghormat.

"Dan saya lebih tua darimu."

Alin kembali mengangguk dan tersenyum, tangannya masih memberikan hormat, "oke kakek Khandra!" Ujar Alin yang kembali membuat Khandra melotot.

"Kamu disini sebagai sekretaris. Wah saya bahkan gak paham bagaimana bisa ada posisi sekretaris bayangan? Intinya tugas kamu membantu sekretaris saya Dendra. Kamu tau kan?"

Bukannya menjawab, Alin malah senyum-senyum yang membuat Khandra lagi-lagi harus menahan rasa kesalnya dan kebingungan yang sedikit membuatnya waspada, apa lagi yang gadis ini pikirkan!?

"Ada yang ingin di tanya, Alin?"

Alin menggeleng, tanda bahwa dia paham dengan penjelasan Khandra. "Seneng aja, soalnya bisa kerja bareng pak Tala.'" dengan wajah yang sudah memerah Alin menatap Khandra dengan tatapan berbinar.

Khandra kembali mengusap wajahnya, "terserah."

"Jangan bikin onar dan keributan. Bekerjalah seperti seorang profesional. Kamu tidak boleh membebani saya. Dan ingat saya lebih tua dan saya atasan kamu disini."

Alin mengangguk di setiap ucapan Khandra. Gadis itu tak akan mempermalukan dan mempersulit hidup Khandra! Ya walau kehadirannya dari dulu sudah membuat Khandra harus mengontrol emosinya sebaik mungkin agar tidak melepas, hihihi.

"Dan terakhir, jangan panggil saya Tala."

"Kenapa?" Tanya Alin bingung dan sedikit protes. Dahinya mengerut dengan tatapan yang menolak keras.

"Aku gak boleh panggil Tala? Kenapa ih?! Gak mau ah!! Orang dari kecil udah manggilnya Tala!" Alin melipat tangannya, dia tidak mau mengganti panggilannya.

Khandra melirik lelah, "panggil Tala hanya boleh di luar kantor dan pekerjaan, paham?"

Mendengar penjelasan Khandra membuat Alin tersenyum lebar"Aight captain!"

"Kenapa masih disini?" Tanya Khandra yang membuat Alin menoleh. Karena sejak enam menit perbincangan mereka selesai, Alin tak beranjak dari ruangannya.

"Nunggu Tala" balas Alin yang kembali menoleh dan memainkan iPad milik Khandra. Walau fokus gadis itu tetap akan membalas ucapan Khandra.

Khandra hanya diam, dari pada berdebat yang menghabiskan tenaganya. Dia harus men-stok kesabarannya banyak-banyak. Ya setidaknya dia tidak akan bersikap kasar dengan perempuan, jika saja Alin ada pria mungkin sudah sejak lama Khandra memberikan dogeman mentah. Namun karena tali rasional nya masih bekerja sangat baik, ia tak akan bermain kasar seemosi apapun dirinya.

"Weh bocah"

"Alin bangun!"

Alin membuka matanya kesal, gimana enggk? Khandra membangunkan dirinya secara brutal. Tubuhnya digoncang tanpa belas kasihan. Dia yang dibangun seperti ini tentu mengeluh dan menatap kesal.

"Iya! Ih Tala! Puyeng tau!" Protes gadis itu dengan wajah yang mengerut, dan yang segera berdiri.

"Ayok pulang."

Tala dan Alin ☑️Where stories live. Discover now